Aksi Gila Michael Wittmann si Jago Tank Jerman
Kaget dengan kedatangan pasukan Inggris yang begitu cepat, Michael Wittmann melakukan aksi "gila".
Hari ini, 13 Juni, 76 tahun silam. Saat sedang mengamati pemeriksaan tank-tank Tiger dalam kompinya di markas komando Desa Villers-Bocage, Prancis, SS-Obersturmfuhrer (setara letnan satu) Michael Wittmann, komandan kompi ke-2 Batalyon SS Panzer ke-101, tiba-tiba didatangi seorang prajurit sekira pukul 08 pagi. Wittmann diberitahu adanya iringan tank dan bermacam kendaraan tempur (ranpur) asing sedang melintas tak jauh dari mereka. Dari bentuknya, kata sang pelapor, ranpur-ranpur itu bukan ranpur Jerman.
“Saya segera keluar dan melihat tank-tank berjalan beriringan sekitar 150 hingga 200 meter jauhnya. Mereka merupakan (tank, redaksi) tipe Inggris dan Amerika. Pada saat yang sama saya melihat bahwa tank-tank itu disertai pengangkut pasukan lapis baja,” kata Wittmann dalam diary-nya, dikutip Patrick Agte dalam Michael Wittmann and the Waffen SS Tiger Commanders of the Leibstandarte in World War II , Vol. II.
Pikiran Wittmann langsung kacau. Dia tak pernah membayangkan pasukan Sekutu (Inggris-Amerika) datang begitu cepat dan dalam jumlah yang amat besar. Pasukan yang dilihatnya itu ternyata pasukan Divisi Lapis Baja ke-7 Inggris di bawah pimpinan Mayjen George Erskine.
Baca juga: Tank Leopard yang Layu Sebelum Berkembang
Iring-iringan pasukan Inggris itu terdiri dari 8th King’s Royal Irish Hussars (batalyon pengintai), County of London Yeomanry “Sharpshooters” ke-4 (batalyon tank, staf tempur Brigade Lapis Baja ke-22), 5th RHA (batalyon artilery, minus satu battery), 1/7 Battalion The Queen’s Royal Regiment (batalyon infantri), Batalyon ke-1 Rifle Brigade (batalyon infantri lapis baja, minus dua kompi), dan Unit Battery Anti-Tank ke-26. Mereka mulai bergerak dari Villers-Bocage menuju Caen pukul 05 pagi pada hari itu.
Caen merupakan salah satu kota yang ditetapkan panglima Allied Ground Forces Jenderal Bernard Montgomery untuk direbut Sekutu dalam gerak-majunya usai invasi Normandia (D-Day). “Caen adalah kunci menuju Cherbourg," katanya kepada Jenderal Omar Bradley sebagaimana dikutip James Holland dalam Normandy '44: D-Day and the Battle for France, A New History. Keberhasilan menguasainya akan menentukan keberhasilan langkah selanjutnya dalam menuju wilayah Jerman.
Untuk merebut Caen, Inggris melakukan taktik menjepit. Satu pasukan akan bergerak dari depan (arah pantai), pasukan lain akan menyerang dari belakang. Pasukan penyerang belakang ini bergerak melambung melalui Villers-Bocage. Mereka bergerak ke Villers-Bocage pada 12 Juni 1944.
Baca juga: Istri Jenderal Minta Panser
Dalam perjalanan menuju desa tersebut, pasukan Inggris tak menemui satupun perlawanan dari pasukan Jerman. Hanya dua kompi medis dari Divisi Panzer-Lehr yang mereka lihat sedang melarikan diri. Tak adanya perlawanan itu menjadi salah satu alasan pasukan Inggris tak ingin berlama-lama di Villers-Bocage sehingga bisa cepat mencapai Caen.
Saat melintasi jalan raya negara menuju Caen itulah iring-iringan pasukan lapis baja Inggris mengagetkan Wittmann. Pikirannya langsung kalut. Sambil mengamati iring-iringan itu dari Hill 213, Wittman terus memikirkan langkah apa yang harus dilakukan mengingat bahaya bagi pasukan Jerman ada di depan mata. Dia sadar, melawan pasukan raksasa dengan menggunakan kekuatan yang ada hanya akan menyebabkan mati konyol. Namun, dia juga tak ingin hanya berdiam menunggu bantuan dan membiarkan pasukan Inggris tanpa perlawanan menuju Caen. Wittmann akhirnya mengambil keputusan.
