Masuk Daftar
My Getplus

Petualangan Said Abdullah di Lombok

Dia pedagang penting yang pernah jadi orangnya raja Mataram. Dia lalu jadi musuh Mataram.

Oleh: Petrik Matanasi | 08 Okt 2024
Di masa pemerintahannya, Raja terakhir Mataram Lombok Anak Agung Anglurah Gede Ngurah Karangasem menghadapi Belanda dan petualangan Said Abdullah. (Tropenmuseum)

SEBERMULA dari berniaga, Said Abdullah bin Abdurachim Alkadrie Djelani berkembang menjadi saudagar. Ia kemudian punya jabatan penting sehingga pengaruhnya pun menjadi besar di Ampenan, Lombok pada awal abad ke-20.

Dengan kekuasaan yang dimilikinya itu, kans orang-orang Arab berniaga di sana kian terbuka. Pasalnya, sejak akhir abad ke-19 Ampenan –yang dulunya merupakan tempat orang-orang Sasak– merupakan tempat mengadu nasib banyak orang dari beragam suku-bangsa. Selain orang-orang Arab, di sana ada para pedagang Tionghoa, Armenia, Bugis, dan juga Ambon.

Baca juga: 

Advertising
Advertising

Melongok Harta Karun Lombok

Pada abad ke-19, Pelabuhan Ampenan maju pesat. Pasalnya, pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Lombok meredup lantaran kondisi udaranya tak baik sehingga menimbulkan malaria.

“Maka pelabuhan dipindahkan ke Ampenan. Labuhan Tereng hanya dipergunakan pada waktu musim angin barat. Sejak itu pelabuhan Ampenan menjadi ramai dan terpenting di antara pelabuhan lainnya. Pernah di sana berlabuh 18 kapal Eropah sekaligus di antaranya 9 (sembilan) kapal bertiang tiga. Tiga di antaranya kapal Perancis dan lainnya kapal Inggris tetapi semuanya memakai bendera Belanda. Kapal-kapal kerajaan Mataram pun memakai benderanya sendiri yang berwarna merah putih biru merah putih. pada abad ke-19 Selat Lombok menjadi lalu lintas perdagangan terbuka antara Australia, Singapura, dan Cina,” tulis Ditjen Kebudayaan dalam Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat.

Pada akhir abad ke-19, Lombok dikuasai bangsawan Bali bernama Anak Agung Gde Ngurah Karangasem. Raja Mataram ini berusaha memperkuat diri dan waspada akan ancaman pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Baca juga: 

Kembalinya Berlian Lombok dari Belanda

Dalam kondisi sosial-politik seperti itulah Said Abdullah berkiprah di Ampenan. Said sendiri datang ke sana sebagai perantau. Peranakan Arab itu lahir di Surabaya.

Laju keberhasilan Said terbilang cepat. Menurut I Gde Parimartha dalam Perdagangan dan politik di Nusa Tenggara, 1815-1915, sekitar tahun 1870-an dia sudah jadi syahbandar atas restu raja di Lombok. Naiknya Said membuat orang Arab makin banyak berdatangan. Said pun makin besar sebagai pedagang dan pejabat berpengaruh di Ampenan.

Said Abdullah punya kolega Arab yang punya istri orang Sasak. Kolega tersebut bernama Syach Abdet. Lewat relasi dengannya, hubungan Said dengan orang Sasak pun terjalin.

Said pada  1887 mulai menjadi agen dari perusahaan pelayaran swasta milik Inggris yang dikontrak Belanda di Ampenan, Nederlandsch Indische Stoomvaart Maatschappij (NISM). Salah satu pesaing terbesarnya adalah GJB Pattiwael yang keturunan Ambon dan pernah menjadi agen Koninklijk Packetvaart Maatschappij (KPM) di sana.

Pattiwael yang punya banyak rumah di sana kemudian bernasib malang. Koran Soerabaijasch Handelsblad tanggal 28 Juli 1887 memberitakan dia ditahan di keraton raja Mataram dan hartanya disita. Penahanan itu kemungkinan terkait dengan Said, yang tak disukai Belanda. Said, disebut koran Bataviaasch Hieuwsblad tanggal 26 September 1887, dianggap oleh orang Belanda sebagai masalah, sebab, konon dia ingin mengusir semua orang Belanda di sana.

Baca juga: 

Meminta Kembali Harta Karun Lombok Jarahan Belanda

Cukup lama Pattiwael ditahan. Pemerintah Hindia Belanda pun tak tinggal diam. Menurut Bataviaasch Hieuwsblad tanggal 2 Desember 1887, Pattiwael baru bebas setelah tentara kolonial Koninklijk Nederlandsch Indische Leger (KNIL) dikirim ke Ampenan.

Pattiwael lalu berusaha menuntut ganti rugi atas kehilangannya, baik waktu maupun harta. Maka kemelut di Lombok berkembang. Orang-orang Sasak di Praya di bawah Kepala Desa Praya Guru Bangkol pada 1891 memberontak pada raja Mataram. Alasannya, mereka tak diberi kebebasan pajak oleh raja Mataram.

Meski ada yang memintanya, pemerintah kolonial tak mau terlibat membantu orang Sasak. Sebaliknya, mereka malah menganggap Said Abdullah berada di belakang perlawanan orang Sasak itu.

Baca juga: 

Fotografer Bersaudara dalam Perang Lombok dan Aceh

Said lalu dapat hukuman raja. Daagsche Courant (22 Desember 1891)  dan Het Vaderland (22 Desember 1891) menyebut saudara, anak, dan istri Said dibunuh penguasa Mataram di depan matanya karena dicap berpaling dari raja.

Said tentu tak terima. Ia lalu berupaya menunjukkan dirinya bukanlah penghasut yang ingin membuat orang Lombok membenci orang Eropa.

“Ia memberi keterangan kepada Belanda karena kepentingan dagang, simpati kepada kelompok Sasak, dan ketidaksenangannya terhadap kerajaan,” tulis Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan penjajahan di Indonesia, ±1700-1900.

Said tentu tahu kekuatan militer Belanda. Jadi ketika dia memilih untuk melawan raja Mataram ketimbang melawan Belanda, diam-diam, menurut I Gde Parimartha, dia berhubungan dengan pejabat pemerintah kolonial Belanda. Said memberikan informasi penting yang melemahkan raja Mataram. Berkat informasi dari Said, raja Mataram Lombok kemudian bisa dilumpuhkan pemerintah kolonial.*

TAG

lombok knil

ARTIKEL TERKAIT

Komandan Belanda Tewas di Korea Salib Lombok dari Belanda Pun Dirampas Juga Kisah Perwira Luksemburg di Jawa Evolusi Angkatan Perang Indonesia Kisah Letnan Nicolaas Silanoe Jenderal "Jago Perang" Belanda Meregang Nyawa di Pulau Dewata Jenderal-Jenderal Belanda yang Kehilangan Nyawa di Aceh Orang Indonesia dalam Perang Korea Mayor Belanda Tewas di Parepare, Westerling Ngamuk KNIL Turunan Genghis Khan