Masuk Daftar
My Getplus

Enam Gempa Paling Mematikan di Negeri Tirai Bambu

Negeri Tirai Bambu kembali diguncang gempa. Sebagaimana Indonesia, wilayah barat China sejak dahulu rawan gempa yang beberapa di antaranya menelan korban ratusan ribu jiwa.

Oleh: Randy Wirayudha | 23 Jan 2024
Lokasi titik pusat Gempa Uqturpan yang mengguncang barat China pada dini hari (usgs.gov)

GEMPA dahsyat mengguncang wilayah barat China di perbatasan dengan Kirgistan pada Selasa (23/1/2024) sekira pukul 2 pagi waktu setempat. Gempa berkekuatan magnitudo 7,1 itu berpusat di kedalaman 13 kilometer dan berada di 140 kilometer sebelah barat Aksu, Provinsi Otonomi Xinjiang Uygur.

“Kemungkinan besar menyebabkan kerusakan signifikan dan bencananya berpotensi menyebar,” ungkap laporan badan survei geologi Amerika Serikat, USGS, dikutip The Guardian, Selasa (23/1/2024).

Gempa yang guncangannya terasa sampai Almaty (ibukota Kazahkstan) dan New Delhi (ibukota India) itu dilaporkan kantor berita pemerintah, Xinhua, merobohkan 47 rumah dan 78 bangunan rumah lain rusak berat, serta sejumlah infrastruktur pertanian kolaps. Untuk sementara, tercatat enam korban luka akibat runtuhnya bangunan rumah mereka.

Advertising
Advertising

Gempa ini terjadi sebulan pascagempa besar di Jishishan, Provinsi Gansu di barat laut China. Gempa berkekuatan antara magnitudo 5,9-6,2 pada 18 Desember 2023 itu menewaskan 151 orang dan mencederai 982 lainnya.

Gempa Aksu berkekuatan magnitudo 7,1 itu jadi salah satu yang terbesar namun tidak mematikan. Dalam catatan sejarah “Negeri Tirai Bambu”, setidaknya terdapat beberapa bencana gempa yang dampaknya sampai menelan korban hingga ratusan ribu jiwa. Salah satunya terjadi hari ini, 23 Januari, 486 tahun lampau. Berikut enam di antaranya:

Gempa Sichuan 2008

Tercatat sebagai yang paling mematikan di abad ke-21 di China dan ke-18 di seluruh dunia, gempa tektonik berkekuatan antara magnitude 7,9-8,0 ini menelan korban tewas hingga 87.587 jiwa. Gempa yang terjadi pada 12 Mei 2008 pagi disertai dengan 149 gempa susulan ini juga melukai 374.643 orang lainnya dan 18.392 orang dilaporkan hilang.

Dalam The Politics of Compassion: The Sichuan Earthquake and Civic Engagement in China Bin Xu menuliskan, tingginya angka korban tak lain karena gempanya terjadi di wilayah dengan populasi padat. Menurut USGS, pusat gempanya berada di kedalaman 19 kilometer dan 80 kilometer sebelah barat laut Chengdu, ibukota Provinsi Sichuan. Tak ayal gempa dahsyat ini juga berdampak pada lebih dari 45,5 juta populasi, di mana 15 juta di antaranya mesti dievakuasi karena tercatat sampai 5,36 juta bangunan kolaps dan 21 juta lainnya rusak.

“Gempa tersebut merupakan hasil dari pergerakan Sesar/Patahan Longmenshan, konvergensi material kerak bumi yang bergerak perlahan dari Dataran Tinggi Tibet ke arah barat dan berbenturan dengan lapisan bawah Cekungan Sichuan,” tulis Bin Xu.

Gempa tersebut juga berdampak pada terjadinya 200 ribu kejadian longsor di beberapa wilayah Provinsi Sichuan. Getarannya tak hanya terasa di hampir semua provinsi daratan utama China tapi juga sampai ke Hong Kong, Makau, Vietnam, Thailand, Taiwan, Mongolia, Nepal, Bangladesh, India, Pakistan, dan Rusia.

