PENGUNJUNG riuh ketika Bara Pattiradjawane, chef terkenal yang sering menghiasi layar kaca, berlomba mengulek sambal dengan Ton van Zeeland, direktur Erasmus Huis. Acara ini ikut menyemarakkan pembukaan pameran bertajuk Indonesian Kitchen Throughout Ages di Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis Jakarta, 24 Agustus 2013.
Pameran sejarah kuliner ini menampilkan interaksi Indonesia-Belanda dalam budaya kuliner. Perpaduan ini menghasilkan makanan-makanan yang unik dan populer di kedua negara. Tujuan pameran ini untuk mengenang kembali betapa lezat dan nikmatnya masakan tempo dulu hingga sekarang.
Dalam pameran tersebut, ditampilkan beberapa bumbu masakan, rempah-rempah, alat-alat masak tradisional, foto-foto koleksi KITLV, dan poster resep makanan dari masa kolonial Belanda. Yang paling menarik adalah buku-buku resep masakan dari masa kolonial yang ditulis orang Belanda ketika mereka tinggal di Indonesia. Salah satunya Groot Nieuw Volledig Oost-Indisch Kookboek karya JMJ Catenius van der Meyden, yang terbit tahun 1902.
Karya Nyonya Catenius itu berisi resep-resep masakan yang ditulis dalam bahasa Belanda. Buku ini ditujukan bagi setiap perempuan Belanda untuk menyiapkan hidangan risjtafel tanpa bantuan orang bumiputera.
Buku ini, menurut sejarawan Achmad Sunjayadi, ibarat kitab suci masakan. “Khusus buku kumpulan resep Groot Nieuw Volledig Oost-Indisch Kookboek kerap dihadiahkan kepada para wanita Belanda sebagai hadiah pernikahan. Buku ini memuat 1381 resep yang seakan menjadi kitab sucinya para ratu dapur,” tulis Sunjayadi, “Resep Masakan dari Masa Lalu,” dimuat dalam situswebnya.
Berbagai resep makanan tercatat dalam buku ini. Salah satunya resep kudapan ringan asal Indonesia. Seperti Chinese Pastei (Pastel Cina), Dodol, Gemblong, Kwee Apem Ceylon (Kue Apem Srilangka), Kwee Babieka, Kwee Bugis, dan Kwee Lemper.
Resep-resep makanan yang tercatat dalam buku ini dianggap masih relevan dan diminati sampai hari ini. Bahkan pada 2002, buku resep ini diterbitkan ulang oleh penerbit Tirion di Belanda dengan mempertahankan ejaan lama. Penerbitan ulang karya ini dilakukan sebagai peringatan seratus tahun buku Groot Nieuw Volledig Oost-Indisch Kookboek pada 1902.