Masuk Daftar
My Getplus

Tak Sekadar Menangkis Bulu

Piala Sudirman disetujui IBF, meski hampir gagal karena anggota IBF Eropa mengusulkan Herbert A. E. Scheele Trophy. Indonesia sekali juara, setelah itu belum lagi.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 14 Apr 2015
Indonesia menjadi juara Piala Sudirman pertama tahun 1989.

INDONESIA berusaha keras memperjuangkan Piala Sudirman agar disetujui IBF. Ternyata, anggota IBF dari Eropa juga mengusulkan Herbert A. E. Scheele Trophy (sekretaris jenderal IBF) sebagai nama piala untuk kejuaraan beregu campuran putra-putri, yang digelar dua tahun sekali.

Tiga hari sebelum diputuskan dalam pertemuan dewan IBF pada Oktober 1988, Titus K. Kurniadi, salah seorang ketua komisi IBF, segera meminta agar Suharso menemui Ian Palmer, Presiden IBF asal Selandia Baru, di Singapura. Sebagai sahabat kentalnya, Suharso yakin dapat membujuk Ian agar merestui Piala Sudirman, daripada Herbert A. E. Scheele Trophy.

Didampingi Titus, Suharso melobi Ian di di Singapura. “Ian, di bawah kepengurusan Anda IBF berjalan dengan baik. Seharusnya Anda pegang jabatan Presiden 2-3 tahun lagi,” kata Suharso dalam biografinya, Suharso Suhandinata, Diplomat Bulutangkis.

Advertising
Advertising

“Saya sudah cukup capek. Lagi pula saya sudah tua. Jarak Selandia Baru-London itu sangat jauh,” balas Ian.

“Ian, sekarang ada Piala Thomas untuk beregu putra dan Piala Uber untuk beregu putri, yang selalu dipertandingkan dengan semangat yang meluap-luap. Dua piala itu dari Eropa, kan? Jikalau dari Eropa lagi, berarti Eropa mau menguasai piala-piala yang dipertandingkan terus-menerus. Akibatnya akan timbul ketidakpuasan dari negara-negara lain, terutama dari kawasan Asia yang begitu kuat bulutangkisnya. Dan saya akan sangat kecewa, apabila terjadi lagi perpecahan seperti dulu, IBF-WBF. Saya ingin bertanya, kalau ada piala lagi, harus dari benua mana?” tanya Suharso.

“Harus dari Asia,” jawab Ian.

“Atas nama siapa?” cecar Suharso.

“Sudirman!” tegas Ian.

Tapi, kata Suharso, “ada suara-suara dari anggota IBF Eropa, bahwa Eropa akan mengajukan kembali orang bule. Bagaimana ini, Ian?”

“Hal ini serahkan kepada saya. Sebagai presiden saya berhak untuk menentukan keputusan akhir.” Ian memenuhi janjinya menyetujui Piala Sudirman.

Baca juga: Sudirman Bukan Sembarang Piala

Indonesia menjadi tuan rumah Piala Sudirman pertama sekaligus tuan rumah Kejuaraan Dunia 1989. Konsekuensinya, dana yang harus disiapkan sangat besar. Bimantara Group, perusahaan milik anak Presiden Soeharto, bersedia menjadi sponsornya. “Kalau tidak kita ambil saat itu, kita tidak tahu kapan Piala Sudirman akan mulai dipertandingkan. Mungkin ada negara yang siap menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia, tetapi kalau untuk digabung dengan Piala Sudirman mereka akan berpikir dua kali. Dengan telah dimulai oleh Indonesia, berikutnya akan lebih mudah,” kata Justian Suhandinata, anggota dewan IBF, memberi alasan.

Titus kemudian memimpin panitia sayembara Piala Sudirman. Pemenangnya Rusnandi, mahasiswa ITB jurusan seni rupa, menyisihkan 207 peserta dari 20 provinsi. Pembuatan Piala Sudirman dilakukan oleh PT Master Six, Bandung. Biayanya Rp27 juta ditanggung oleh Gabungan Pengusaha Farmasi Seluruh Indonesia (GPFSI), mengingat Sudirman juga adalah Bapak Farmasi Indonesia.

Indonesia menyelenggarakan Piala Sudirman pertama pada 1989 dan keluar sebagai juara. Namun, setelah itu Indonesia tak pernah juara lagi, dan harus puas menjadi runner up sebanyak enam kali. Tiongkok 13 kali juara disusul Korea Selatan dengan empat kali juara.* 

Tulisan ini diperbarui pada 29 April 2024.

TAG

bulutangkis

ARTIKEL TERKAIT

Sebelum Ferry Juara Dunia Bulutangkis Kala Liem Swie King Bicara Mental Tak Mau Kalah Cerita Liem Swie King Terobos Banjir Badminton is Coming Home! Menguber Uber Cup Putri Bulutangkis dengan Segudang Prestasi Elizabeth Latief dan Semangat Kartini Indonesia dan Kejayaan All England Alan Budikusuma Terpuruk di Kuala Lumpur, Berjaya di Barcelona Kawin-Cerai di Ganda Campuran