Masuk Daftar
My Getplus

Andi Gappa Abang Panglima

Dia bangsawan Bone yang jadi anggota parlemen Negara Indonesia Timur. Setelah NIT bubar dia anggota parlemen RI mewakili Masyumi.

Oleh: Petrik Matanasi | 05 Jul 2023
Andi Gappa, politisi-pengusaha yang merupakan abang Panglima ABRI era Orba (Konstituante.net)

Suatu hari sekitar September 1946, sebuah patroli laut militer Belanda menangkap sebuah kapal dan menahan penumpangnya di perairan Sulawesi. Di antara penumpang yang ditangkap itu terdapat seorang pemuda belasan tahun. Namanya Andi Mo’mang.

Menurut Barbara Silas Harvey dalam Pemberontakan Kahar Muzakkar: Dari Tradisi Ke DI/TII, Andi Mo’mang kala itu dia hendak pergi ke Jawa. Dia bertekad bergabung dengan perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia (RI).

Kala itu Kalimantan, Sulawesi, dan beberapa pulau di sekitarnya masih berada di bawah pendudukan tentara Belanda. Kekuatan RI baru menguat di Jawa dan Sumatra saja.

Advertising
Advertising

Tertangkapnya Andi Mo’mang merisaukan Andi Gappa. Ia kala itu sudah jadi orang berpengaruh di daerah Bone. Selain anak bangsawan Kajuara di Bone, menurut buku Kami Perkenalkan, antara 1938 hingga 1946 Andi Gappa merupakan kepala swapraja Distrik Kajuara.

Baca juga: Cara Raja Bone Melawan Belanda

Kajuara memiliki sejarah perlawanan terhadap kolonial Belanda. Kata HD Mangemba dalam Takutlah Pada Orang-orang Jujur, Besse Kajuara selaku raja Bone ke-28 pernah membalik bendera Belanda menjadi biru-putih-merah sebagai wujud kebenciannya terhadap penguasa kolonial itu.

Peran politis Andi Gappa, yang lahir di Kajuara pada 7 Agustus 1918, semakin meningkat setelah Perang Kemerdekaan pecah. Pada 1947, dia dijadikan sebagai anggota Parlemen dari Negara Indonesia Timur (NIT) –yang beribukota di Makassar– dari Fraksi Nasional. Dengan adanya power itulah Andi Gappa berusaha membebaskan Andi Mo’mang pada Juni 1947.

Namun setelah berhasil dibebaskan, orang yang dibebaskan bukan hidup tenang dengan bersekolah di Makassar tapi justru kembali ke Jawa untuk ikut berjuang mempertahankan proklamasi. Di Jawa, Andi Mo’mang bahkan makin mendapat kepercayaan banyak pihak sehingga diberi tanggung jawab lebih banyak.

Baca juga: Pelajar Makassar Bernyali Besar

Andi Gappa tak ambil pusing lagi dengannya. Dia melanjutkan tugasnya di parlemen NIT. Ia ikut dalam muhibah Misi Persahabatan parlemen NIT ke sejumlah wilayah di RI.

“Pada 14 Februari 1948, melalui Keputusan Presiden NIT No. 11/Prb/48, dibentuklah Misi Parlemen atau Misi Persahabatan untuk NIT. Anggota misi diangkat oleh Badan Perwakilan Provinsi, antara lain A. Mononoetoe (Ketua); Dr.H.Bergeme; Pendeta A. Conterius; Andi Gappa; Andi Massarappi; Anak Agoeng Njoman Pandji Tisne; A.Wartabone; dan Tjan Tjoen Tek (sekretaris),” tulis Ide Anak Agung Gde Agung dan Linda Owens dalam From the Formation of the State of East Indonesia Towards the Establishment of the United States of Indonesia.

Misi tersebut selain untuk menjalin persahabatan, bertujuan untuk mempelejari sistem pemerintahan yang diterapkan swapraja maupun pemerintahan daerah di RI. Di ibukota Yogyakarta, selain dijamu resmi oleh Presiden Sukarno, Misi mendapat penjelasan tentang tata-kelola pemerintahan dari Sri Paku Alam yang merupakan orang nomor dua di provinsi tersebut.

Baca juga: Tahun Baru, Ibukota Pindah Yogyakarta

Misi kemudian berkeliling ke kota-kota di sekitarnya seperti Klaten, Solo, dan Madiun. Di tiap kota, Misi diterima oleh kepala daerah setempat. Misi lalu meninggalkan Yogyakarta untuk ke Jakarta pada akhir Februari 1948. Dari Jakarta, misi belajar tata-kelola pemerintahan ke Bogor, Cianjur, dan Bandung.

