Masuk Daftar
My Getplus

Aliansi Amerika-Jerman di Pertempuran Kastil Itter

Kisah aliansi tentara Amerika dan Jerman dalam sebuah “mission impossible”. Terlibat pertempuran sengit melawan pasukan SS.

Oleh: Randy Wirayudha | 19 Jul 2020
Ilustrasi Pertempuran Kastil Itter (Foto: Repro cover "The Last Battle")

KAPTEN John C. ‘Jack’ Lee Jr. duduk mengaso di atas turet tank M4 Sherman yang dinamainya “Besotten Jenny” pada sore yang terbalut udara hangat musim semi, 4 Mei 1945. Tank itu “istirahat” di sebuah simpang jalan setelah memimpin tank-tank lain mengamankan Kota Kufstein, Austria.

Namun belum juga lama bersantai, kewaspadaan kapten muda komandan Kompi B Batalyon Tank ke-23, Divisi Lapis Baja ke-12, Korps XXI Amerika Serikat itu tergugah. Dari kejauhan tampak sebuah mobil mirip kodok menggelinding mendekati persimpangan tempat tank Kapten Lee. Mobil yang ternyata Kübelwagen buatan Volkswagen (VW) itu jelas kendaraan punya tentara Jerman. Namun Lee mengurungkan aba-aba bersiap pasukannya setelah muncul bendera putih dari kodok besi itu.

Seorang mayor Wehrmacht lalu turun dari kodok itu dan disapa Lee seadanya. Sang mayor memperkenalkan dirinya sebagai Josef ‘Sepp’ Gangl, lalu menyerahkan sepucuk surat dan memberitahu dia dan sisa pasukannya dari Resimen Artileri ke-83 yang bertahan di Wörgl, tak jauh dari Kufstein, siap menyerahkan diri ke pasukan Amerika.

Advertising
Advertising
John C. 'Jack' Lee Jr. (kanan) saat masih berpangkat letnan (Foto: spiegel.de/Robert D. Lee)

Gangl mengklaim surat berbahasa Inggris itu berasal dari salah seorang tahanan di Kastil Itter. Isi suratnya berintikan permintaan bantuan penyelamatan para tahanan VIP tokoh-tokoh penting asal Prancis. Meski diragukan Lee, Gangl menguraikan bahwa surat itu didapatkannya dari seorang anggota pemberontak bawah tanah Austria. Si pemberontak itu sendiri mendapat suratnya dari Andreas Krobot, tahanan asal Cekoslovakia yang menjadi koki di Kastil Itter. Krobot bersepeda delapan kilometer ke Kota Wörgl demi menitipkan surat itu.

“Jack Lee kemudian berkomunikasi lewat radio dengan Letkol Kelso G. Clow (dan-yon Lapis Baja ke-23) dan dari komunikasi itu Lee diarahkan untuk mengatasi situasi di Wörgl dan Kastil Itter semampunya. Untuk menguji kebenaran cerita dan kesungguhan niat Gangl, ia mengatakan akan ikut dengan mobil sang mayor untuk melakukan pengintaian areanya,” tulis Stephen Harding dalam The Last Battle: When U.S. and German Soldiers Joined Forces in Waning Hours of World War II in Europe.

Baca juga: Aksi Gila Michael Wittmann si Jago Tank Jerman

Kapten berusia 27 tahun itupun ikut dalam Kübelwagen Mayor Gangl yang di sampingnya turut serta Kopral Keblitsch. Lee mengajak Kopral Edward Szymczyk sebagai pengawal.

Untuk kian meyakinkan Lee, Gangl mengutarakan alasan dan motifnya bersedia jadi “perantara” pesan dari Kastil Itter. Gangl, lanjut Harding, juga sudah diperintahkan komandannya, Letkol Johann Giehl, untuk mengosongkan Wörgl sejak akhir April dengan terlebih dulu menghancurkan sejumlah jembatan. Namun Gangl urung menuruti perintah itu karena melihat situasi, Jerman sudah kalah dan Hitler sudah bunuh diri pada 30 April.