Gempa Kangding-Luding 1786

Gempa tektonik ini terjadi di siang “bolong” pada masa Dinasti Ming, 1 Juni 1786. Pusat guncangannya terjadi di sekitar kota Kangding, Provinsi Sichuan. Selain menewaskan 435 orang, dampak longsor dan banjir setelahnya menelan korban meninggal lebih dari 100 ribu jiwa di kota Kangding dan kota Luding.

“Gempa (Kangding-Luding) 1786 memengaruhi situasi wilayahnya yang berada di zona transisi antara Pegunungan Longmenshan dan Dataran Tinggi Qinghai-Tibet. Area ini dialiri sejumlah sungai dengan yang utama Sungai Dadu yang berbentuk

‘U’ di antara lembah yang terjal,” tulis J.T. Weidinger dalam artikelnya dalam buku Natural and Artificial Rockslide Dams, “Stability and Life Span of Landslide Dams in the Himalayas and the Qin Ling Mountains”.

Pengaruh lebih lanjut dari gempa bermagnitudo 7,75 itu menyebabkan terjadinya sejumlah kejadian longsor. Salah satu longsornya mengubur Sungai Dadu hingga membentuk danau dan sebuah bendungan longsor.

“Sekira 10 hari pascagempa, bendungan longsor itu runtuh dan menyebabkan banjir besar ke lembah 1.400 kilometer di bawahnya yang menenggelamkan 100 ribu ibu orang,” ungkap Su Zhi-man dkk. dalam artikel “The Future in the Tangjiashan Dammed-Lake Resulted from the M8.0 Wenchuan Earthquake” yang termaktub dalam Earthquake-Induced Landslides.

Banjir itu merobohkan tembok kota Kangding dan Leshan serta merusak tembok kota Qingxi dan kota Yuexi. Menewaskan 250 orang di Kangding, 181 orang di Luding, serta lebih dari 100 ribu orang saat banjirnya mencapai Yibin dan Luzhou.

Gempa Haiyuan 1920

Tumbukan Lempeng India-Asia yang memengaruhi Patahan Altyn Tagh, Haiyuan, Kunlun, Karakoram, dan Xianshuihe pada 16 Desember 1920 malam menghasilkan gempa dahsyat dengan kekuatan antara magnitudo 7,9-8,25. Gempa tektonik itu terjadi dekat kota Haiyuan, Provinsi Gansu (kini Provinsi Ningxia).

Bencana gempa yang disertai longsor itu menghasilkan korban jiwa hingga lebih dari 200 ribu orang. Detail jumlah korban berbeda dari masa ke masa. Catatan awal menyebutkan korban tewasnya berjumlah antara 234.117-235.502 jiwa, sementara sejumlah pakar seismologi China memperhitungkan lebih dari pada itu, yakni antara 258.707-273.407 jiwa.

“Di Haiyuan sendiri tercatat korban tewasnya mencapai 73 ribu orang. Kerusakannya juga terjadi di area Lijunbu-Haiyuan-Ganyanchi. Sebanyak 30 ribu korban lainnya juga tewas dekat Guyuan dengan dampak kerusakan besar di tujuh provinsi lainnya. Getaran gempanya terasa kuat sampai ke pedalaman Mongolia, pusat Provinsi Sichuan, Sungai Kuning, hingga Provinsi Qinghai,” ungkap K. Bradley Penuel dkk. dalam Encyclopedia of Disaster Relief.

Sebanyak 30 ribu korban yang tewas di Guyuan tak lain karena disebabkan longsor dan banjir selepas gempa. Sementara ribuan lainnya meregang nyawa karena kedinginan usai rumah-rumah mereka rata dengan tanah dan tidak ada bantuan memadai saat mereka mengungsi di tenda-tenda darurat.

Gempa Hongdong 1303

Di  Hongdong (kini Xiamenzhen), Provinsi Shanxi, dekat kota Lingshi pada 25 September 1303 tengah malam, penduduknya digemparkan dengan gempa dahsyat bermagnitudo 7,6. Saking hebat guncangannya, hampir 100 ribu bangunan runtuh dan menyebabkan longsor hingga menelan korban tewas sekira 270 ribu jiwa.

“Catatan ‘Annals of Fengtai County’ menyebutkan, ‘pada tengah malam, angin kencang berhembus. Beberapa menit kemudian, gempa terjadi begitu hebat’,” tulis Wang Qianjin dalam artikel “Overview of Ancient Geoscience and Views of Geological Disasters and Abnormalities” di buku A History of Chinese Science and Technology, Volume 1.

Sayangnya, lanjut Qianjin, tidak ada catatan akurat soal data geologis soal penyebab terjadinya gempa tektonik dengan intensitas berskala Mercalli XI (ekstrem) pada Sesar Taigu itu di masa Dinasti Yuan. Pun begitu kerusakannya begitu mematikan. Tidak hanya di Hongdong tapi juga di kota-kota lain di Provinsi Shanxi, seperti Zhaocheng, Pingyang, dan Taiyuan yang merupakan ibukota provinsi.

Gempa Tangshan 1976

Hanya dalam beberapa menit, 85 persen bangunan di kota industri Tangshan, Provinsi Hebei, rata dengan tanah akibat diguncang dua gempa dahsyat pada 28 Juli 1976. Gempa dengan skala intensitas Mercalli XI (ekstrem) itu menelan korban tewas sekitar 300 ribu jiwa.

Liu Huixian dkk. dalam artikelnya di jurnal Caltech Authors terbitan 1 Januari2002, “The Great Tangshan Earthquake of 1976”, menyebutkan bencana itu terjadi akibat dua kali guncangan gempa. Pertama, gempa bermagnitudo 7,6 pada pukul 3.42 pagi di kedalaman 12 kilometer di selatan kota Tangshan. Kedua, gempa bermagnitudo 7,4 di 70 kilometer selatan Tangshan, dekat kota Luanxian pada pukul 6.45 petang.

“Gempanya menyebabkan padamnya sistem listrik, suplai air, komunikasi, serta hancurnya sejumlah tambang batubara dan industri lainnya. Jalur keretaapi dan jembatan-jembatan juga hancur, menyebabkan kota (Tangshan) terisolir dari dunia luar,” tulis Liu dkk.

Besarnya jumlah korban, lanjut Liu dkk., tak lain karena desain tata kota pada sejumlah bangunan gedung dan permukimannya tidak didesain tahan gempa. Pemerintah kota menganggap Tangshan bukan wilayah yang rawan gempa.

Gempa Shaanxi 1556

Ratusan ribu penduduk kota Huaxian (kini Huazhou), Provinsi Shaanxi di masa pemerintahan Kaisar Jiajing (Dinasti Ming) mayoritas tinggal di yaodong (rumah gua buatan di tebing-tebing lembah). Nahas, banyak dari mereka yang lantas meregang nyawa kala gempa besar bermagnitudo 8,0 mengguncang Lembah Sungai Wei menjelang fajar 23 Januari 1556.

“Gempanya mengguncang area hingga seluas 520 mil dan berdampak hingga 97 kota lain di Provinsi Shaanxi, Shanxi, Henan, Hebei, Hubei, Shandong, Gansu, Jiangsu, dan Anhui. Hampir dari 100 ribu jiwa tewas karena longsor dan runtuhnya rumah-rumah yaodong mereka,” tulis Timothy M. Kusky dan Katherine E. Cullen dalam Encyclopedia of Earth and Space Science.

Sejumlah bangunan kota lain ikut roboh. Di antaranya tembok kota, sejumlah kuil, dan Pagoda Angsa Liar Kecil yang sebelumnya berdiri 15 lantai tinggal menyisakan tiga lantai saja.

Dampaknya juga sangat mematikan. Sekira 730 ribu lainnya tewas menyusul bencana kelaparan dan wabah yang terjadi pascagempa, hingga menjadikan totalnya 830 ribu orang.

TAG

sejarah gempa gempa bumi gempa china

ARTIKEL TERKAIT

Naga Wuhan di Bawah Mistar Persebaya Kisah Penghadang Tank di Tiananmen dari Balik Lensa Mitologi Gempa di Masa Lalu Habis Gempa Terbitlah Genosida Empat Bangunan Bersejarah Turki yang Dihancurkan Gempa Lima Gempa Terdahsyat di Turki Gempa Merusak Keraton Bupati dan Masjid Agung Cianjur Gempa Besar bagi Bupati Cianjur Gempa Bumi Mengguncang Cianjur Kala Aktivis Malaysia Diciduk dan Kedutaan China Digeruduk