Pandemi Covid-19 menginfeksi lebih dari satu juta orang di dunia. Scientific American melaporkan, berdasarkan temuan Shi Zhengli, virologis yang bekerja di Wuhan Institute of Virology, 96 persen genomic sequence Covid-19 mirip dengan virus corona yang pernah diidentifikasi pada kelelawar tapal kuda di Yunnan.
Selama dua dekade terakhir, tiga coronavirus telah diidentifikasi sebagai penyebab wabah penyakit berskala besar, seperti SARS, MERS, dan Sindrom Diare Akut (SADS). SARS dan MERS muncul masing-masing pada 2003 dan 2012 dan menyebabkan pandemi di seluruh dunia. Sementara SADS menyerang industri babi di China pada 2017. Virus-virus tersebut memiliki kesamaan karakteristik, yakni sangat patogen terhadap manusia atau ternak dan berasal dari kelelawar. Namun virus yang berindang pada kelelawar tak terbatas pada jenis korona. Riset-riset dari para peneliti terdahulu menemukan ada beragam virus yang berasal dari kelelawar. Berikut jenis-jenisnya:
Virus Malaka terkait orthoreovirus
Virus malaka terkait dengan orthoreovirus pertamakali ditemukan pada awal 1950-an. REO virus (respiratory enteric orphan virus) atau virus pernapasan anak yatim tidak diketahui berhubungan dengan penyakit apapun, maka virus ini dinamai virus anak yatim. Ketika penyelidikan wabah flu pada 2006 ditemukan sebuah keluarga di Malaka, Malaysia terinfeksi novel orthoreovirus, maka virus yang mirip REO-virus ini dinamai virus Malaka.
Studi serologis dan epidemiologis menegaskan bahwa virus Malaka adalah agen penyebab penyakit pernapasan akut yang diderita oleh banyak anggota keluarga. Parahnya, virus tersebut mampu menularkan penyakit dari manusia ke manusia.
Baca juga:
Menelusuri Riset Virus Korona dan Kelelawar
Pada pelacakan epidemiologis ditemukan bahwa virus kemungkinan besar berasal dari kelelawar. Hewan yang jadi reservoir banyak virus ini kemungkinan singgah ke rumah keluarga terjangkit sekitar seminggu sebelum timbulnya penyakit. Dari satu keluarga ini, penyakit kemudian menular ke keluarga lain.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan virus Malaka terkait erat dengan dua orthoreovirus kelelawar yang sebelumnya diteliti, yakni virus Teluk Nelson yang diisolasi pada tahun 1970-an di Australia dan virus yang ditemukan pada kelelawar di Pulau Tioman, Malaysia pada 1999.
Virus Hendra
Virus Hendra merupakan virus kelelawar zoonosis kontemporer pertama yang muncul pada 1994 di Australia. Virus Hendra yang diidentifikasi sebagai novel paramyxovirus mengakibatkan kematian lebih dari 10 kuda dan satu manusia. Karena mortalitas yang tinggi dan kurangnya pengobatan, virus ini diklasifikasikan sebagai agen Biosafety Level 4 (BSL4).
Virus Hendra juga diidentifikasi berasal dari kelelawar buah dalam genus Pteropus. Pada wabah pertama yang tercatat, setidaknya ada 10 wabah lain yang disebabkan virus Hendra di Australia. Beberapa di antaranya melibatkan infeksi pada manusia. Wabah terakhir terjadi pada 2008, mengakibatkan kematian seorang dokter hewan yang menangani kuda yang terinfeksi.
Menangle virus
Virus ini diisolasi pertama kali pada 1997 di peternakan babi di New South Wales, Australia. Kematian seekor anak babi yang mati dengan kelainan bentuk diidentifikasi menjadi awal dari satu wabah penyakit reproduksi. Akibat virus menangle, angka kelahiran bayi babi di perternakan di Australia berkurang bahkan sebagian bayi babi lahir cacat.
