1 Mei 1886. Puluhan ribu buruh di Chicago turun ke jalan. Mereka menuntut delapan jam kerja dalam sehari. Aksi itu disambut oleh senjata api polisi sehingga menggerakan aksi lebih besar lagi yang kemudian menjadi cikal bakal May Day atau Hari Buruh Internasional.
Kala itu, Chicago menjadi pusat gerakan anarkis terutama di kalangan imigran Jerman dan Ceko. Pada Kongres Internasional Kedua 1883 di Pittsburgh, mereka mengirim lebih banyak delegasi daripada kota-kota lain. Jumlahnya bahkan mencapai setengah dari total keanggotaan Amerika Serikat. Tiga makalah anarkis juga diterbitkan di Chicago dan dibaca banyak kelas pekerja.
“Agitasi mencapai puncaknya di Chicago pada tahun 1886. Pada 3 Mei polisi menembaki kerumunan di luar pabrik McCormick Reaper Works yang telah mengunci orang-orangnya, membunuh beberapa orang,” tulis Peter Marshall dalam Demanding The Impossible, A History of Anarchism.
Baca juga: Jejak Buruh di Awal Mei
Kejadian itu menyulut lagi protes besar yang digelar di lapangan Haymarket. Protes hari itu hampir berakhir damai. Hujan turun dan kerumunan tersebar. 200 polisi berbaris di alun-alun. Namun, ketika mereka mulai membubarkan massa, sebuah bom dilemparkan dari sebuah gang.
Kekacauan terjadi. Polisi kemudian mulai menembak ke arah kerumunan. Dalam baku tembak itu tujuh polisi tewas dan kemungkinan tiga kali lebih banyak yang tewas dari pihak demonstran, serta enam puluh lainnya terluka. Jumlahnya tidak pernah dipublikasikan.
Peristiwa itu membuat delapan orang anarkis dituduh bertanggung jawab. Mereka adalah Albert Parson, August Spies, Michael Schwab, Samuel Fielden, George Engel, Adolph Fischer, Oscar Neebe dan, Louis Lingg. Albert Parsons adalah editor suart kabar Alarm dan August Spies editor Chicagoer Arbeiter-Zeitung.
Baca juga: Riuh-Rendah Hari Buruh
Pengadilan memvonis tujuh orang dihukum mati sementara satu orang mendapat lima belas tahun penjara. Namun kemudian, vonis dua orang dari mereka yang dihukum mati diubah menjadi penjara seumur hidup. “Dari lima orang yang dihukum mati, satu melakukan bunuh diri pada malam sebelum eksekusi,” sebut Marshall.
Empat orang yang akhirnya dieksekusi adalah Parsons, Spies, Engel, dan Fischer. Mereka digantung pada November 1887. Sementara itu, para penyintas dibebaskan beberapa tahun kemudian ketika Gubernur Illinois John Peter Altgeld memerintahkan penyelidikan atas kasus tersebut dan tidak menemukan bukti yang menunjukkan bahwa mereka terlibat dalam pemboman itu.
George Woodcok dalam Anarchism: A History of Libertarian Ideas and Movements menyebut pengakuan ketidakadilan yang dialami para anarkis itu membuat mereka menjadi martir klasik gerakan buruh. Namun, ada satu hal yang masih kabur.
“Tidak seorang pun, seperti yang saya katakan, pernah tahu siapa yang melempar bom Haymarket. Itu mungkin agen provokator,” sebut Woodcock.
Baca juga: Menggali Akar Anarkisme di Indonesia
Insiden Chicago menjadi awal dari prasangka orang Amerika terhadap anarkisme dalam bentuk apa pun. Pada tahun-tahun berikutnya, kaum anarkis di Amerika Serikat terlibat dalam sedikit kekerasan. Namun sayangnya, dua dari sedikit insiden yang melibatkan mereka begitu terkenal, yakni percobaan pembunuhan terhadap pemodal Henry Clay Frick oleh Alexander Berkman pada 1892 dan pembunuhan Presiden McKinley oleh Leon Czolgosz pada 1901.
Meski demikian, Kongres Sosialis Internasional II di Paris pada Juli 1889 menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional. Sementara itu, Amerika Serikat memilih hari Senin pertama di bulan September sebagai Hari Buruh.