Seragam Jerman Nazi Buatan Hugo Boss
Seragam Jerman Nazi yang jadi tren fesyen di masanya. Diproduksi brand ternama Hugo Boss.
STYLISH dan tampak gagah. Demikianlah penampakan seragam perwira hingga para serdadu Jerman Nazi di Perang Dunia II.
“Kalau saya lihat memang obyektif ya. Orang yang mengenakan seragam Jerman itu lebih (tampak) gagah dibandingkan seragam militer Amerika (Serikat), Inggris, dll. Pertama, mungkin karena desainnya. Kedua, karena reputasi militer mereka juga. Kalau seragam Jerman sekeren itu tapi (reputasi militernya) acak-acakan kayak Italia, enggak akan heboh sampai sekarang. Jadi ada korelasinya,” ujar pemerhati sejarah militer Jerman Nazi Alif Rafik Khan kepada Historia.
Kendati reputasi militer Jerman kala Perang Dunia II menuai banyak decak kagum, keputusannya memulai perang dan kekejian para kombatannya dalam holocaust atau pembantaian jutaan orang Yahudi dan sejumlah ras yang dianggap inferior membuatnya diabadikan sebagai penjahat.
Akibatnya, hingga kini siapapun yang mengenakan seragam Jerman Nazi model apapun, kecuali untuk keperluan film bertema Perang Dunia II, mesti siap-siap dihujat sampai dilaknat. Musikus Ahmad Dhani pernah mengalaminya pada 2014. Mengenakan seragam hitam menyerupai tunic sebagaimana yang pernah dipakai Heinrich Himmler, salah satu gembong Nazi, lengkap dengan sepasang pangkat Reichsführer-SS atau komandan tertinggi pasukan Schutsztaffel (paramiliter Partai Nazi) dan pita Blutorden (pita merah darah penghargaan Kudeta Munich, 9 November 1923), Dhani pun jadi bulan-bulanan di jagat maya.
Baca juga: Blitzkrieg, Serbuan Kilat ala Nazi
Yang dipakai Ahmad Dhani adalah seragam SS model M32 yang didesain Oberführer (setara kolonel) Karl Diebitsch dan diproduksi Hugo Boss. Satu dari beragam seragam modis militer Jerman Nazi itu dibuat sebagai pelengkap propaganda.
Propaganda Nazi lewat fesyen militer dipopulerkan oleh sayap militer Partai Nazi, Sturmabteilung (SA). Ciri khas seragam SA adalah kemeja cokelat dan celana hitam. Atasannya lazim dilengkapi sabuk selempang hitam dan armband swastika merah di lengan dan bawahannya celana hitam model breeches (menggembung di bagian paha).
“Seragam cokelat ini diinisiasi Gerhard Roßbach (veteran Perang Dunia I yang turut membangun SA) pada 1924 yang memanfaatkan surplus kemeja denim tropis militer Austria. Setahun kemudian oleh Hitler yang baru keluar dari penjara diresmikan sebagai seragam resmi SA, lengkap dengan atributnya,” tulis John Toland dalam Adolf Hitler.
Seragam yang mirip ini juga diperuntukkan bagi para anggota Hitlerjugend (organisasi pemuda Nazi sejak berdirinya 1926). Bedanya hanya pada celana hitam pendek, dasi kepanduan hitam, dan armband khas Hitlerjugend berupa swastika dengan kombinasi merah-putih-merah.
Baca juga: Heinrich Himmler, Arsitek Genosida Nazi
Sedangkan seragam SS, pasukan paramiliter yang langsung berada di bawah Hitler, bukan partai sebagaimana SA, sejak 1932 berupa atasan-bawahan hitam dengan armband swastika merah. Seragam ini didesain Diebitsch, seniman yang juga veteran Perang Dunia I, dibantu desainer grafis Walter Heck.
“Sejak awal SS memang punya desainernya sendiri. Adalah Oberführer Karl Diebitsch di masa antar-perang. Seragam yang dirancang, seragam M32 yang seperti dipakai Himmler, di mana dasarnya juga menjiplak seragam fasis Italia (Camicie Nere/Pasukan Hitam) tapi dirancang lebih keren,” sambung Alif yang juga penulis 1000+ Fakta Nazi Jerman.
