Masuk Daftar
My Getplus

Silat Lidah Kotelawala yang Bikin Zhou Enlai Emosi

Gara-gara sebut Uni Soviet kolonialisme gaya baru, delegasi Sri Lanka bersitegang dengan delegasi Tiongkok.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 24 Apr 2015
Sir John Kotelawala dari Sri Lanka dan Zhou Enlai dari Tiongkok dalam sidang panitia politik dalam KAA 1955. (Dok. Roeslan Abdulgani).

Dalam sidang tertutup bidang politik, 21 April 1955, Perdana Menteri Sri Lanka Sir John Kotelawala, memberikan pernyataan soal kolonialisme yang menyentak peserta sidang. Dia mengajak untuk terang-terangan menentang kolonialisme Uni Soviet, seperti halnya melawan kolonialisme Barat.

“Pikirkan, tuan-tuan, umpama saja negara-negara satelit di bawah dominasi komunis di Eropa Tengah dan Eropa Timur: Hongaria, Romania, Bulgaria, Albania, Cekoslowakia, Latvia, Lithuania dan Polandia. Apakah mereka bukan tanah jajahan sama dengan setiap tanah jajahan di Asia dan Afrika,” kata Sir John.

Hadirin peserta sidang terdiam karena tegang. “Semua seakan-akan merasa ini ‘bom’! Semua nglirik ke arah PM Zhou Enlai,” kata Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal KAA, dalam The Bandung Connection.

Advertising
Advertising

Baca juga: Sri Lanka Tempat Pembuangan VOC

Setelah Sir John selesai bicara, Zhou Enlai berkata singkat; meminta agar naskah pidato Sir John dibagikan ke peserta lain. Dia juga meminta hak berbicara untuk merespons Sir John, pada rapat keesokan harinya.

Usai rapat di Gedung Dwi Warna itu, rupanya urusan Zhou Enlai belum selesai; dia menghampiri Sir John. Ali Sastroamidjojo, ketua rapat dan ketua KAA, mendekati mereka, disusul Roeslan Abdulgani. Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dan Kreshna Menon, ikut bergabung.

Baca juga: Ricuh Komunisme di KAA Bandung

Seraya menudingkan jarinya ke Sir John, Zhou Enlai mengatakan, “Apa maunya Sir John mengusulkan pembicaraan tentang kolonialisme Soviet itu? Apakah untuk mem-provosir RRC? Untuk memecah-belah dan menggagalkan Konperensi?”

“Kita semua agak terperanjat dengan pertanyaan-pertanyaan PM Zhou Enlai yang tajam itu. Yang dikeluarkan secara tegas, serius dan sopan,” kata Roeslan.

Baca juga: Sudan Belum Merdeka, Benderanya Sudah Berkibar di KAA

Ali Sastroamidjojo mencoba melerai, namun Sir John tak mau kalah, sambil menunjuk Zhou Enlai, balik bertanya, “Kenapa tuan menjadi gusar berhubung dengan kritik saya terhadap Soviet ini? Saya toh sama sekali tidak menyinggung hubungan Soviet dengan RRC dalam masalah kolonialisme bentuk baru itu? Saya hanya menyebut hubungan Soviet dengan negara-negara Eropa Timur. Kenapa tuan terburu memberi reaksi dengan minta bicara besok pagi? Kalau tuan tadi diam saja, tidak akan ada apa-apa.”

Pada rapat esok hari, Zhou Enlai menyatakan tidak dapat menerima hubungan Uni Soviet dengan negara-negara Eropa Timur disebut kolonialisme bentuk baru. Ketika suasana mulai mereda, bola kolonialisme bentuk baru ala Uni Soviet itu, terus dioper oleh Pakistan, Turki, Irak, dan Filipina. Sehingga, Ali Sastroamidjojo mengusulkan pembentukan Panitia Perumus, terdiri dari wakil Burma, Sri Lanka, India, Indonesia, Lebanon, Pakistan, Filipina, RRT, Syiria, dan Turki. Panitia ini diketuai LN Palar dari Indonesia.

Baca juga: Salat Jumat KAA yang Bersejarah

Sementara itu, waktu menunjukan hampir jam 12.00 siang, rapat diskors karena delegasi muslim harus salat Jumat.

Menurut Roeslan, Panitia Perumus kemudian membuat rumusan kompromis mengenai kolonialisme, yang berbunyi: “Kolonialisme dalam segala manifestasinya adalah suatu kejahatan yang harus diberantas secepat mungkin.”

“Rumusan kompromis ini diterima baik oleh PM Zhou Enlai,” kata Roeslan. Alasan Zhou Enlai menerima rumusan tersebut dengan mengibaratkan “seluruh tangan dan lima jarinya itu adalah kolonialisme. Lima jari tangan itu adalah ibarat manifestasinya. Ada manifestasi kolonialisme di bidang politik, militer, ekonomi, sosial, kebudayaan. Dan bukan dalam bentuk kolonialismenya Uni Soviet.”

TAG

konferensi asia afrika sri lanka china

ARTIKEL TERKAIT

Enam Gempa Paling Mematikan di Negeri Tirai Bambu Kala Aktivis Malaysia Diciduk dan Kedutaan China Digeruduk Pertarungan Dua Raksasa Komunis di Perbatasan India dan China dalam Kemelut Perbatasan Perjalanan Hidup Ip Man Wing Chun Lahir dari Masa Pergolakan Jurus-Jurus Penghabisan Ip Man Menelaah Bocoran Dokumen Rahasia "Penahanan" Uighur Ekstradisi dari Hong Kong? Menyambung Nyawa di Udara China