Masuk Daftar
My Getplus

Dapat Cuti Malah Perang di Kampung

Dapat cuti, mereka mudik. Bukan untuk bersenang-senang, melainkan mempertahankan kampung halaman.

Oleh: Petrik Matanasi | 30 Okt 2023
Samuel Tappang alias Pappang, orang penting di balik pertahanan Tana Toraja dari serbuan pasukan Andi Sose. (repro "Biografi Frans Karangan")

Awal Mei 1958 menjadi masa menyenangkan buat sekira 70 anggota Batalyon R/758 di Palu. Mereka bisa bertemu sanak-saudara setelah mendapat cuti usai mempertaruhkan nyawa bertempur melawan pasukan Permesta.

Pappang salah seorang di antara yang mendapat cuti itu. Namanya Samuel Tappang. Orang mengenalnya sebagai Pappang. Di tahun 1958 itu, dia sudah 10 tahun jadi tentara dan pangkatnya sudah Pembantu Letnan. Dia memimpin sebuah peleton di dalam Batalyon R/758.

Setelah bertempur merebut bandara di Palu yang dikuasai Permesta, awal Mei 1958 Pappang termasuk yang dapat cuti mudik ke Tana Toraja. Bersama Hans Rombe, Sersan Kalimuddin, Yakobus Tandigala dan lain-lain, yang jumlahnya sekitar 70 orang, Pappang naik kapal dari Donggala ke Makassar. Dari Makassar, mereka naik truk ke Toraja.

Advertising
Advertising

Sesampai di kampung halaman, ternyata mereka tak bisa lama-lama bersantai. Ada keadaan menyeramkan bagi kebanyakan orang Toraja kala itu. Kepala Staf Resimen Infanteri 23 di Pare-pare, Mayor Andi Sose, ingin masuk lagi ke Toraja dengan Batalyon 717. Alhasil pada 15 Mei 1958, di Tongkonan Pananian, Tana Toraja, dibentuk Barisan Komando Rakjat (BKR) dan Oenit Pertahanan Desa (OPD). Pappang masuk di dalamnya sebagai orang penting yang akan mengurus pertempuran.

Pappang membagi pasukannya di banyak tempat. Para personel Batalyon R dijadikannya pemimpin kelompok tempur yang tersebar itu. Pappang sendiri memimpin pasukan induk yang bergerak ke mana saja yang ada pertempuran.

Pappang, catat Sili Suli dalam Komandan Frans Karangan Dalam Gejolak Sejarah, pernah dilatih 8 bulan sebagai serdadu KNIL pada 1947 yang kemudian dikirim ke Jawa Timur. Pada 1950, dia naik kapal ke Sulawesi. Karena tak paham situasi politik, dia ikut Kompi Andi Azis dalam Andi Azis Affair 5 April 1950.

Akhirnya, Papang ikut pasukan Frans Karangan masuk hutan ketika banyak veteran pejuang Sulawesi Selatan marah lantaran tak diterima masuk TNI. Sebelum menjadi komandan regu lalu peleton di bawah Frans Karangan, Pappang pernah bekerja di bawah Andi Azis dan Kahar Muzakkar.

Para pemuda yang tergabung dalam OPD dan BKR sudah bersiap menyambut kedatangan Andi Sose dan Batalyon 717-nya. Mereka beruntung, satu kompi dari Batalyon R di Palu dikirim ke Toraja sebelum 20 Mei 1958 dan beberapa anggota satuan zeni dan artileri di sekitar Palopo siap membantu. Selain itu, menurut Barbara Harvey dalam Pemberontakan Kahar Muzakkar: Dari Tradisi ke DI/TII, Batalyon 511 dari KODAM Brawijaya diam-diam juga memberikan bantuan senjata kepada pemuda-pemuda desa yang hendak bertempur melawan Andi Sose.

“Pada tanggal 20 Mei, bertepatan denga hari Kebangkitan Nasional, rakyat mulai meninggalkan Kota Rantepao-Makale menuju ke daerah-daerah pedalaman. Besoknya dikirimkan ultimatum kepada pasukan RI-23 untuk meninggalkan Tana Toraja, namun tidak dihiraukan,” catat Diks Pasende dalam tulisannya di buku Antara Daerah dan Negara: Indonesia Tahun 1950-an, “Politik Nasional dan Penguasa Lokal di Tana Toraja”.

Tiga hari kemudian, orang-orang Toraja demonstrasi di Rantepao. Dari sana mereka berjalan ke Makale. Semua berjalan lancar tanpa pertumpahan darah.

Pada 28 Mei 1958, keadaannya berbeda. Kontak senjata pecah antara anggota  717 dengan OPD. Kontak senjata itu dipicu oleh ketidakhadiran Pappang dan pemimpin Toraja lain dalam berunding dengan pihak KODAM Hasanuddin, Pangala, di Rantepao. Mereka diserang pasukan Andi Sose.

Pertempuran terjadi berhari-hari. Setelah anak buah Pappang membunuh Pembantu Letnan NJ Narsan alias Nada di jembatan Sungai Maiting pada 5 Juni 1958, moril pasukan yang dipimpin Pappang jadi meningkat. Nada sendiri kawan Pappang. Dia bekas gerombolan di Mamasa yang masuk Batalyon 717. Maka Nada dimakamkan dengan baik.

Setelah eberapa pertempuran sengit terjadi di sekitar Rantepao pada awal Juli 1958 dan pada 7 Juli 1958, barulah pengikut Andi Sose dipukul mundur dari Toraja. Setelah krisis di Toraja, Sersan Kalimuddin memimpin sebuah rombongan kembali ke Palu. Dalam perjalan pulang sempat dicegat pasukan DI. Sementara itu Pappang tidak kembali ke Palu. Dia menetap di Toraja hingga akhir hidupnya.

TAG

sejarah-sulawesi-selatan tana toraja

ARTIKEL TERKAIT

Tolo' Sang "Robinhood" Makassar Perjalanan Kapten Pahlawan Laut 711 vs 719 Akar Keluarga Yasin Limpo Menjelang Blitzkrieg di Ibukota Republik Dari Penaklukkan Carstensz hingga Serangan VOC ke Kesultanan Gowa Setelah Inggris Menjadikan Bekasi Lautan Api Saat Pelantikan KSAD Diboikot Hans Christoffel Memburu Panglima Polem Memori Getir Pembantaian Hama