Seragam Stylish Produksi Hugo Boss
Sudah jadi rahasia umum bahwa ada brand fesyen ternama di balik seragam-seragam Nazi. Di antara banyak produsen, Hugo Boss yang paling tenar.
“Dia (Hugo Boss) intinya membuat, bukan mendesain. Jadi semacam konveksi seragamnya, baik untuk model perwira sampai prajurit. Ini yang salah kaprah selama ini beredar, bahwa dikatakan Hugo Boss mendesainnya. Itu enggak benar. Dia cuma salah satu produsen yang paling terkenal saja,” tambah Alif.
“Hugo Boss memang awalnya fokus memproduksi seragam SA, SS, dan Hitlerjugend. Itupun tidak dalam artian memonopoli produksinya. Tapi dia salah satu produsen yang terbesar sejak dia jadi anggota Partai Nazi. Sebelum itu kan dia hampir bangkrut,” lanjutnya.
Baca juga: Jojo Rabbit, Satir Pemuda Hitler
Hampir bersamaan dengan berdirinya Divisi SS Totenkopfverbände atau Divisi Tengkorak pada 1936, Hugo Boss memulai produksi seragam M32 dengan warna berbeda, tak lagi hitam melainkan erdgrau atau kelabu. Itu lantas diikuti oleh unit-unit SS. Selain warna, armband swastika pada seragam M32 diganti emblem elang Jerman SS di lengan kiri dan cuff title atau pita manset yang bertuliskan nama divisi.
Pola atribut itu tetap eksis ketika SS punya beraneka model seragam tempur di Perang Dunia II. Namun, itu tidak berlaku pada tiga matra militer reguler Jerman (Wehrmacht).
“Kalau untuk militer reguler, seragamnya dari zaman Reichswehr (Angkatan Bersenjata Jerman sebelum rezim Nazi) biasanya sudah punya konveksi sendiri dan punya desainernya masing-masing. Itupun desainnya mencomot seragam era Reichswehr, hanya ditambah (emblem) elang Nazi. Hugo Boss di masa perang juga ikut memproduksi tapi memang pesanannya tak sebesar ketika dia memproduksi seragam untuk SS,” terang Alif.
Beda seragam lapangan (feldbluse) Wehrmacht dan SS terletak pada atribut. Pada seragam pasukan SS, atribut di kerah tunic-nya berupa lambang SS (mirip petir) di sisi kanan dan tanda kepangkatan di sisi kiri. Sementara pada seragam Wehrmacht, kerahnya sekadar litzen atau sepasang lis perak untuk prajurit, dan ornamen bordir keemasan alt-Larisch –yang terinspirasi dari simbol Resimen Infantri ke-26 Prusia di abad ke-18– untuk perwira tinggi.
Baca juga: Hermann Goering pendiri Schutzstaffel (SS)
Seragam SS di lengan kirinya juga disematkan emblem elang Nazi, sementara seragam Wehrmacht emblem diletakkan di dada kanan. Untuk pengenal unit, SS menandainya dengan pita manset di tangan kiri, sementara Wehrmacht menyematkan lambang masing-masing kesatuan pada sepasang pangkat di bahu.
Seiring munculnya beragam varian model seragam, perubahan dan perbedaan pun muncul. Seragam M36 (Dienstanzug Modell 1936), misalnya, memiliki empat saku berkerut (dua di atas dan dua di bawah tunic) meski warnanya masih sama feldgrau (abu-abu kehijauan). M36 juga dilengkapi lidah saku berbentuk mirip kerang dan kerah berwarna hijau gelap. Di era Reichswehr, seragamnya hanya memiliki sepasang saku di bagian bawah tunic dan warna kerahnya tak beda dengan keseluruhan seragam.
