Bila kita bicara tentang destinasi wisata di Indonesia tentu saja tidak akan lepas dari Bali. Beragam wisata ada disana, mulai dari wisata alam hingga budaya semua ada di sana. Salah satu tujuan wisata itu adalah Desa Adat Penglipuran yang terletak di Kabupaten Bangli.
Menurut catatan sejarah, desa ini sudah ada sejak masa pemerintahan Dewa Gede Putu Tangkeban III pada abada ke-14. Dikisahkan, masyarakat Bangli sering menggunakan jasa orang-orang dari Desa Bayung Gede berkaitan dengan kegiatan keagamaan, kebudayaan, dan bela diri. Masyarakat Bangli menyediakan tempat istirahat bagi orang-orang dari Bayung Gede di tempat yang dikenal sebagai Desa Panglipuran.
Menurut salah satu warga yang dituakan di Desa Panglipuran, Made (51), nama Panglipuran berasal kata "pengeling pura". “Jadi pengeling atau eling itu artinya ingat dan pura artinya tanah leluhur jadi kita harus selalu ingat pada tanah leluhur serta harus selalu patuh pada adat istiadatnya," ujar Made.
Desa Panglipuran sendiri memiliki beberapa keunikan yang sayang dilewatkan apabila kita berkunjung ke Bali. Salah satunya adalah soal kebersihan. Desa Panglipuran saat ini terkenal sebagai desa paling bersih se-Indonesia. Bahkan, desa yang mencapai 112 hektar ini menjadi yang terbersih ketiga di dunia setelah Desa Mawlynnong di India dan Giethoorn di Belanda. Memasuki Panglipuran kita bukan hanya disambut oleh udara sejuk dan bersih, namun juga senyum ramah para warga desa.
Keunikan lainya adalah bentuk tata ruang Desa Panglipuran yang masih menganut konsep Tri Mandala di mana lahan dibagi menjadi 3 zona. Zona pertama disebut Utama Mandala, yaitu tempat suci berisi pura sebagai tempat memuja para dewa. Kemudian ada zona kedua, yaitu Madya Mandala yang merupakan tempat tinggal manusia, dalam hal ini warga desa. Terakhir, ada zona Nista Mandala yang merupakan pemakaman desa.
Dengan berbagai pesona tersebut, wajar apabila Desa Panglipuran selalu ramai dikunjungi baik oleh wisatawan asing maupun lokal. Walau jaraknya cukup jauh dari Denpasar, sekitar 45km, namun tempat ini merupakan salah satu tujuan favorit banyak pemuda dan pemudi yang ingin melakukan sesi foto pre-wedding, termasuk Inri (25) dan Steve (26). “Karena sering ke Bali dan ingin salah satu lokasi fotonya bukan di pantai, kami memilih Panglipuran. Selain karena kita tahu bahwa lokasinya bagus dan bersih, yang bikin kita makin takjub adalah ternyata orang-orang disini ramah banget sama wisatawan,” kata Inri.
Dengan semua pesona yang ada di Panglipuran, tentu saja kita berharap bahwa tradisi di sini tetap lestari. Itu juga yang menjadi harapan Wayan bagi para generasi muda desa ini agar tetap melanjutkan adat dan istiadat mereka. “Saya sangat berharap bahwa generasi muda mampu menyaring setiap pengaruh dari luar. Jadi secara mental mereka mampu terus menjaga dan mewarisi tradisi kami agar tidak hilang dan punah,” ungkap Wayan.