Masuk Daftar
My Getplus

Satu Episode Upaya Repatriasi di Masa Pandemi

Masa pandemi tak membuat upaya repatriasi berhenti. Keris keramat milik Pangeran Diponegoro itu akhirnya kembali di periode yang sulit.

Oleh: Randy Wirayudha | 29 Nov 2023
Kiai Nogo SIluman, keris pusaka Pangeran Diponegoro yang dipulangkan pada masa pandemi (leiden.wereldmuseum.nl)

DI sebuah ruang pertemuan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda pada 24 Februari 2020. Sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM) Sri Margana dihadapkan pada sebuah baki besar berisi sebilah keris keramat. Keris kehitaman itu masih sedikit menampakkan sepuhan emas dan ukiran naga di bilahnya.

Dengan cermat dan hati-hati, Margana yang mengenakan sarung tangan menyingkap bilah keris itu dari warangkanya. Saking penasarannya, Dirjen Kebudayaan RI Hilmar Farid turut merapat.

“Ini bener?” cecar Hilmar pada Margana.

Advertising
Advertising

“Sebentar, sebentar,” jawab Margana berusaha tetap fokus pada pengamatannya.

Usai memerhatikan lebih dalam, Margana pun tiba pada kesimpulannya. “Benar, ini keris Pangeran Diponegoro.”

Baca juga: Cerita di Balik Perjalanan Pulang Keris Diponegoro

Perasaan plong terasa di ruangan itu. Hilmar tak berlega hati sendirian. Turut dalam ruangan itu sejarawan Bonnie Triyana, Duta Besar RI untuk Belanda (2015-2020) I Gusti Agung Wesaka Puja, Direktur Museum Volkenkunde Stijn Schoonderwoerd beserta seorang kuratornya.

Margana memastikan keris keramat itu adalah Keris Kiai Nogo Siluman. Pusaka milik Pangeran Diponegoro itu diangkut ke Belanda pada 1831 atau setahun pasca-Perang Jawa (1825-1830).

Sejarawan UGM Sri Margana (tengah) menelaah Keris Kiai Nogo Siluman (Fernando Randy/Historia)

Sebelumnya, delegasi Indonesia yang dipimpin Hilmar bertolak ke Belanda untuk memproses repatriasi keris itu. Margana turut serta untuk ikut membantu memverifikasi bendanya setelah sempat lebih dulu bersua keturunan Pangeran Diponegoro, Ki Roni Soedewo.

Dokumen tentang keris yang tersimpan di Belanda itu sempat dinyatakan hilang. Tim peneliti Belanda kemudian mengidentifikasi temuan sebuah dokumen yang diduga dokumen keris yang hilang itu pada 2017. Delegasi Indonesia kemudian ikut memverifikasi dokumennya.

“Keris Kiai Nogo Siluman itu yang mana tidak jelas. Jadi kerisnya ada, catatannya hilang. Kita ke sana sebagai semacam tim yang diminta untuk melakukan review, konfirmasi. Apakah kesimpulan yang dibuat tim riset Belanda sudah benar atau tidak,” ungkap Margana dalam kesempatan berbeda kepada Historia.

Baca juga: Riwayat Keris Bertuah Milik Diponegoro

Kala menilik kesimpulan tim peneliti Belanda terhadap keris bernomor registrasi RV-360-5821 itu, Margana mendapati pandangan yang sedikit berbeda dari para peneliti sebelumnya. Tim peneliti Belanda pada kesimpulannya mendeskripsikan penampakan ukiran gajah, singa, atau harimau.

“Ketika saya melihat langsung keris itu, (ukiran) binatang yang dianggap gajah, harimau, atau singa itu ternyata justru adalah kunci apa yang disebut Nogo Siluman,” terangnya.

Dalam penelaahannya itu, Margana menemukan “kunci” tersebut dalam ukiran di bagian paling bawah bilah keris. Di sanalah ditemukan ukiran tersembunyi sesosok naga yang kepalanya menoleh ke kanan.

Baca juga: Di Balik Repatriasi Ribuan Koleksi Delft di Era Jokowi

Setelah terverifikasi, lantas dibicarakan proses pemulangannya serta rencana agenda kunjungan Raja Willem-Alexander ke Indonesia. Beberapa hari berselang, tepatnya 3 Maret 2020, dilakukan penyerahan dari pihak Museum Volkenkunde kepada Dubes Puja yang didampingi Atase Pendidikan dan Kebudayaan Din Wahid.

“Di hari penyerahan keris kepada kami, matahari bersinar terang sepanjang hari. Padahal sehari sebelumnya Belanda sedang musim dingin. Selalu diselimuti mendung gelap, hujan, dan angin dingin. Luar biasa sabda alam,” cetus Dubes Puja.

Keris yang dibawa pulang Dubes Puja itu tiba di tanah air pada 5 Maret 2020. Pusaka itu lantas diserahkan ke Museum Nasional, untuk kemudian didaftarkan sebagai benda cagar budaya bernomor registrasi 192.999.

Presiden RI Joko Widodo menerima penyerahan resmi keris pusaka Pangeran Diponegoro di Istana Bogor pada Maret 2020 (Fernando Randy/Historia)

Keris Kiai Nogo Siluman itu ditransfer sementara ke Istana Bogor pada 10 Maret 2020. Tujuannya untuk dilakukan penyerahan secara resmi sebagai “hadiah” dari Raja Willem-Alexander kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Terlepas dari modalitas itu, setidaknya pusaka itu sudah kembali ke pangkuan ibu pertiwi saat gegar pandemi Covid-19 mulai menyeruak meski belum ditetapkan kebijakan pembatasan sosial. Pada 31 Maret 2020, Presiden Jokowi menetapkan PP No. 21 Tahun 2020 yang mengatur soal pembatasan sosial berskala besar.

Pulangnya keris itu juga jadi penyambung upaya pengembalian benda-benda sejarah dan budaya Indonesia. Sebelumnya, kurun 2016-2017, Museum Delft di Belanda juga memulangkan ribuan koleksi artefak warisan peradaban Nusantara gegara gulung tikar.

Bersama sejumlah benda lain yang sudah direpatriasi sejak 1970-an, Keris Kiai Nogo Siluman turut dipamerkan dalam pameran “Repatriasi: Kembalinya Saksi Bisu Peradaban Nusantara”. Pameran yang baru diresmikan pada Senin (27/11/2023) ini dibuka untuk umum dari 28 November-10 Desember di Gedung A, Galeri Nasional, Jakarta.

Baca juga: Keris Pangeran Diponegoro Tiba di Tanah Air

TAG

repatriasi keris diponegoro keris diponegoro pangeran diponegoro

ARTIKEL TERKAIT

Detik-detik Menegangkan Saat Belanda Menjebak Diponegoro Sang Penangkap Diponegoro Meminta Kembali Harta Karun Lombok Jarahan Belanda Pulangnya Keris Pusaka Warisan Puputan Klungkung Di Balik Arca Prajnaparamita, Nandi dan Bhairawa Tongkat Kiai Cokro, Pusaka Pangeran Diponegoro untuk Perjalanan Spiritual Puncak Seni Arca dari Candi Singhasari Pelana dan Tombak Pangeran Diponegoro Punya Cerita Selayang Pandang Keris Kiai Nogo Siluman Repatriasi 472 Artefak dari Belanda dengan Modalitas Berbeda