Masuk Daftar
My Getplus

Satu Rumpun Bahasa

Keragaman bahasa etnis di Indonesia tak menghilangkan jejak pengaruh rumpun bahasa Austronesia.

Oleh: Risa Herdahita Putri | 26 Sep 2024
Tiga pria asal Gayo. (Wereldmuseum Amsterdam).

“KITA sekarang memang berbeda, tapi dulu kita satu”. Begitu ucap Ery Soedewo, peneliti dari Balai Arkeologi (Balar) Medan, setelah menyampaikan makalahnya dalam Seminar Internasional Diaspora Austronesia di Nusa Dua, Bali, Juli 2016.

Presentasinya memperlihatkan awal mula berpisahnya bahasa Gayo dan Karo menjadi dua bahasa yang berbeda dari sudut pandang arkeolinguistik. Bahasa Gayo dan Karo adalah sedikit dari bahasa di Indonesia yang berkembang dari rumpun bahasa Austronesia.

Harry Truman Simanjuntak, arkeolog senior Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), mengatakan, mempelajari Austronesia berarti mengingatkan bahwa ribuan tahun lalu bangsa Indonesia pernah disatukan akar tradisi yang sama: bahasa Austronesia.

Advertising
Advertising

“Kita semua memang berbeda, tetapi kita memiliki kesamaan yang dirangkai melalui Austronesia sebagai benang merahnya,” ujarnya.

Baca juga: 

Bukti Leluhur Austronesia Tertua di Taiwan dan Cina Selatan

Hingga kini, para ahli bersepakat para penutur Austronesia yang datang dari Taiwan adalah leluhur langsung dari bangsa Indonesia. Secara bahasa, warisan Austronesia ditandai dengan kata-kata yang mirip dalam bunyi dan makna. Beberapa kata, seperti kata-kata bilangan dari satu sampai sepuluh di berbagai kawasan persebaran Austronesia, menunjukkan adanya kekerabatan itu.

Penjelasannya, pada perkembangan awal, interaksi antarpulau masih terbatas. Ini menjadikan budaya lokal menonjol. Datangnya pengaruh dari luar memunculkan budaya yang berbeda sebagai bagian dari adaptasi. Semakin lama suatu komunitas menghuni suatu tempat, perbedaan yang terjadi akan semakin besar. Hal ini terjadi di Taiwan, yang paling banyak memiliki keberagaman bahasa apabila dibandingkan dengan percabangan rumpun bahasa Austronesia lainnya di dunia. Meski bahasa Taiwan hanya sedikit, sekira 20, tapi ada perbedaan besar pada struktur linguistik mereka.

Baca juga: 

Indonesia Penutur Austronesia Terbesar

“Besarnya perbedaan linguistik itu mengindikasikan lamanya waktu menghuni pada suatu pulau. Jadi ini membuat Taiwan sebagai kandidat utama sebagai induk persebaran Austronesia,” tulis Paul Jen-kuei Li dari Institute of Linguistics, Academia Sinica di Taipei, Taiwan, dalam makalahnya “The Great Diversity of Formosan Languages”, dimuat di Language and Linguistics, tahun 2008.

Di Asia Tenggara, menurut Robert Blust dalam The Austronesian Languages, budaya luar mulai mempengaruhi para penutur Austronesia sejak 2.000 tahun lalu. Budaya India, Tiongkok, Islam, serta Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris) lalu datang dan memulai keragaman di tengah kebudayaan yang dibawa para penutur Austronesia.

Begitu pula yang terjadi di Indonesia. Efeknya, kini bahasa di Nusantara pun semakin beragam.*

Majalah Historia No. 32 Tahun III 2016

TAG

bahasa austronesia

ARTIKEL TERKAIT

Tulisan dan Media Tulis Asal-Usul Malioboro Sejarah Prajurit Mula Istilah Kuda Gigit Besi Slebew, Slang, dan Walikan Saltik Tiket Oom, Om, dan Om-om Asal-Usul Pengamen Akar Kebudayaan Nusantara dan Pasifik Ketika Dokter Gila Turut Merumuskan Kamus Oxford