Mayor Josef 'Sepp' Gangl (Foto: Garnisonmuseum Ludwigsburg/Stephen Harding)

Baca juga: Seragam Jerman Nazi Buatan Hugo Boss

Gangl juga melihat warga Wörgl sudah muak dengan perang dan banyak yang memajang kain putih dalam rangka menyongsong pasukan Amerika yang sudah mendekat. Namun Gangl insyaf bahwa mereka bakal jadi korban keganasan pasukan Schutzstaffel (SS, paramiliter Nazi) jika kedapatan mengibarkan bendera putih di permukiman.

Pasukan SS itu adalah sisa-sisa dari Divisi SS ke-17 “Götz von Berlichingen” yang akan mengisi kekosongan pendudukan Wörgl setelah ditinggalkan angkatan darat Jerman. Gangl memutuskan untuk bertahan di Wörgl bersama tak lebih dari 10 serdadu artileri dan juga bekerjama dengan mempersenjatai para pemberontak bawah tanah Austria.

Sesampainya di Wörgl, Kapten Lee resmi menerima penyerahan sisa pasukan Gangl. Lee mengizinkan mereka tetap menyandang senjata sebagai perbantuan pengamanan bersama para partisan Austria. Sementara itu, Lee dan Gangl melanjutkan perjalanan ke Kastil Itter. Kastil peninggalan abad ke-13 di puncak Bukit Brixental itu terpisahkan sebuah ngarai dan aksesnya hanya sebuah jembatan.

Aliansi dalam Misi Dramatis

Berkat info Rupert Hagleitner dan Alois Mayr, partisan Austria di Wörgl, Lee dan Gangl mendapati rute-rute aman menuju Desa Itter yang terletak di lembah bukit. “Jalan tikus” itulah yang mereka tempuh untuk menghindari blokade pasukan SS.  Saat melewati Gereja St. Joseph, Lee-Gangl bertemu perwira SS Hauptsturmführer (setara kapten) Kurt-Siegfried Schrader.

“Schrader sedang dalam perjalanan pulang ke Desa Itter setelah bertemu para tahanan (VIP) Prancis di Kastil Itter. Schrader sebelumnya salah satu anggota pasukan gabungan (Wehrmacht-SS) dari Grup Tempur Giehl. Ia baru pulih setelah terluka dalam sebuah pertempuran,” ungkap Scott Baron dalam Valor of Many Stripes: Remarkable Americans in World War II.

Schrader, lanjut Baron, sudah akrab dengan para tahanan VIP di Kastil Itter karena beberapa anggota keluarganya turut bekerja menyediakan kebutuhan mereka. Dari Schrader pula Lee mendapat info bahwa kastil itu tak lagi dikawal pasukan penjaga SS-Totenkopf karena Komandan SS-Totenkopf Sebastian Wimmer melarikan diri bersama semua penjaga Kamp Konsentrasi Dachau. Para tahanan Kastil Itter merupakan bagian darinya.

Baca juga: Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Pertama Nazi

Hauptsturmführer Kurt-Siegfried Schrader (Foto: National Archives)

Schrader menginformasikan kepada Lee siapa saja tahanan VIP yang harus diselamatkan. Selain dua eks-perdana menteri (PM) Prancis Édouard Daladier dan Paul Reynaud, ada eks-Menteri Pertahanan Maxim Weygand, eks-Panglima Tentara Prancis Jenderal Maurice Gamelin, dan Marie-Agnès de Gaulle yang merupakan kakak Jenderal Charles de Gaulle, pemimpin pemerintahan pengasingan Prancis di Inggris.

Kastil Itter sudah diambilalih oleh para tahanan VIP serta para tahanan asal Balkan, yang sebelumnya dipekerjakan di kastil, berbekal sisa-sisa senjata ringan yang ditinggalkan penjaga. Sesampainya Lee di gerbang kastil, ia disambut figur-figur penting di atas. Lee berjanji akan kembali membawa pasukan untuk menyelamatkan mereka.

