Wabah-Wabah Penyakit Pembunuh Massal
Populasi manusia sudah dihantui wabah penyakit mematikan sejak masa Yunani Kuno.
Penyebaran cepat virus korona atau nama resminya COVID-19 di Tiongkok telah memicu alarm global. Negara-negara tetangga menutup perbatasan mereka. Maskapai penerbangan global menangguhkan penerbangan dan beberapa pemerintahan melarang masuk orang-orang yang baru-baru ini berkunjung ke negara Asia.
Virus yang diperkirakan berasal dari pusat kota Wuhan pada akhir Desember 2019 telah terdeteksi di lebih dari dua lusin negara. Dilansir dari Aljazeera, virus ini telah menginfeksi hampir 60.000 orang dan menewaskan lebih dari 1.300 di Tiongkok.
Pada 30 Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan wabah virus korona sebagai darurat global atau istilahnya, darurat kesehatan publik yang menjadi perhatian internasional (PHEIC).
PHEIC diperkenalkan pada 2005 setelah SARS dikategorikan sebagai ancaman global oleh WHO pada pertengahan Maret 2003. Virus ini menginfeksi sekira 8.000 orang di seluruh dunia, membunuh 774 orang dalam tujuh bulan.
Kasus penularan virus telah terjadi sejak 400 SM di Yunani. Sehingga, kata pandemi pun berasal dari bahasa Yunani: pan artinya semua, dan demo berarti orang.
430 SM: Athena
Pandemi paling awal yang tercatat. Wabah ini terjadi selama Perang Peloponnesia pada era Yunani Kuno. Penyakit ini melintasi Libya, Ethiopia, dan Mesir, lalu melewati tembok Athena ketika pasukan Sparta mengepung.
Robert J. Littman dalam “The Plague of Athens: Epidemiology and Paleopathology” termuat di Jurnal Mount Sinai Journal of Medicine, menulis dalam tiga tahun sebagian besar penduduk terinfeksi, sekitar 75.000 hingga 100.000 orang atau sekira 25 persen dari populasi kota.
Gejalanya meliputi demam, haus, tenggorokan dan lidah berdarah, kulit merah dan lesu. Penyakit ini melemahkan Athena hingga berujung pada kekalahan oleh Sparta.
Pada 2001, sebuah kuburan massal ditemukan dari masa wabah itu. DNA Salmonella enterica serovar Typhi, ditemukan pada tiga tengkorak. Infeksi bakteri ini biasanya menyebabkan tipes. Namun, para ahli mengatakan kalau tifoid bukanlah penyebab dari epidemi mendadak itu. Pasalnya, tipus adalah endemik di dunia Yunani.
165 M: Wabah Antoninus
Wabah Antoninus mungkin menjadi penampilan awal cacar yang dimulai oleh orang Hun, sebagaimana dilansir History. Orang Hun membawa wabah ini menginvasi Jerman, kemudian menyerahkannya kepada orang Romawi, yang kembali menyebarkannya ke seluruh kekaisaran Romawi. Sekira lima juta orang tewas akibat tertular penyakit ini.
Gejala penyakitnya termasuk demam, sakit tenggorokan, dan diare. Jika pasien hidup cukup lama lukanya bernanah. Wabah ini berlanjut hingga sekira 180 M.
Dilansir dari BBC, wabah ini bernama Antonine setelah Marcus Aurelius Antoninus, salah satu dari dua kaisar Romawi meninggal karenanya. Wabah kedua terjadi antara 251 dan 266 M. Puncaknya sekira 5.000 orang meninggal di Roma setiap harinya.
250 M: Wabah Cyprian
Nama wabah itu berasal dari korban pertama yang meninggal yaitu uskup Kristen Kartago, Cyprian. Wabah ini menyebabkan diare, muntah, radang tenggorokan, demam, tangan dan kaki yang kasar.
Penyebarannya kemungkinan dimulai dari Ethiopia, Afrika Utara, Roma, Mesir, lalu ke utara. Untuk menghindari infeksi, penduduk kotanya melarikan diri ke Kartago, tetapi malah menyebarkan penyakit itu lebih lanjut.
Wabah berulang selama tiga abad berikutnya. Pada 444 M, wabah ini menghantam Inggris. Wabah ini pun mengganggu pertahanan mereka dari serangan Kerajaan Pict dan Skotlandia. Inggris pun harus mencari bantuan dari Saxon, yang kemudian menguasai pulau itu.
