Masuk Daftar
My Getplus

Pangkas Rambut Ko Tang Bertahan dari Tekanan Zaman

Cerita tentang salah satu pangkas rambut tertua di Jakarta. Gang sempit tidak menghalangi mereka untuk terus bertahan di masa kini.

Oleh: Fernando Randy | 13 Sep 2019
Pi Cis sedang memangkas rambut salah satu pelanggan setia di Ko Tang. (Fernando Randy/Historia).

DI sebuah gang sempit di kawasan Glodok, Jakarta Barat, ada sebuah tempat yang tak biasa di mana pemiliknya bisa memegang kepala siapapun, termasuk pejabat hingga presiden. Ya, tak mungkin ia tak memegang kepala sebab profesinya adalah pemangkas rambut.

Namanya Pangkas Rambut Ko Tang –berasal dari bahasa Tiongkok, artinya kelas atas. Lokasinya di Gang Gloria, Glodok. Berdiri sejak 1936, Ko Tang menjadi salah satu pangkas rambut tertua di Jakarta. 

Pi Cis saat membersihkan telinga salah satu pelanggan Ko Tang. (Fernando Randy/Historia).

Para pemangkas rambut di sana bekerja turun-temurun. Semula ada sembilan orang, kini hanya menyisakan Pi Cis (58), Apauw (59), dan A Ciu (68).Pi Cis dan Apauw sudah lebih dari 15 tahun bekerja di Ko Tang, sedangkan A Ciu baru bergabung sekitar satu tahun lalu. 

Advertising
Advertising

Baca juga: Gaya Rambut Sapu

Kendati sudah beroperasi lebih dari delapan dekade, dan di tengah gempuran barbershop modern, Ko Tang tetap bertahan. Ko Tang tak pernah sepi. Setiap pelanggan seringkali tertidur lelap saat rambutnya dipangkas di sini. 

Para pelanggan yang kerap tertidur saat di cukur di Ko Tang. (Fernando Randy/Historia).

Pi Cis, generasi ketiga pemangkas rambut Ko Tang, mengatakan ia tak punya resep khusus dalam mencukur. “Riset saya tentang model-model rambut baru paling sering jalan-jalan ke mall saja, lihat-lihat anak muda, atau sekadar duduk di sini. Terus lihat keluar, orang-orang yang lalu-lalang di depan, dan memperhatikan rambutnya.”

Baca juga: Kutu Subversif dalam Rambut Gondrong

Salah satu ciri khas Ko Tang yang tetap dipertahankan sampai sekarang adalah layanan membersihkan telinga bagi para pelanggannya. “Coba kamu lihat, jarang sekali pangkas rambut yang bisa membersihkan telinga. Mungkin hanya di sini,” kata A Pauw. 

Bangku yang sudah usang seakan menunjukan umur pangkas rambut Ko Tang. (Fernando Randy/Historia).
Pelanggan setia pangkas rambut Ko Tang, Zakharia saat dicukur oleh Pi Cis. ( Foto : Fernando Randy )

Bukan hanya Pi Cis dan Apauw yang puluhan tahun bekerja di sana. Para pencuci rambut hingga kasir juga sudah bekerja lebih dari 10 tahun. 

Baca juga: Ibu Tien dan Rambut Gondrong

Rasa kekeluargaan begitu kental di Ko Tang. Keceriaan dan kebersamaan membuat mereka betah. Hingga muncul rasa saling memiliki. 

Para pegawai yang sudah puluhan tahun bekerja di Ko Tang. (Fernando Randy/Historia).

Peralatan Ko Tang kian menua. Gunting, pisau cukur, sisir, dan bangku pelanggan mulai berkarat. Entah bagaimana nasib Ko Tang nantinya.

Baca juga: Gaya Rambut Nabi Muhammad

“Jujur saja, saya belum tahu bagaimana nasib Ko Tang 5 atau 10 tahun lagi,” ujar Pi Cis. “Anak-anak saya juga tidak ada yang berminat menjadi tukang cukur. Regenerasi memang sulit terwujud. Apalagi kami juga sudah tua.”

Namun Pi Cis bertekad tidak akan menyerah pada zaman. Ko Tang tak akan sekadar jadi kenangan.

Peralatan sederhana yang menjadi senjata utama Ko Tang. (Fernando Randy/Historia).

“Kami terus mencari solusi agar Ko Tang ini tetap bertahan. Karena bagi kami, Ko Tang sudah memberikan segalanya. Untuk itulah sekuat tenaga kami akan menjaganya,” sambung Pi Cis lirih.

Baca juga: Nyanyi Sunyi Rambut Kribo

Beberapa pelanggan datang. Mereka seumuran Pi Cis, A Pauw, dan A Ciu. Tugas memangkas rambut sudah menanti. 

“Sekarang anak-anak muda sudah lebih memilih pangkas rambut yang lebih modern, lebih masa kini. Jarang yang pada mau ke sini. Padahal saya juga bisa motong rambut gaya anak zaman sekarang,” ujar Pi Cis.*

Seorang pelanggan keluar dari Ko Tang usai di cukur dan dibersihkan telinga di Ko Tang. (Fernando Randy/Historia).

 

TAG

rambut

ARTIKEL TERKAIT

Razia Rambut The Beatles dan Sasak Ketakutan pada Kebotakan Gaya Rambut Nabi Muhammad Mengukur Sejarah Tukang Cukur Nyanyi Sunyi Rambut Kribo Nazar Cukur Gundul dalam Sejarah Hitam Putih Rambut Gimbal Kutu Subversif dalam Rambut Gondrong Sri Nasti Mencoba Melepas Trauma 1965 dengan Suara Pesona dari Desa Penglipuran