Baca juga: Empat Senjata Jerman yang Mengubah Dunia
Seragam M36 berbeda dari M40 pada bagian kerah dan warna lidah bahu untuk pangkatnya, dari hijau gelap menjadi feldgrau atau sewarna dengan keseluruhan seragam. Adapun pada varian M41, pasukan SS mempertahankan lima kancing pada tunic-nya sebagaimana era awal, sementara Wehrmacht menggunakan enam kancing.
Sementara, varian M42 memiliki ciri kantong rata, tak lagi berkerut. Pada varian M43, semua lidah sakunya dibuat rata, bukan lagi berbentuk mirip kerang. Untuk varian M44, panjang seragam tak lagi sepaha namun hanya sampai lingkar pinggang. Ukurannya mirip Sonderberkleidung der Panzertruppen (seragam kru tank). Bedanya, seragam kru tank sejak 1934 berwarna hitam dengan model kerah terbuka dan posisi kancing terletak di pinggang kanan, tak lagi di tengah.
Sementara, seragam kru panzer Wehrmacht dilengkapi simbol tengkorak di kedua kerahnya. Ini mengikuti simbol pasukan kavaleri “Black Hussars” pimpinan Marsekal August von Mackensen di Perang Dunia I. Adapun kru tank SS tetap menggunakan simbol petir.
“Seragamnya seperti jaket berbahan wol. Warna hitam agar lebih praktis karena takkan terlihat kotor jika terkena oli dan jaket berukuran pendek agar tak tersangkut apapun di dalam panser. Biasanya dilengkapi sidecap (peci lapangan) atau baret hitam,” ungkap Franz Kurowski dalam Panzer Aces: German Tank Commanders of WWII.
Baca juga: Erwin Rommel Si Rubah Gurun
Selain faktor simbolis dan praktis, iklim menjadi faktor penting dalam desain seragam pasukan Jerman. Itu sebabnya seragam pasukan Afrikakorps pimpinan Marsekal Erwin Rommel di front Afrika Utara menggunakan bahan katun, bukan wol. Dimodifikasi dari varian M40, seragam Afrikakorps berwarna khaki kehijauan. Iklim panas membuat pasukan ini sering mengenakan celana pendek dengan warna serupa.
Pola-pola seragam berikut atributnya itu semua masih digunakan Bundeswehr (sebutan pengganti Wehrmacht) pasca-Perang Dunia II. Namun, elang Nazi tak lagi dipakai.
Nasib Hugo Ferdinand Boss sendiri ikut tenggelam bersama Nazi. Pria yang mempekerjakan sekitar 200 pekerja paksa selama masa perang itu dipersekusi dan dicap pendukung Nazi usai perang. Ia meninggal pada 9 Agustus 1948 akibat infeksi bakteri dari abses giginya.
Namun, nasib sang pendiri beda dengan brand-nya. Meski pada 1946 dilarang memproduksi busana, brand Hugo Boss bangkit begitu larangan tersebut dicabut pada 1950. Lewat upaya menantunya, Eugen Holy, Hugo Boss terus melaju hingga menjadi brand premium di tingkat global sampai sekarang. Produknya tak lagi hanya busana, tapi juga merambah ke sepatu dan parfum.
Kendati sempat mengupayakan penutupan masa lalu kelamnya, Hugo Boss akhirnya meminta maaf. Permintaan maaf itu dikeluarkan sejak masa lalu sang pendiri terbongkar lewat terbitnya buku Roman Köster (2011) berjudul Hugo Boss, 1924-1945: Die Geschichte einer Kleiderfarbrik zwischen Weimarer Republik und Drittem Reich (terj. Hugo Boss, 1924-1945: The History of Clothing Factory during Weimar Republic and Third Reich).
“Kami menyampaikan penyesalan terhadap mereka yang menderita dan mengalami kerja paksa di pabrik yang dijalankan Hugo Ferdinand Boss di bawah rezim Nazi,” demikian pernyataan Hugo Boss dalam buku itu, dikutip The Jewish Chronicle, 22 September 2011.
Baca juga: Kombatan Yahudi Mantan Nazi
Tambahkan komentar
Belum ada komentar