“Saya harus mengatakan bahwa keputusan itu sangat, sangat sulit. Belum pernah saya begitu terkesan dengan kekuatan musuh seperti ketika saya meihat tank-tank yang lewat; tetapi saya tahu bahwa itu terjadi dan saya memutuskan untuk menyerang musuh,” ujarnya.
Baca juga: Tank Gaek Bertahan Hidup
Setelah lari menuju tank Tiger 1-nya, Wittmann yang duduk di kursi komandan langsung memerintahkan tank dilarikan ke jalan lapang. Dia sempat memerintahkan Untersturmfuhrer Herbert Stief, si loader, agar memberitahu tank-tank lain agar menyusul tank-nya. Namun karena tank itu mengalami masalah pada motor, Wittmann langsung berganti tank ke tank yang dikomandani Untersturmfuhrer Kurt Sowa dan mengambilalih komando.
Begitu mendekati kolom pasukan lapis baja Inggris, Tiger Wittmann langsung memuntahkan kanonnya. Dua tank di sisi kanon kolom pasukan Inggris jadi korban. Tiger Wittmann kemudian bermanuver ke belakang kolom pasukan Inggris dan memangsa satu ranpur paling belakang. Setelah berbelok ke kiri, Tiger Wittmann menyerang batalion pasukan pengangkut lapis baja yang berada di tengah kolom. Dari sana, Tiger melaju ke bagian belakang kolom dan melumpuhkan setiap tank yang datang ke arahnya.
Para personil infantri Inggris di truk langsung loncat ke semak-semak di samping jalan. Beberapa lainnya tewas bersama terbakarnya truk-truk mereka setelah dihantam kanon Tiger Wittmann. Sementara, para awak tank-tank Inggris yang bingung langsung membalas tembakan. Namun, tak satupun tembakan balasan itu mengenai Tiger Wittmann. “Karena Wittmann lebih cepat daripada mereka, lebih terampil dan akurat. Tembakan yang diarahkan dengan baik dari (tank) Cromwell, yang ditembakkan dari jarak yang sangat dekat, memantul dari pelindung depan Tiger,” tulis Wittmann. “Musuh dibuat bingung total. Saya kemudian melaju langsung ke kota Villers.”
Baca juga: Habibie, Menhankam dan Tank Korea
Dalam perjalanan menuruni jalan landai ke Villers-Bocage, dua tank Inggris dari Resimen London Yeomanry ke-4 dimangsanya di Rue Georges Clemenceau. Tank Cromwell yang dikomandani Kapten Dyas berhasil balik badan dan lari, begitu juga tank keempat. Tepat menjelang Hotel du Bras d'Or, Tiger kembali menghancurkan tank Sherman dari Artileri ke-5 Inggris. Di Jeanne d’Arc Square, Tiger bertemu dengan beberapa tank Inggris dan langsung melaju kembali menyusuri jalan utama, Rue Pasteur. Namun ketika melewati toko pakaian Huet-Godefroy, Tiger dihantam peluru yang ditembakkan oleh senjata anti-tank.
Meski tank-nya lumpuh, Wittmann selamat. Berbekal senjata yang ada, dia berjalan kaki menuju markas divisi Panzer-Lehr yang berjarak sekira 15 kilometer. Meski beberapakali harus menghindari tank musuh, dia akhirnya mencapai markas divisi dan segera melapor ke korpsnya.
“Belum pernah satu komandan tank menyerang pasukan superior semacam itu. Wittmann mencetak hit langsung dengan setiap tembakan dari Tiger-nya yang bergerak. Loader Sturmmann Boldt harus bekerja sangat keras; dia tidak pernah harus memuat begitu cepat. Pengemudi, SS-Unterscharfuhrer Walter Muller, dengan mahir memanuverkan Tiger melewati kolom Inggris. Operator radio adalah SS-Sturmmann Gunther Jonas. Semua masuk akal, Michael Wittmann terus mengawasi kolom lapis baja musuh, yang akhirnya tidak bisa dilihatnya. Tiger itu menembak lagi dan lagi,” tulis Agte. (Bersambung).
Tambahkan komentar
Belum ada komentar