Masuk Daftar
My Getplus

Ngopi Cantik, Cara Asyik Menikmati Museum

Dengan pendekatan yang kreatif, museum bukan lagi destinasi yang menjemukan.

Oleh: Fadrik Aziz Firdausi | 31 Okt 2016
Krisnina Akbar Tanjung, ketua Yayasan Warna Warni Indonesia, memberikan sambutan pada acara Ngopi Cantik di Museum Bahari, Jakarta, Minggu, 30 Oktober 2016. Foto: Nugroho Sejati/Historia

Mendekatkan museum kepada masyarakat luas memang tidak mudah. Apa lagi selama ini museum sering kali lekat dengan kesan menjemukan. Padahal museum adalah wahana memahami sejarah dan budaya masyarakat Nusantara di masa lalu. Pengelola museum perlu menerapkan pendekatan-pendekatan yang lebih segar untuk mempopulerkannya. Salah satunya dengan mengajak ngopi di museum.

“Saya ingin mengajak orang mencintai museum dengan cara yang fun, itu sebabnya acara ini tajuknya Ngopi Cantik. Kalau kami menggelar seminar orang pasti jenuh. Siapa yang mau datang kalau jenuh duluan?” terang Krisnina Akbar Tanjung kepada Historia usai acara Ngopi Cantik Di Museum Bahari, Minggu (30/10).

Museum Bahari terletak di Jalan Pasar Ikan No. 1 Penjaringan, Jakarta Utara. Bekas gudang penyimpanan rempah-rempah atau “gudang barang tepi barat kali” (westzijdsche pakhuizen) ini dibangun di belakang tembok Kota Batavia. Dahulunya, wilayah ini berupa rawa-rawa dan empang.

Advertising
Advertising

Museum Bahari terdiri dari beberapa bangunan dengan tahun pembuatan yanga berbeda-beda. Bangunan pertama dibuat pada 1652 dan terakhir dibangun tahun 1774. Pada masa pendudukan Jepang, bangunan ini tetap difungsikan sebagai gudang, begitu pula setelah masa kemerdekaan. Dari tahun 1962 sampai 1977, bangunan ini tetap sebagai gudang yang dikelola oleh Perumtel (Perusahaan Umum Telekomunikasi). Akhirnya, pada 7 Juli 1977 diserahkan ke pemerintah daerah DKI Jakarta untuk dijadikan sebagai Museum Bahari.

Museum Bahari satu-satunya museum di Indonesia yang menyajikan tema spesifik kebaharian. Para peserta dapat menikmati kurang lebih 1.670 koleksi dari berbagai aspek kebaharian yang dipamerkan, termasuk benda warisan alam dan warisan budaya. Koleksi-koleksi seperti perahu tradisional (asli dan model) yang terdapat di Nusantara antara lain perahu Bugis, pinisi, padekawang, miniatur perahu Alut Pasa dari Kalimantan dan kapal perang dari Maluku yang disebut kora-kora. Selain itu, terdapat pula koleksi terkait biota laut, arkeologi laut, perlengkapan nelayan, antropologi dan folklore nelayan, sejarah hubungan pelayaran Nusantara dan Belanda, wisata Bahari, matra TNI Angkatan Laut, lukisan para tokoh kebaharian, dan informasi penting lainnya tentang kemaritiman.

Acara Ngopi Cantik diselenggarakan oleh Yayasan Warna Warni Indonesia (WWI) yang diketuai Nina, sapaan Krisnina Akbar Tanjung. Mengundang rekan, kolega, dan yayasan mitra WWI, acara dibuka dengan tur Museum Bahari. Para peserta diajak berkeliling museum dengan dipandu petugas museum. Di sela-sela tur, banyak peserta yang sebagian besar perempuan, memanfaatkan arsitektur museum untuk berfoto.

“Harapan kami dengan kegiatan yang menyenangkan seperti ini bisa menularkan virus-virus cinta museum dan sejarah bangsa. Kami bagikan juga handout kepada peserta supaya kegiatan senang-senang itu juga tetap bernilai edukasi,” tutur Nina.

Usai berkeliling museum peserta disuguhi racikan kopi dan cokelat macadamia hasil produksi PT PTPN XII dan PT Riset Perkebunan Nusantara. Panitia dari WWI mengundang perwakilan kedua perusahaan agribisnis itu guna mempromosikan komoditas kopi lokal berkualitas.

“Dengan ini dua tujuan bisa dicapai. Bulan Oktober ini terjadi beberapa peristiwa sejarah penting dan sekaligus Hari Kopi Sedunia. Jadi kita belajar sejarah dan merayakan juga hari kopi. Pokoknya semua yang kita punya, mesti kita bangkitkan,” kata Nina.

Acara sore menjelang senja itu kian hangat dengan penampilan band akustik yang rancak. Puncak acara ditutup dengan menari bersama seluruh peserta. Nina selaku penggagas acara mengaku senang dengan kemeriahan acara sore itu.

Please come to museum dan mari kita sama-sama perhatikan museum. Saya berharap semakin banyak pembangunan budaya dan sejarah. Semua peninggalan ini harus terus dirawat,” pungkas Nina menutup pembicaraan sore itu.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Menjegal Multatuli Nobar Film Terlarang di Rangkasbitung Problematika Hak Veto PBB dan Kritik Bung Karno Ibu dan Kakek Jenifer Jill Tur di Kawasan Menteng Daripada Soeharto, Ramadhan Pilih Anak Roket Rusia-Amerika Menembus Bintang-Bintang Guyonan ala Bung Karno dan Menteri Achmadi Pieter Sambo Om Ferdy Sambo Percobaan Pembunuhan Leon Trotsky, Musuh Bebuyutan Stalin