“Sebelum misi berangkat ke Jakarta, dua orang anggota, Andi Massarappi dan Andi Gappa, bersama Moh. Jahja, berangkat ke Solo untuk bertemu dengan Sri Pakubuwono XII dan Sri Mangkunegara VIII. Tujuan kunjungan mereka adalah untuk mempelajari pendapat pribadi kedua sesepuh, ketua kehormatan (susuhunan) keraton Surakarta dan Mangkunegaran, tentang pemerintahan swapraja,” sambung Gde Agung dan Linda Owens.

NIT kemudian menjadi negara federal yang berumur singkat. Rakyat di wilayah-wilayahnya kebanyakan mendukung RI ketimbang negara boneka buatan Belanda itu. Pun di dalam NIT, banyak orang di dalamnya adalah pendukung RI.

Baca juga: Jalan Hidup Perdana Menteri Negara Indonesia Timur

Setelah NIT bubar pada 1950, para anggota parlemen NIT kemudian menjadi anggota parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk sementara waktu. Setelah RIS bubar, bekas parlemen NIT itu menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, termasuk Andi Gappa.

Setelah NIT bubar itulah Andi Gappa bisa bertemu lagi dengan Andi Mo’mang, yang –juga lahir di Kajuara pada 23 Juni 1928– tak lain adalah adik tirinya. Ketika bertemu lagi, Andi Mo’mang sudah jadi kapten CPM TNI dan memakai nama Andi Muhammad Jusuf –yang kelak moncer kariernya  hingga mencapai menteri pertahanan sekaligus panglima ABRI dalam Kabinet Pembangunan III Soeharto; dikenal sebagai "jenderalnya para prajurit" akibat programnya "ABRI masuk desa"-nya.

Baca juga: Kala M. Jusuf Nyaris Direnggut Maut

Andi Gappa kemudian tinggal di Jakarta dan aktif berpolitik. Setelah 1951, Andi Gappa sudah menjadi anggota partai Majelis Syuro Ulama Indonesia (Masyumi). Lewat kendaraan partai itulah Andi Gappa menjadi anggota Konstituante usai Pemilu 1955.

Selain menjadi politisi, Andi Gappa juga menjadi pebisnis. Dia menjadi pemilik Bank Kemakmuran, tempat “Raja bank” Mochtar Riyadi belajar mengurus bank.

Namun, bank tersebut lambat berkembang. Kenyataan itu membuat Mochtar yang ingin memiliki usaha perbankan mendapat kesempatan emas. Mochtar tak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan segera menghubungi kenalannya.

“Pada 1959, saya melihat secercah harapan. Wu Wenrong, sesama Xinghuanese, telah mendengar bahwa saya ingin memulai sebuah bank. Suatu hari dia datang menemui saya untuk memperkenalkan Andi Gappa, pemilik Bank Kemakmuran, sebuah bank kecil yang sedang berjuang dan membutuhkan modal segar. Gappa berasal dari keluarga terkemuka di wilayah Makassar di pulau Sulawesi. Keluarga itu sangat jujur, tetapi kurang memahami bisnisnya, dan hal ini membuat bank mereka tidak berkembang lebih cepat. Mereka rela membiarkan orang luar berbagi saham di bank dan membantunya tumbuh,” kata Mochtar dalam Mochtar Riady: My Life Story.

Baca juga: Sejarah Lahirnya Bank Syariah di Indonesia

Aset yang dimiliki Bank Kemakmuran saat itu sekitar 3 juta dolar sementara modal kerjanya sekitar 100 ribu dolar. Demi menjaga dan mengembangkan kekayaan yang tidak kecil itu, Gappa pun memasang persyaratan kepada calon investornya.

“Syarat menjadi mitra baru harus menyuntik modal segar US$ 200 ribu untuk mengusai 66 persen saham." kata  Mochtar Riyadi dalam biografinya, Manusia Ide.

Mochtar segera mempelajarinya sambil intens berdiskusi dengan ayah dan paman Wu Wenrong rekannya. Pada akhirnya Mochtar berhasil mengajak keduanya plus tiga pengusaha asal Fujian lain bergabung untuk investasi ke Bank Kemakmuran.

“Mereka mengusulkan agar saya memegang posisi ketua dewan dan manajer umum. Impian saya menjadi kenyataan: saya telah menjadi seorang bankir,” sambung Mochtar, yang kemudian dalam perkambangannya membawa Bank Kemakmuran bersatu dengan bank-bank swasta lain hingga kini menjadi Panin Bank.

TAG

sejarah pemilu nit negara federal perang kemerdekaan

ARTIKEL TERKAIT

Mr. Laili Rusad, Duta Besar Wanita Indonesia Pertama Bekas Menteri Masuk TNI Hari-Hari Terakhir Mussolini Nona Manis di Lapangan Ikada Edutainment Kasih Paham Sejarah dengan Reenactment Nasib Nahas Kapten Mussolini Padamnya Rokok Kretek Bal Tiga Nitisemito Upaya Raja Kretek Mengatasi Pemalsuan Rokoknya Kisah Anak Lurah Jadi Raja Kretek Pendidikan Seks dalam Serat Nitimani