541 M: Wabah Justinian
Pertama kali muncul di Mesir, wabah Justinian menyebar melalui Palestina dan Kekaisaran Bizantium, kemudian ke seluruh Mediterania. Efek wabah ini di antaranya mengubah arah kekaisaran, memadamkan rencana Kaisar Justinian untuk menyatukan Kekaisaran Romawi. Pun menyebabkan kesulitan ekonomi besar-besaran.
“Menciptakan suasana apokaliptik yang mendorong penyebaran cepat agama Kristen,” catat History.
Kambuhnya penyakit ini selama dua abad berikutnya menewaskan sekira 50 juta orang atau 26 persen dari populasi dunia. Wabah ini diyakini sebagai penampilan pertama dari penyakit pes. Wujud penyakitnya kelenjar limfatik membesar. Ia dibawa oleh tikus dan disebarkan oleh kutu.
Abad ke-11: Kusta
Kendati sudah ada sejak lama, kusta tumbuh menjadi pandemi di Eropa pada abad pertengahan. Penyakit ini akibat bakteri yang berkembang lambat yang menyebabkan luka dan cacat. Kala itu kusta diyakini sebagai hukuman dari Tuhan. Keyakinan ini menyebabkan penilaian moral dan pengucilan korban.
Para pejabat menempatkan orang-orang dan anggota keluarga yang menunjukkan gejala kusta ke rumah penderita kusta. Mereka sering berada di lokasi terpencil dan membentuk biara. Banyak rumah sakit dibangun yang fokus mengakomodasi para korban kusta.
1350: Black Death
Salah satu wabah yang paling mengerikan. Ia bertanggung jawab atas kematian sepertiga populasi dunia. Kemunculan kedua penyakit pes ini dimulai di Asia dan bergerak ke barat dengan karavan. Ia masuk melalui Sisilia pada 1347 M. Ketika penderita tiba di pelabuhan Messina, penyakit itu menyebar ke seluruh Eropa dengan cepat.
Baca juga: Kala Black Death Hampir Memusnahkan Eropa
“Mayat menjadi begitu lazim sehingga banyak yang tetap membusuk di tanah dan menciptakan bau busuk di kota-kota,” catat History.
Wabah itu membuat Inggris dan Prancis lumpuh sehingga melakukan gencatan senjata. Sistem feodal Inggris runtuh ketika wabah mengubah keadaan ekonomi dan demografi. Bahkan Viking kehilangan kekuatan untuk berperang melawan penduduk asli, dan penjelajahan mereka di Amerika Utara terhenti.
1817: Pandemi Kolera Pertama
Berdasarkan situs resmi WHO, selama abad ke-19, kolera menyebar ke seluruh dunia dari aslinya di delta Sungai Gangga, India. Asalnya dari beras yang terkontaminasi. Penyakit ini dengan cepat menyebar ke sebagian besar India, Myanmar, dan Sri Lanka.
Pada 1820, kolera telah menyebar ke Thailand, Indonesia (menewaskan 100.000 orang di pulau Jawa), lalu Filipina. Penyakit ini menyebar ke Tiongkok pada 1820 dan Jepang pada 1822 melalui orang yang terinfeksi di kapal.
Kolera juga menyebar ke luar Asia. Pada 1821, pasukan Inggris yang melakukan perjalanan dari India ke Oman membawa kolera ke Teluk Persia. Penyakit ini akhirnya mencapai Eropa, Turki, Suriah, dan Rusia Selatan.
Baca juga: Kala Kolera Menyerang Batavia
Pandemi itu punah setelah enam tahun, kemungkinan karena musim dingin yang parah pada 1823-1824. Kemungkinan kondisi ini membunuh bakteri yang hidup dalam persediaan air.
Enam pandemi berikutnya membunuh jutaan orang di seluruh benua. Saat ini adalah pandemi ketujuh, yang dimulai di Asia Selatan pada 1961, dan mencapai Afrika pada 1971, lalu Amerika pada 1991. Kolera sekarang menjadi endemik di banyak negara.
“Ini adalah pandemi terpanjang di dunia,” catat WHO.
1855: Pandemi Wabah Pes Ketiga
Dua pandemi wabah utama pertama dimulai dengan Wabah Justinian dan Black Death. Yang terbaru, yang disebut “Pandemi Ketiga” meletus pada 1855 di Yunnan, Tiongkok. Penyakit ini melintasi dunia selama beberapa dekade berikutnya. Pada awal abad ke-20, tikus yang terinfeksi berpindah dengan kapal uap, membawanya ke enam benua.
