Bekas KNIL Masuk APRIS di Jawa Barat
KNIL dan TNI berhadapan selama revolusi. Setelah penyerahan kedaulatan, KNIL bergabung dengan APRIS.
Berdasarkan isi Konferensi Meja Bundar, setelah penyerahan kedaulatan pada 27 Desember 1949, anggota tentara kolonial Koninklijk Nederlandsche Indische Leger (KNIL) diberikan pilihan: masuk Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS), ikut ke Belanda, atau keluar dengan uang pesangon.
Tak hanya KNIL, anggota tentara federal binaan KNIL, Veileigheids Batalyon (VB) alias batalyon keamanan federal, juga mendapat pilihan masuk APRIS. Hal ini berlaku pula di Jawa Barat.
Di Jawa Barat dengan pusat militer Belanda di Bandung, terdapat banyak pasukan yang semasa revolusi kemerdekaan 1945–1949 berseberangan dengan Republik Indonesia. VB adalah unsur penting KNIL di Jawa Barat.
Sejarawan Harry A. Poeze dalam Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda, 1600–1950 menyebut salah seorang bintara VB, Sersan Tatang Wahjoe, diberangkatkan ke Negeri Belanda untuk menghadiri penobatan Ratu Juliana. Setelah Agresi Militer Belanda I pada Juli 1947 terbentuk beberapa batalyon VB di Jawa Barat.
Baca juga: Bekas KNIL Masuk APRIS di Jawa Tengah
Setelah tahun 1949, banyak anggota VB yang rela bergabung dengan APRIS. Koran De Vrije Pers, 6 April 1950, melaporkan pada 21 Maret 1950 sekitar 756 anggota Batalyon Pasundan II masuk APRIS. Esoknya, 22 Maret 1950, sebanyak 549 anggota Batalyon Pasundan III masuk APRIS. Esoknya lagi, 23 Maret 1950, 565 anggota Batalyon Pasundan I masuk APRIS.
Di luar batalyon federal itu, banyak pula anggota KNIL reguler yang bergabung dengan APRIS, meski terjadi insiden anggota KNIL menyerang dan membunuh anggota TNI di Bandung pada 23 Januari 1950 dalam peristiwa APRA (Angkatan Perang Ratu Adil).
Di Sumedang, seperti dicatat buku Siliwangi dari Masa ke Masa, pada 6 Mei 1950 bekas anggota Batalyon Infanteri ke-10 KNIL masuk ke dalam APRIS dan dijadikan Batalyon V/KMD/II Siliwangi. Pada 15 April 1950, batalyon ini dipindahkan dari Sumedang ke Banjar. Sebagai Batalyon 124 bagian dari Brigade A, batalyon ini kemudian dipindahkan ke Tasikmalaya pada Agustus 1950.
Baca juga: Mantan KNIL yang Menolak Masuk TNI
Siliwangi dari Masa ke Masa juga mencatat, Batalyon Infanteri 330, yang hingga kini masih eksis di Jawa Barat dan kerap dikirim ke banyak operasi, awalnya gabungan bekas KNIL dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Begitu pula Batalyon Infanteri 312 bermula dari bekas Batalyon Infanteri ke-20 KNIL.
Koran De Locomotief, 30 Mei 1950, menyebut Batalyon Infanteri ke-20 KNIL masuk APRIS diserahkan oleh Kolonel Van Zanten kepada Kolonel Gatot Subroto. Ketika masuk APRIS, komandannya adalah Kapten Th. Ngadiman, bekas Pembantu Letnan KNIL.
Batalyon Infanteri ke-20 KNIL masuk ke Siliwangi pada 15 Juni 1950. Salah satu perwiranya adalah Letnan Satu Kadarusno Tjokroatmodjo, bekas VB yang belakangan menjadi Mayor Jenderal TNI dan mantan gubernur Kalimantan Barat.
Selain batalyon-batalyon yang terbentuk dengan capuran bekas KNIL, setelah tahun 1950 Jawa Barat juga kedatangan Batalyon 3 Mei dari Minahasa. Sebagian anggota batalyon ini bekas KNIL yang berontak pada 3 Mei 1950 terhadap otoritas Belanda di Manado. Batalyon ini lalu dinomori menjadi Batalyon Infanteri 324/Siluman Merah.
Baca juga: Bekas KNIL di Jawa Timur Dikirim Perang
Tak semua bekas KNIL yang masuk APRIS terus bertugas di Jawa Barat. Setidaknya ada satu batalyon di bawah Kapten Latuparisa yang dikirim ke Sumatra Selatan. Sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Kolonel Abdul Haris Nasution tentu punya rencana penempatan bekas KNIL itu, yang mula-mula besarnya bisa mencapai satu batalyon. Dalam waktu singkat batalyon-batalyon itu dikocok penempatannya.
“Batalyon A diserahkan di Bandung, maka dengan segera batalyon tersebut dimutasikan ke Sumatra Barat, Batalyon B dipindahkan ke Banjarmasin. Batalyon eks KNIL ini dipindahkan dari tempatnya semula ke tempat atau daerah lain, demikian seterusnya dilakukan,” kata Nasution dalam Sedjarah Perdjuangan Nasional Dibidang Bersendjata. Menurut Nasution, umumnya persenjataan pasukan bekas KNIL sangat lengkap dibandingkan APRIS yang sebelumnya TNI.
Segala instalasi militer KNIL, seperti bengkel, gudang, pusat pelatihan perwira atau kecabangan kavaleri dan artileri juga diserahterimakan kepada APRIS. Setelah tahun 1950 barulah APRIS bisa membangun bantuan tempurnya yang dilengkapi pasukan artileri, kavaleri, zeni, dan lainnya hingga mampu melawan pemberontakan di daerah.
Baca juga: Serdadu KNIL Jawa di Kalimantan Utara
Buku Sejarah TNI-AD, 1945–1973: Riwayat Hidup Singkat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat menyebut Umar Wirahadikusumah adalah Kepala Staf Urusan eks KNIL di Divisi Siliwangi antara 16 Maret 1950 hingga Januari 1951. Sebelumnya ia adalah Ketua Komisi Screening pemasukan KNIL ke APRIS.
Selain Kadarusno, perwira bekas KNIL lain yang masuk APRIS di Jawa Barat adalah Kapten Saleh Sadeli. Perwira keluaran Akademi Militer Breda pada 1940 ini berjasa dalam memasukan bekas KNIL ke dalam APRIS.
“Saya sangat optimis terhadap kesediaan sebagian terbesar dari anggota-anggota dan pasukan KNIL untuk ikut serta dalam pembentukan tentara negara Indonesia, asal mereka diberi cukup penerangan tentang kedudukan mereka nanti. Anggota-anggota KNIL adalah juga bangsa Indonesia yang berjuang dalam satu tentara nasional yang akan menjadi kebanggaan nusa dan bangsa,” kata Sadeli.
Belakangan Saleh Sadeli menjadi Brigadir Jenderal TNI. Sementara itu, ribuan bekas KNIL di APRIS kemudian meramaikan batalyon-batalyon APRIS yang menjadi TNI. Mereka biasanya menjadi komandan atau pelatih di batalyon TNI. Banyak batalyon terbaik TNI pada 1950 menerima bekas KNIL.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar