Ada masa di mana selembar uang kertas seratus ribuan rupiah bewarna pink tak lagi bisa dipakai untuk membayar belanjaan. Tak laku ia dipasaran karena yang berlaku waktu itu adalah uang dari kulit kerang yang kini dengan mudah bisa didapat di antara serakan kerang-kerang di pantai-pantai Indonesia.
Ingrid Van Damme dari Museum Bank Nasional Belgia dalam laman Citéco menulis, kulit kerang pada masa lalu pernah digunakan sebagai alat pembayaran dan dianggap sebagai simbol kekayaan dan kekuasaan. "Penggunaan sistem moneter ini berlanjut hingga abad ke-20," tulisnya.
Dua varietas kerang yang paling utama adalah Cypreae moneta dan Cypraea annulus, atau apa yang sering disebut kerang cowrie. Keduanya punya semua fitur yang dapat diharapkan dari mata uang, yaitu daya tahan, kenyamanan, dapat dibagi, serta mudah diidentifikasi.
"Dibandingkan dengan bahan makanan, yang tak tahan lama, dan bulu, yang dapat rusak oleh hama, kulit kerang mudah ditangani, kecil dan mudah diangkut," kata Ingrid.
Ditambah lagi, jenis kerang ini hampir selalu memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Mereka juga dapat dihitung atau hanya ditimbang untuk menentukan nilai pembayaran.
The Vintage News menulis, jenis kerang ini berasal dari kawasan Samudera Hindia dan Pasifik. Populasinya sangat tinggi di perairan sekitar Kepulauan Maladewa, yang letaknya di barat daya India. Namun dengan uang ini orang-orang kuno bisa berbelanja di kawasan Asia, Afrika, Oseania, bahkan di beberapa bagian Eropa.
"Karena kedekatan dengan sumber daya alam, seluruh industri kerang laut lahir di Maladewa. Pria, wanita, dan anak-anak semuanya mengumpulkan dan menyiapkan cangkang untuk diperdagangkan," jelasnya.
Baca juga: Mata Uang Zaman Kuno
Caranya, tikar anyaman yang terbuat dari cabang pohon kelapa ditempatkan di permukaan air. Bayi moluska akan berkumpul di tikar. Lalu tikar dikeluarkan dari air untuk dikeringkan.
Setelah kering, cangkang dipoles, dinilai, dan diekspor. Sebagian besar ke Bengal yang merupakan pusat perdagangan utama pada saat itu.
Cangkang cowrie kemudian dirangkai pada tali untuk dinilai secara terpisah. Kalau tidak, cangkang-cangkang itu dimuat dalam ember untuk dijual dalam jumlah yang lebih besar.
Itu semua tergantung pada tempat perdagangannya. Di Bengal, misalnya, pembayaran kerang dilakukan dengan keranjang yang penuh dengan kerang. Setiap keranjang berisi sekitar 12.000 kulit kerang.
Kendati Maladewa merupakan sumber uang cowrie terpenting sepanjang sejarah, penggunaan kulit cowrie sebagai mata uang, yang menurut beberapa peneliti merupakan bentuk mata uang tertua, justru berasal dari Tiongkok kuno.
Beberapa ribu tahun yang lalu, orang-orang Tiongkok membutuhkan mata uang yang efisien. Mata uang yang dapat digunakan untuk berdagang di semua bagian kerajaan besar mereka. Mereka pun lalu memilih kulit kerang karena sulit dipalsukan.
"Tetapi yang terpenting sumber kerang jauh dari Cina, tak mudah didapat. Ini berarti hanya orang terkaya yang bisa memperoleh komoditas ini dalam jumlah besar," tulis The Vintage News.
Baca juga: Mata Uang Tiongkok Era Majapahit
Jejak tertua penggunaannya sebagai mata uang dapat ditemukan pada benda-benda perunggu yang digali di Tiongkok. Yang tertua berasal dari abad ke-13 SM. Menariknya, selama penggalian di makam beberapa kaisar awal, ditemukan bahwa mereka dimakamkan dengan kulit kerang di mulutnya.
Pun rupanya banyak karakter dalam bahasa mereka, yang merujuk pada uang atau perdagangan, mengandung simbol kulit kerang: 貝. "Karakter Tiongkok untuk kata-kata tertentu, seperti "uang", "koin", "beli", "nilai" juga menyerupai bentuk kerang cowrie," tulis laman itu.
Cara Menentukan Nilai
Pertanyaannya, bagaimana masyarakat menentukan nilai mata uang cangkang cowrie dibandingkan dengan barang lain? Rupanya itu cukup sederhana.
Nilai mereka ditentukan oleh hukum penawaran dan permintaan. Semakin jauh tempat itu berasal dari sumber cowrie atau pusat perdagangan primer, semakin besar nilai yang dimiliki uang cowrie. Itu berarti ada tempat-tempat di mana ia dihargai lebih tinggi. "Anda dapat membeli seekor sapi hanya dengan satu cowrie," tulis The Vintage News.
Sementara di tempat lain, di mana cangkang kerang lebih melimpah, satu cowrie bisa tak memiliki nilai. Di Maladewa, misalnya, seseorang membutuhkan ribuan kerang untuk ditukar dengan satu koin emas.
Baca juga: Bukan Sembarang Uang
Nilainya juga ditentukan berdasarkan waktu pemolesan cangkang kerang. Semakin banyak pekerjaan dimasukkan ke dalam kerang, semakin banyak nilai yang mereka miliki.
"Mereka yang akrab dengan proses penambangan Bitcoin akan melihat bahwa ini terdengar sangat mirip. Ini adalah prinsip yang sama yang kita gunakan hari ini tetapi ditemukan ribuan tahun sebelumnya," lanjut laman itu.
Peran cangkang kerang sebagai mata uang terus dipakai sampai pertengahan abad ke-20. Ini pun menunjukkan seberapa efisien dan stabil sistem purba ini.