Masuk Daftar
My Getplus

Kemenangan "Tentara Sukarno" di Hari Lebaran

Kolonel Ahmad Yani sukses memimpin penumpasan PRRI di Sumatera Barat. Tidak lama setelah operasi berhasil digelar, hari raya lebaran pun tiba.

Oleh: Martin Sitompul | 16 Jun 2017
Beberapa anggota pasukan Operasi 17 Agustus berpose sebelum melaksanakan tugas. (Perpusnas RI).

FEBRUARI 1958, Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dimaklumatkan di Bukittinggi, Sumatera Barat. Beberapa saat usai pengumuman itu, Presiden Sukarno segera memanggil Kolonel Ahmad Yani ke Istana Negara. Sebuah tugas militer penting dilontarkan: operasi militer menumpas PRRI, sekaligus meminta Yani untuk memimpin pendaratan pasukan TNI di Padang.

Perintah itu langsung direspons secara positif. Yani mengatakan kepada Presiden Sukarno, “…bagi saya hanya ada dua alternatif, pertama: terkubur di dasar lautan dan kedua, mendarat di Padang,” demikian seperti dituturkan Kolonel Suhardiman kepada istri Yani, Yayu Rulia Sutowiryo dikemudian hari dalam Ahmad Yani: Sebuah Kenang-kenangan.

Yani menyanggupi lantas membentuk staf komando operasi gabungan dengan sandi “17 Agustus”. Operasi itu melibatkan tiga matra sekaligus: Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU). Sebagai pendamping, Yani dibantu oleh Letkol John Lie dari AL dan Letkol Wiriadinata dari AU.

Advertising
Advertising

Baca juga: Bung Hatta Bebas di Hari Lebaran

Hari pendaratan ditetapkan 17 April 1958. Selama sejam sejak pukul 05.00 dini hari, penembakan dilancarkan oleh kapal-kapal perang TNI AL ke titik pendaratan. Dua puluh lima menit kemudian pesawat “Red Flight” TNI AU melakukan penembakan disusul dengan pemboman oleh pesawat “Blue Flight” di tempat yang sama. Serangan udara ini terutama ditujukan ke lapangan terbang Tabing. Sejurus kemudian pasukan dari KKO mengawali pendaratan di pantai Padang. Siang hari, seluruh pasukan gabungan berhasil memasuki Padang. Operasi ini hanya memakan satu korban di pihak TNI yang berasal dari Pasukan Gerak Tjepat (PGT) TNI AU.

Operasi pendudukan berlangsung selama satu setengah bulan; lebih cepat dari yang diperkirakan yakni tiga bulan. Kota-kota penting seperti Padang, Solok, Payakumbuh, dan Bukit Tinggi berhasil dikuasai TNI. Pada masa awal pendudukan, suasana kota terasa mencekam dan lengang karena banyaknya penduduk yang mengungsi. Di Padang misalnya, banyak masyarakat yang mengatakan, “tentara Sukarno datang,” tulis Yayu.

Namun, lambat laun situasi keamanan mulai terkendali. Pada 24 Mei 1958, sebanyak 500 prajurit PRRI menyerahkan diri. Secara militer, perlawanan PRRI telah dipatahkan.

Menurut catatan Abdul Haris Nasuiton yang saat itu menjabat Kepala Staf TNI AD sebenarnya PRRI tak lama lagi akan mendapat pesawat-pesawat Bomber-26 dari Amerika. Itu berarti lebih mampu dari B-25 yang dimiliki TNI AU. AU memperhitungkan, dengan B-26 mereka akan dapat membom Medan, Pekanbaru, dan Palembang.

Baca juga: Pertempuran Usai Lebaran

“Jika timing mereka lebih tepat dan menyesuaikan proklamasinya dengan itu, maka peta militernya akan lain jadinya. Syukurlah, tidak terlambat kami mendarat!” ungkap Nasution dalam memoarnya Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 4: Masa Pancaroba Kedua.

Tidak lama setelah operasi berhasil digelar, hari raya lebaran pun tiba. Salah seorang staf dari pusat kerohanian (Pusroh) memberikan masukan agar Yani dan para komandan batalion mengikuti shalat Id di lapangan bersama rakyat.

“Orang Padang menyegani seseorang yang sembahyang,” kata staf itu sebagaimana dikutip Nasution.

Namun, Yani menampik. “Orang tahu bahwa saya jarang sembahyang. Kalau saya sembahyang, bukanlah untuk dipuji orang, tapi adalah karena Tuhan,” ungkapnya.

Menurut Nasution, jawaban Yani tersebut merupakan cermin kejujuran pribadi sang perwira. “Sahutan Yani adalah karakteristiknya,” tulis Nasution.

TAG

Lebaran

ARTIKEL TERKAIT

Tradisi Membeli Baju Lebaran Menentukan Hari Lebaran Pada Masa Kolonial Jenderal Soedirman Lebaran di Jakarta Pertemuan Rahasia di Malam Lebaran Belanda Menghalangi Salat Id di Jakarta Lebaran Pertama Setelah Zaman Perang Suasana Mudik dan Lebaran di Awal Orde Baru Awal Mula Pelesiran Lebaran ke Kebun Binatang Pengelolaan Zakat Fitrah Masa Kolonial Sejarah Mudik Lebaran