Investigasi serologis terhadap orang-orang yang kontak dengan babi mengungkapkan bahwa dua orang di antaranya menderita penyakit seperti influenza. Namun mereka yang terjangkit ini memiliki tingkat antibodi tinggi yang menurut Lin-Fa Wang dalam “Bats and Viruses: a Brief Review”, jadi penetral terhadap virus Maenangle. Studi lain menemukan antibodi penawar virus Menangle dapat dideteksi dalam rubah terbang hitam (Pteropus alecto) sebanyak 46%, rubah terbang yang tidak berambut (P. poliocephalus) 41%, rubah terbang berkacamata (P. conspicillatus) 25%, dan 1% lagi dari rubah terbang merah kecil (P. scapulatus) di Australia.
Baca juga:
Sejarah Karantina untuk Cegah Penyakit Merajalela Masa Hindia Belanda
Virus Nipah
Virus Nipah muncul di Malaysia pada akhir millennium lalu. Virus ini diyakini sebagai hasil dari peristiwa spillover kelelawar-ke-babi yang diikuti penularan besar-besaran dari babi ke babi dan akhirnya menyebabkan penularan dari babi ke manusia. Ada lebih dari 100 korban jiwa di Malaysia dan Singapura akibat virus Nipah.
Jenis virus Nipah yang berbeda kemudian muncul di India dan Bangladesh, menyebabkan wabah hampir setiap tahun dengan angka kematian 70 hingga 90 persen. Investigasi epidemiologis menunjukkan bahwa strain virus Nipah mampu mengarahkan penularan kelelawar ke manusia dan manusia ke manusia. Hal ini meningkatkan kemungkinan wabah yang jauh lebih besar pada manusia.
Tioman virus
Ketika para peneliti melakukan pencarian reservoir virus Nipah, sampel urin dari beragam kelelawar di Pulau Tioman dikumpulkan. Peneliti lalu menemukan Novel paramyxovirus atau Tioman virus. Dinamai demikian berdasarkan tempat kelelawar yang jadi inang virus berdiam, Pulau Tioman, di lepas pantai timur Semenanjung Malaysia.
Lin Fa Wang dalam risetnya bersama Christopher Cowled bertajuk Bats and Viruses: A New Frontier of Emerging Infectious Diseases, studi molekuler dan antigen menunjukkan bahwa virus Tioman paling erat kaitannya dengan virus Menangle dan keduanya ditempatkan dalam genus Rubulavirus dalam keluarga Paramyxoviridae. Potensi virus Tioman untuk menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan lain tidak diketahui, namun penelitian terbaru Lin Fa Wang menunjukkan hewan yang amat rentan terinfeksi virus ini ialah babi. Pada manusia, virus Tioman dapat menyebabkan gejala seperti flu ringan yang salah didiagnosis atau bahkan tidak terdiagnosis.
SARS-Coronavirus
Seperti sudah disinggung sebelumnya, sindrom pernapasan akut (SARS) jadi biang kerok wabah penyakit pada 2002. Virus ini menyebabkan penyakit dengan tingkat penularan tinggi dari manusia ke manusia. Meskipun strain virus SARS ditemukan dalam tubuh musang, anjing, rakun, kucing, babi, dan hewan lain, tidak satu pun dari hewan ini yang merupakan reservoir alami SARS-Coronavirus.
Penelitian yang dilakukan pada 2005 menemukan, kelelawar tapal kuda dalam genus Rhinolophus membawa sekelompok virus corona yang terkait erat dengan strain wabah SARS. Jenis virus pada kelelawar tersebut memiliki organisasi genom yang hampir identik dengan jenis virus SARS pada manusia. Namun, terdapat perbedaan dalam protein yang diperlukan sebagai reseptor virus korona penyebab SARS manusia dengan virus korona pada kelelawar genus Rhinolophus.
Ebola virus
Salah satu virus paling mematikan yang diketahui menginfeksi manusia ialah Ebola. Hingga kini, asal virus Ebola tetap menjadi misteri. Namun, penelitian terakhir berusaha menemukan hubungan antara virus ebola dengan tiga kelelawar dengan spesies yang berbeda (Hypsignathus monstrosus, Epomops franqueti, dan Myonycteris torquate). Ketiga jenis kelelawar yang ditangkap di Gabon dan Republik Kongo tersebut menunjukkan kerentanan terhadap infeksi virus Ebola.