Baca juga: Blitzkrieg, Serbuan Kilat ala Nazi

Satu hal yang mengganjal di pikiran Lee hanyalah bisa-tidaknya Schrader dipercaya mengingat ia perwira SS, bukan Wehrmacht sebagaimana Gangl.

“Gangl melihat sikap skeptis Lee terhadap Schrader. Ia lalu menjamin bahwa Schrader takkan mengkhianati Lee. Gangl percaya karena ia sudah mengenal Schrader sejak mereka saling mengenal di Grup Tempur Giehl,” sambung Harding.

Kastil Itter di salah satu pelosok Tyrol atau bukit di Pegunungan Alpen (Foto: bildarchivaustria.at)

Lee lalu bergegas kembali ke Kufstein. Dia meminta bantuan Komandan Resimen Infantri ke-142 Letkol George E. Lynch dan diberi tiga skuad pasukannya berisi 14 prajurit. Lee juga mengumpulkan lima tank Sherman lagi dari kompinya.

Didukung pasukan Gangl, kini Lee punya misi membebaskan para tahanan VIP itu dengan kekuatan enam tank Sherman, 14 tentara Amerika, dan 10 serdadu Jerman. Kekuatan tank-nya ia sebar, dua di jembatan di atas Sungai Inn, dua lagi di Wörgl untuk menemani para partisan Austria menjaga kota dari potensi serangan pasukan SS. Satu tank Sherman ia perintahkan berjaga di jembatan yang jadi akses dari Wörgl menuju Desa Itter. Sementara Tank Lee, “Besotten Jenny”, datang ke Kastil Itter bersama 24 pasukan gabungan Amerika-Jerman.

Baca juga: Tank Gaek "Stuart" yang Bertahan Hidup

Para tahanan di dalam kastil meyakinkan Lee bahwa mereka wajib ikut mempertahankan diri. Pasalnya Schrader mengabarkan bahwa satu kompi pasukan SS “Götz von Berlichingen” berkekuatan 100-200 serdadu akan ke kastil untuk menghabisi para tahanan.

“Lee sadar bahwa dia akan menghadapi peperangan di sebuah kastil di Pegunungan Alpen bersama sekelompok tahanan VIP Prancis, aliansi yang mengkhawatirkan dengan musuh (tentara Jerman), dan berada dalam situasi hidup-mati dalam sebuah pertempuran yang bisa dibilang aneh di Perang Dunia II front Eropa,” sambung Harding.

Ilustrasi Tank M4 Sherman, serupa dengan tank "Besotten Jenny" yang dikendarai Kapten Jack Lee (Foto: archive.gov)

Pada pagi buta 5 Mei 1945, Kapten Lee yang tengah melepas lelah dikagetkan oleh bunyi rentetan senjata dari luar kastil. Sekitar 100 pasukan SS melakukan serbuan, demikian yang dilihatnya lewat binokular dari atas menara kastil. Pertempuran Kastil Itter dimulai.

Pada serangan gelombang pertama, 24 pasukan di kastil dengan beberapa tahanan masih mampu menghalau serangan pasukan SS. Tetapi pada serangan gelombang kedua, pasukan SS mendapati hasil pengintaian bahwa kastil itu hanya dilindungi seonggok tank Sherman. Satu tembakan meriam Flak 88 (Flugabwehrkanone 18 kaliber 8,8 cm) pasukan SS pun langsung melumpuhkan satu-satunya tank di Kastil Itter berikut radio komunikasi di dalamnya.

