Masuk Daftar
My Getplus

Kota 120.000 Kanal

Sempat menjadi pusat ilmu pengetahuan dan niaga, Basrah kini menjadi salah satu area di dunia yang rentan konflik.

Oleh: Hendi Johari | 28 Apr 2019
Kota Basrah tahun 1925. (The Print Collector, Getty Images).

TERSEBUTLAH Panglima  Utbah ibn Gazwan. Usai menaklukan kota Ubullah di Persia, ia merasa ribuan anak buahnya membutuhkan  tempat bernaung untuk menghadapi musim dingin. Lantas disuratinya Khalifah Umar ibn Khattab di Medinah.

Permintaan Panglima Utbah dikabulkan oleh Khalifah Umar. Maka pada 638 M, ribuan orang yang terdiri dari tentara dan rakyat sekitar bahu membahu membangun kawasan yang dilukiskan Utbah kepada Khalifah Umar sebagai “tanah subur yang dekat dengan mata air dan tempat penggembalaan.”

“Orang berdatangan ke tempat itu dan membangun tempat tinggal dari buluh, dan Utbah membangun sebuah mesjid juga dari batang buluh. Kalau pasukan itu berperang mereka mencabuti bambu-bambu itu lalu diikat. Bilamana kelak kembali dari medan perang mereka bangun kembal,” tulis Muhammad Husain Haekal dalam Umar bin Khattab.

Advertising
Advertising

Semenjak itu, Basrah menjadi tempat bertolak pasukan Arab Islam dalam beberapa ekspedisi penaklukan. Di kota garnisun Basrah, para prajurit Arab diajarkan untuk menjalani kehidupan Islami yang penuh kesederhanaan dan kewaspadaan.

”Dari sinilah berbagai tradisi yang bisa diakomodasikan dengan pandangan duniawi Qur’an diteruskan di negeri asing,” ungkap Karen Armstrong dalam Islam, A Short History.

Selama pemerintahan tiga rasyidin pertama, Basrah tidak begitu populer dibanding Makkah dan Medinah. Hingga pada 657, kala kota tersebut menjadi arena peperangan yang dalam tarikh Islam dikenal sebagai Perang Unta (harb al-jamal). Itu adalah puncak perseteruan antara kubu Khalifah Ali ibn Abithalib dengan Ummu Mukminin Aisyah.

“Awalnya perang itu terjadi disebabkan oleh ketidakpuasan para sahabat pimpinan Aisyah yang menganggap Khalif Ali bersikap tidak tegas terhadap para pembunuh Khalif Utsman,” tulis Joesoef Sou’yb dalam Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin.

Baca juga: Kisah Harun Dari Negeri Seribusatu Malam

Sejarah mencatat adu nyawa antara saudara tersebut berakhir dengan kekalahan di pihak Ummul Mukminin Aisyah. Korban keseluruhan tercatat berjumlah sekitar 10.000 jiwa. Itu termasuk dua sahabat Nabi: Thulhah dan Zubair. Aisyah sendiri luput dari maut dan mendapat perlakuan hormat dari Ali. Ia lantas kembali ke Medinah dan  menghindari dunia politik hingga wafat.

Usai berakhirnya massa khalifah yang empat, Basrah berkembang menjadi kota niaga dan pertanian. Tahun 670 M, Gubernur Khurasan —provinsi yang ada dibawah kendali Dinasti Umayyah— menyulap  kota militer tersebut menjadi kota pelabuhan bertaraf internasional. Sungai Shatt al-Arab yang ada di sana menjadi pintu masuk menuju Teluk Persia.

Begitu pentingnya posisi Basrah bagi Kekhalifahan Bani Umayyah, hingga soal tata kota pun diperhatikan betul. Selain membangun berbagai gedung dagang dan tempat pertahanan, Bani Umayyah pun membuat 120 ribu kanal di Basrah. Itulah sebabnya beberapa sejarawan Barat kerap menyamakan Basrah dengan kota kanal di Italia: Venesia.

Terbukanya jalur dari Teluk Persia, menjadikan Basrah ramai oleh lalu lalang berbagai bangsa dari  hampir seluruh mancanegara. Orang-orang Cina, Yunani, Romawi, India dan Persia, setiap waktu memenuhi bandar internasional Basrah. Selain berniaga, tak jarang mereka pun melakukan riset-riset sekaligus menjadi tenaga pengajar bagi orang-orang Arab. Dan untuk soal belajar ini, orang-orang Arab memang terkenal rajin dan ulet.

“Orang-orang Arab menjadi murid-murid yang rakus dari orang-orang Yunani, Romawi, India dan Persia,” ungkap Philip K. Hitti dalam History of the Arabs.

Baca juga: Sandyakala Andalusia

Di Basrah, hampir semua disiplin ilmu berkembang secara pesat kala itu. Namun yang paling termasyur adalah hukum Islam dan seni. Nama-nama seperti Hasan al-Bashri, Ibn Syihab dan Al Zuhri adalah para ahli hukum yang berpengaruh saat itu di Basrah.

Kisah Ali Baba dengan 40 penyamunnya juga adalah produk Basrah abad pertengahan. Ali Baba adalah seorang anak muda miskin, penemu sebuah gua tempat menyimpan harta para penyamun. Untuk memasuki gua tersebut, ada sebuah mantra yang harus diucapkan. Bunyinya: "Sesam, buka pintu Anda." Mantra itulah yang jadi terkenal ke seluruh dunia saat Hollywood meluncurkan film Ali Baba and the Forty Thieves pada 1944.

Tahun 1922, para ahli menemukan kenyataan bumi Basrah dipenuhi oleh minyak. Jumlahnya sungguh fantastik: 20 milyar barel. Itu adalah 17% dari minyak bumi Irak, yang merupakan negara kedua terbesar penghasil minyak bumi di dunia. Sejak itu, Basrah menjadi rebutan banyak perusahaan kilang minyak dunia, termasuk 2 raksasa perusahaan minyak Inggris: BP Amoco dan Royal Dutch Shell.

Seiring ditemukannya “emas hitam” itu,  Basrah seolah menuai kutukan. Konflik kerap terjadi di sana, bukan saja melibatkan para petualang minyak, namun juga antar penganut sekte beragama dan para penjahat biasa. Kota yang tadinya merupakan pusat pengetahuan itu, kini telah berubah menjadi salah satu kawasan paling berbahaya di dunia.

Baca juga: Prahara Yerusalem Diusik Amerika

TAG

Irak

ARTIKEL TERKAIT

73 Easting, Tarung Kolosal Tank di Perang Teluk Perang Teluk Hitler Nestapa Sabaya Kala Kapal Perang Amerika USS Stark Dimangsa Rudal Irak Puasa Zaman Gajah Mada Tepung Seharga Nyawa Yang Tersisa dari Saksi Bisu Romusha di Bayah Cikal Bakal Bursa Saham Orang Pertama yang Menjual Saham VOC Kisah Mantan Pilot John F. Kennedy