Baca juga: Mencegah Pes Mewabah
Pada akhirnya wabah ini merenggut sekira 15 juta jiwa di seluruh dunia, sebelum mereda pada 1950-an. Kendati banyak korban, Pandemi Ketiga menyebabkan beberapa terobosan dalam pemahaman dokter tentang wabah pes.
Pada 1894, seorang dokter di Hong Kong, Alexandre Yersin, mengidentifikasi Yersinia pestis sebagai penyebab penyakit tersebut. Beberapa tahun kemudian, dokter lain akhirnya mengonfirmasi bahwa gigitan kutu tikus adalah cara utama penularannya ke manusia.
1889: Flu Rusia
Ini adalah epidemi influenza terbesar pada abad ke-19. Muncul di Eropa dari timur pada November dan Desember 1889. Pandemi flu pertama yang dimulai di Siberia dan Kazakhstan, ke Moskow, dan melintas ke Finlandia kemudian Polandia, di mana ia pindah ke seluruh Eropa. Pada tahun berikutnya, flu telah menyeberangi lautan ke Amerika Utara dan Afrika. Pada akhir 1890, 360.000 orang meninggal dunia. Ini juga merupakan epidemi pertama yang banyak dikomentari oleh media massa.
1918: Flu Spanyol
Penyakit yang disebabkan virus influenza ini ditularkan melalui unggas yang mengakibatkan 50 juta kematian di seluruh dunia. Menurut Maksum Radji dari Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi FMIPA-UI dalam “Avian Influenza A (H5N1): Patogenesis, Pencegahan dan Penyebaran pada Manusia” termuat di Majalah Ilmu Kefarmasian, subtipe yang mewabah saat itu adalah virus H1N1 yang dikenal dengan “Spanish Flu”.
Flu Spanyol diduga berasal dari Tiongkok dan disebarkan oleh pekerja Tiongkok yang diangkut dengan kereta api melintasi Kanada dalam perjalanan mereka ke Eropa.
Baca juga: Seabad Flu Spanyol
Di Amerika Utara, flu pertama kali muncul di Kansas pada awal 1918. Lalu terlihat di Eropa pada musim semi. Laporan layanan kawat tentang wabah flu di Madrid pada musim semi 1918 menyebabkan pandemi ini disebut “Flu Spanyol”.
Pada Oktober 1918, ratusan ribu orang Amerika meninggal. Ancaman flu baru menghilang pada musim panas 1919, saat sebagian besar yang terinfeksi telah mengembangkan kekebalan atau mati.
1957: Flu Asia
Menurut Maksum, pada 1957 dunia dilanda wabah global yang disebabkan oleh kerabat dekat virus influenza yang bermutasi menjadi H2N2 atau dikenal dengan “Asian Flu”. Virus ini merenggut 100.000 jiwa.
Dimulai dari Hong Kong menyebar ke seluruh Tiongkok kemudian ke Amerika Serikat, flu Asia menyebar luas di Inggris di mana lebih dari enam bulan 14.000 orang meninggal dunia.
Gelombang kedua terjadi pada awal 1958 yang menyebabkan sekira 1,1 juta kematian di seluruh dunia, dengan 116.000 kematian terjadi di Amerika Serikat. Vaksin lalu dikembangkan yang secara efektif membendung pandemi.
1981: HIV/AIDS
Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada 1981. AIDS menghancurkan sistem kekebalan tubuh seseorang. Pada akhirnya penyakit ini menyebabkan kematian karena kekebalan tubuh yang seharusnya berfungsi melawan penyakit menjadi lemah.
Mereka yang terinfeksi oleh virus HIV mengalami demam, sakit kepala, dan pembesaran kelenjar getah bening setelah infeksi. Virus HIV menular melalui kontak cairan tubuh seperti darah dan sperma melalui perilaku seksual dan penggunaan jarum suntik.
AIDS diyakini telah berkembang dari virus simpanse dari Afrika Barat pada 1920-an. Penyakit ini menyebar ke Haiti pada 1960-an, dan kemudian New York, dan San Francisco pada 1970-an.
Metode perawatan telah dikembangkan untuk memperlambat perkembangan penyakit. Namun 35 juta orang di seluruh dunia telah meninggal dunia. Sementara obatnya belum ditemukan hingga kini.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar