Masuk Daftar
My Getplus

Turnamen Tertua Itu Bernama Wimbledon

Dilahirkan di Inggris, turnamen Wimbledon justru jarang dimenangi petenis Inggris setelah keikutsertaan petenis asing.

Oleh: Randy Wirayudha | 06 Jul 2019
Dua trofi bergengsi Wimbledon untuk tunggal putra dan putri (Foto: wimbledon.com)

PETENIS anggun asal Jerman Angelique Kerber memendam senang sekaligus tegang. Dia kembali berlaga pentas Wimbledon edisi ke-133 musim panas ini, 1-14 Juli 2019. Kerber “merumput” lagi di All England Lawn Tennis and Croquet Club sebagai juara bertahan tunggal putri.

“Rasanya berbeda karena Anda kembali sebagai juara bertahan kali ini, jadi turnamen tahun ini spesial bagi saya. Banyak emosi dan kenangan dari tahun lalu, tentunya. Saya memulai dari nol lagi dan harus fokus di babak pertama. Pastinya saya juga berusaha menikmati tiap momen di dalam maupun luar lapangan,” ungkapnya, dikutip The Guardian, Senin (1/7/2019).

Perasaan serupa juga menaungi Novak Djokovic, juara bertahan tunggal putra turnamen tenis tertua dunia itu. Petenis Serbia pemilik rangking 1 dunia (ATP) itu kembali untuk memburu gelar Wimbledon kelimanya, setelah sebelumnya memuncaki edisi 2011, 2014, 2015, dan 2018.

Advertising
Advertising

Publik tanah air sendiri bisa berbangga dalam Wimbledon tahun ini. Pasalnya, Christoper Rungkat menjadi wakil Indonesia di nomor ganda putra berpasangan dengan petenis Taiwan Cheng-Peng Hsieh.

Keikutsertaan Christoper membuka peluang raihan gelar yang pernah dibawa pulang petenis tanah air sebelumnya. Seperti yang ditorehkan Angelique Widjaja kala memenangi tunggal putri junior Wimbledon 2001 atau Tami Grende yang memetik gelar Wimbledon 2014 di nomor ganda putri junior berpasangan dengan petenis China Qui Yu Ye.

Tami Grende (kiri) saat memenangkan Wimbledon Junior 2014 (Foto: All England Lawn Tennis Club)

Meski level junior, raihan itu tetap membanggakan. Wimbledon merupakan turnamen tenis terorganisir tertua, pada 1877, laiknya FA Cup sebagai kompetisi sepakbola tertua dunia.

Baca juga: Sejarah Manis Sepaktakraw

Wimbledon satu-satunya turnamen Grand Slam yang dimainkan di lapangan rumput yang tersisa. Selain jadi turnamen tenis tertua dunia, Wimbledon diakui sebagai kompetisi olahraga terorganisir tertua kedua setelah turnamen olahraga layar Americas Cup yang lebih tua 26 tahun.

Muasal Wimbledon

Kelahiran turnamen Wimbledon tak lepas dari perjalanan sebuah klub olahraga para bangsawan Inggris, The All England Croquet Club. Klub tersebut didirikan pada 1868 oleh enam editor majalah mingguan The Field: John H. Walsh, R.F. Dalton, John Hindle Hale, A. Law, S.H. Clark Maddock, dan Walter Jones Whitmore.

Seiring menurunnya antusiasme terhadap olahraga croquet, Walsh memodifikasi lapangan tenis menjadi lapangan rumput untuk bisa dijadikan cabang tambahan di klubnya. Tenis mulai populer saat itu. Pada 14 April 1877, tenis lapangan rumput resmi dijadikan olahraga kedua klub itu hingga mengubah nama klub jadi All England Croquet and Lawn Tennis Club (AEC&LTC).

Ilustrasi turnamen Wimbledon pertama pada 1877 (Foto: wimbledon.com)

Walsh pula yang memprakarsai gelaran turnamen amatir terbuka sebulan berselang. Mengutip Wimbledon: The Official History of the Championships karya John Barrett, turnamen itu menerima peserta dengan biaya pendaftaran 1,1 shilling. Peralatan raket dan sepatu tanpa hak juga harus bawa sendiri, sementara bola-bolanya disediakan panitia.

“Kondisinya masih seadanya dan sederhana. Sejumlah lapangan rumput dengan net setinggi lima kaki. Raket-raket yang digunakan juga merupakan modifikasi dari sepatu salju,” sebut Barrett.

AEC&LTC mencetuskan turnamen berbayar itu untuk membiayai perbaikan alat-alat pemotong rumput mereka yang rusak. Kendati nama resmi turnamen yang dihelat pada 9-19 Juli 1877  itu The Championship, publik mengenalnya sebagai Wimbledon Championship lantaran venue-nya berlokasi di lapangan Worple Road SW19 distrik Wimbledon, London.

Dari sebaran iklan dan pengumuman yang diedarkan The Field edisi 9 Juni 1877, turnamen itu total diikuti 22 pemain amatir. Wimbledon pertama ini juga baru menampilkan nomor tunggal putra. Semua pemainnya juga masih asal Inggris. Adalah Spencer Gore yang, sebelumnya merupakan atlet kriket, jadi juaranya setelah di final menundukkan Charles Heathcote.

Gore pun jadi orang pertama yang merengkuh hadiah utama berupa trofi Field Cup, trofi perak berbentuk cangkir setinggi 18 inci berpahat tulisan: “The All England Lawn Tennis Club Single Handed Championship of the World”. Trofi itu sempat hilang pada 1883 hingga AEC&LTC mesti menggantinya dengan trofi serupa bernama Challenge Cup yang diperebutkan mulai 1884.

Baca juga: Permainan Kabaddi dalam Lorong Zaman

Sementara, kategori putri baru diikutsertakan dalam Wimbledon pada 1884. Pialanya, “Venus Rosewater Dish”, berupa piringan perak berdiameter 18,75 inci berpahat deskripsi Dewi Minerva. Maud Watson menjadi peraih pertama trofi itu.

May Sutton jadi petenis asing pertama yang menangkan Wimbledon pada 1905 (Foto: wimbledon.com)

Memasuki awal abad ke-20, Wimbledon yang jumlah pesertanya terus bertambah, mulai kedatangan peserta asing. “(Petenis) Amerika May Sutton Bundey jadi petenis asing yang menang pada Wimbledon 1905 di pertandingan putri. Norman Brookes dari Australia jadi pemenang asing pertama tunggal putra pada 1907,” sebut John Nauright dalam Sports Around the World: History, Culture and Practice.

Baca juga: Kabaddi di Panggung Olimpiade Nazi

Namun, turnamen Wimbledon yang kian mendunia baru bertransformasi ke profesional pada 1968. Prize money mulai diperkenalkan pada 1968 dengan besar hadiah dua ribu poundsterling untuk juara tunggal putra dan 750 pounds untuk putri.

Ironisnya, masuknya peserta asing membuat petenis Inggris Raya malah jarang menang. Legenda Fred Perry pernah memutus nasib buruk petenis tuan rumah saat menjuarai edisi 1934, setelah terakhir kali petenis Inggris lainnya, Arthur Gore menang pada 1909. Sejak era keterbukaan pada 1968, bahkan hanya Andy Murray petenis Inggris yang pernah menang, pada 2013 dan 2016.

TAG

Sejarah-Olahraga Wimbledon tenis

ARTIKEL TERKAIT

Roland Garros Pahlawan di Udara Mendarat di Arena Tenis Keringat dan Air Mata King Richard Potret Apresiasi Terhadap Pahlawan Olahraga Dulu dan Kini Serba-serbi Tradisi Wimbledon Mula Tim Garuda Melacak Jejak Pencak Silat Kegebet Cinta di Hotel Atlet Berguru Tenis Meja hingga ke Korea Utara Rossoblù Jawara dari Masa Lalu Lima Jersey Sepakbola Kontroversial