Baca juga: Texel, Palagan Terakhir di Eropa

Kehancuran tank itu ikut menambah masalah Lee. “Padahal Lee teringat bahwa dia mendapat jaminan Kolonel Lynch bahwa pasukan inti Resimen ke-142 akan segera menyusulnya kala Lee berangkat dari Kufstein. Lynch memerintahkan Letkol Marvin Coyle, komandan Batalyon ke-2, bergerak dari Kufstein menuju Lembah Brixental dengan tujuan Kastil Itter. Tetapi pasukan berkekuatan empat kompi dan sejumlah tank Sherman lainnya tak bisa lekas bergerak karena banyaknya blokade,” singkap Baron lagi.

Situasi di Kastil Itter kian genting seiring meningginya mentari. Mayor Gangl ambruk ditembak sniper SS kala menyelamatkan Reynaud di tengah sengitnya pertempuran. Kekhawatiran Lee diperparah oleh menipisnya stok amunisi.

Ilustrasi pasukan SS Divisi ke-17 Panzergrenadier "Götz von Berlichingen" yang menyerang Kastil Itter (Foto: Repro "The 17th Waffen-SS Panzergrenadier Division Götz von Berlichingen")

Dalam situasi kacau itu, Jean Borotra, mantan atlet tenis yang jadi tahanan di sana, mengajukan diri untuk keluar meminta bantuan kepada pasukan Amerika terdekat.

“Jean Borotra selalu bersemangat ketika kami menahan gempuran. Dia mengajukan diri menyelinap keluar tembok kastil dan lari menuju Wörgl untuk minta bantuan. Itu artinya dia harus berlari 40 yard di medan terbuka sebelum bisa menyembunyikan diri di pepohonan. Saya sempat menolaknya tetapi dia bersikukuh,” tutur Lee kepada suratkabar militer AS, Hellcat News, 26 Mei 1945.

Baca juga: Halt Order dari Hitler Mencegah Sekutu Musnah di Dunkirk

Pertaruhan nyawa Borotra tak sia-sia. Ia bertemu empat kompi Resimen ke-142 Amerika di Wörgl yang kemudian bergegas membantu ke Kastil Itter.

Di Kastil, misi Lee dan mendiang Gangl berada di ujung tanduk. Pasukan SS makin dekat ke tembok kastil. Sisa-sisa pasukan gabungan Amerika-Wehrmacht nyaris tak punya amunisi dan hanya bisa mengundurkan diri ke salah satu menara jaga.

Maurice Gamelin, Michel Clemenceau & Paul Reynaud, tiga dari sekian tokoh VIP yang ditahan di Kastil Itter turut bertempur (Foto: riddip.com)

Sekira pukul empat sore, Lee mendengar gemuruh suara tank dari luar. Baru sedikit ia melongok ke jendela, wajah kusutnya seketika berubah. Pasukan bantuan akhirnya tiba dan pasukan SS yang mengepung kastil lari kocar-kacir. Mission impossible Lee dan Gangl membebaskan para tahanan VIP berhasil.

Atas keberaniannya, Kapten Lee dianugerahi medali Distinguished Service Cross. Mendiang Gangl diakui sebagai pahlawan Austria dan namanya diabadikan jadi nama sebuah jalan di kota Wörgl. Schrader dibebaskan dari semua peradilan yang lazim dihadapi para serdadu SS berkat kesaksiannya.

Baca juga: Gedoran Corregidor

TAG

perang dunia perangdunia ii perang-dunia jerman jerman-nazi nazi jerman pertempuran austria

ARTIKEL TERKAIT

Mobil yang Digandrungi Presiden Habibie Letnan Rachmatsyah Rais Gugur saat Merebut Tank Belanda Memburu Kapal Hantu Protes Sukarno soal Kemelut Surabaya Diabaikan Presiden Amerika Sebelum Jenderal Symonds Tewas di Surabaya Perjuangan Pasangan Sutomo dan Sulistina dalam Masa Revolusi Keponakan Hitler Melawan Jerman Tamatnya Armada Jepang di Filipina (Bagian I) Jenderal Mata Satu “Berdarah” Bugis Pejuang Tua dari Aceh dalam Perang Kemerdekaan