Masuk Daftar
My Getplus

Juragan Besi Tua Asal Manado

Bekas tentara KNIL yang jadi pengusaha kopra dan besi tua ini sempat jadi bupati sebelum ikut gerilya bersama Permesta.

Oleh: Petrik Matanasi | 06 Nov 2023
Laurens Saerang berperan dalam banyak peristiwa politik penting di Sulawesi Utara sejak Indonesia baru merdeka (Ilustrasi: Yusuf "Gondrong"/Historia)

Tidak jauh dari Patung Schwarz di pusat Distrik Langowan, ada beberapa permakaman terkenal. Ada makam Kapitan Benjamin Thomas Sigar yang merupakan leluhur Prabowo Subianto di Desa Wolaang. Di permakaman lain di Desa Waliure, terdapat makam seorang terkenal bernama Laurens Fritz Saerang. Namanya mirip seorang penata rambut kenamaan yang salonnya tersebar di mana-mana, Peter F. Saerang.

Di nisan makam Laurens tercatat, dirinya meninggal di Jakarta pada 11 Desember 1990. Laurens tidak lahir di Langowan, melainkan di Muara Teweh, Kalimantan Timur pada 27 Maret 1920. Artinya, dia terlahir sebagai anak orang Minahasa perantauan.

Seperti Peter Saerang, Laurens Saerang juga pengusaha. Tentu saja di zaman yang berbeda. Sebelum jadi pengusaha, Laurens adalah tentara. Sebelum 1950, dia merupakan anggota tentara kolonial Koninklijk Nederlandsche Indische Leger (KNIL).

Advertising
Advertising

Jelang 3 Mei 1950, Laurens termasuk KNIL yang berontak melawan perwira-perwira Belanda dalam Peristiwa 3 Mei. Dia menjadi salah satu pemimpin penyerangan ke tangsi tentara KNIL di Manado. Setelah pemberontakan itu, Laurens masuk Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Dia ditempatkan di Batalyon 3 Mei, yang terbentuk karena pemberontakan itu. Pangkatnya kapten.

Tapi dia tidak lama di APRIS. Setelah 1950, perang yang sudah berakhir membuat bisnis di Indonesia mulai bergerak. Laurens pun terjun ke dunia bisnis.

“Ia sebelumnya dikenal sebagai konglomerat yang dijuluki ‘raja besi tua’. Pria ganteng asal Langowan ini, menjadi kaya-raya setelah sukses menjadi pedagang rongsokan peralatan Perang Dunia II di Pulau Morotai, Halmahera,” catat Phill Sulu dalam Permesta: Jejak-jejak Pengembaraan.

Sukses berbisnis besi tua, Laurens lalu merambahi komoditas terkenal Sulawesi Utara yang bernama kopra. De Nieuwsgier edisi 6 Agustus 1956 menyebut dia merupakan direktur NV Indora, sebuah perusahaan penyalur kopra.

Selain tajir, Laurens berwajah tampan. “Modal” itu berperan penting menjadikannya sukses menikahi artis Titin Sumarni pada 1957.

Sambil berbisnis, Laurens aktif dalam sosial-politik. Dia adalah pemimpin Front Pembangunan Minahasa. Bahkan Laurens pernah dijadikan Kepala Daerah Minahasa.

Lapangan politik dijadikannya sebagai saluran perjuangan untuk memajukan daerahnya. Kala itu ada kesenjangan antara pusat dan daerah. Sebuah pergolakan daerah, Permesta, akhirnya menyeretnya setelah tahun 1957. Laurens dekat dengan kelompok Permesta di Sulawesi Utara. Di dalam Permesta, Laurens adalah orang penting.

“Brigade Manguni di bawah pimpinan Laurens F. Saerang, mantan Kepala Daerah Minahasa (KDM),” tulis Phill Manuel Sulu dalam Permesta dalam Romantika, Kemelut & Misteri.

Setelah Laurens terlibat dalam Permesta, pemerintah pusat tidak mengakuinya sebagai bupati Minahasa. Laurens pun bergerilya bersama Permesta.

Ketika Laurens di sana, kelompok Pasukan Pembela Keadilan (PPK) bergabung dengan Permesta. Pemimpin PPK, Jan Timbuleng, adalah ipar Laurens juga. Di dalam Permesta, dia mendapat pangkat Letnan Kolonel.

Laurens bergerilya setidaknya hingga 1961. Pada 2 Maret 1961, menurut catatan Rosihan Anwar dalam Sukarno, Tentara, PKI, Letnan Kolonel Laurens Saerang dan 6.000 anggota Permesta yang berada di pasukan Manguni-nya menyerahkan diri ke Republik Indonesia bersama 1000-an pucuk senjata mereka.

“Pasukan ini menempuh jalur penyelesaian tersendiri, tanpa melewati jalur komando yang ada di dalam jajaran PRRI/Permesta saat itu. Hal ini disebabkan dampak keretakan yang telah terjadi di kalangan pucuk pimpinan Permesta sejak beberapa waktu belakangan. Dapat dimengerti bagaimana posisi Laurens Saerang ketika itu. Untuk berpihak pada Vence Sumual tentu ada ganjalan masalah perasaan sang adik. Maklum adik iparnya, Yan Timbuleng, waktu itu dikabarkan telah dieksekusi oleh pasukan Goan Sangkaeng yang taat pada Sumual. Begitu pun untuk berpihak pada pasukan Somba yang ada di kubu Kawilarang hampir tak masuk akal. Sejak lama sudah dipahami banyak pihak, tak ada sehelai benang keakraban yang tampak di antara mereka. Mungkin inilah kondisi matang yang mendorong Laurens Saerang menempuh jalan pintas. Ia mengambil keputusan sendiri, memelopori tindakan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, memenuhi himbauan KSAD Nasution,” tulis Manuel Sulu.

Penyerahan itu terjadi di Langowan. Brigadir Jenderal Ahmad Yani mewakili pemerintah pusat menerima penyerahan Laurens dan lainnya itu.

“Kembalinya Laurens Saerang ini merupakan awal yang memberikan harapan bagi penyelesaian masalah keamanan di Sulawesi Utara. Namun penanganannya tidak seperti yang diharapkan,” catat M. Saleh Kamah dalam Catatan Seorang Wartawan. Harapan itu jauh dari kenyataan karena tembak-menembak masih terus berlangsung.

Setelahnya, Laurens Saerang menjadi orang sipil biasa. Namun seperti kebanyakan tokoh Permesta yang lain, dia masih dihormati di Sulawesi Utara hingga kematiannya.

TAG

prri permesta sulawesi utara

ARTIKEL TERKAIT

Problematika Hak Veto PBB dan Kritik Bung Karno Guyonan ala Bung Karno dan Menteri Achmadi Percobaan Pembunuhan Leon Trotsky, Musuh Bebuyutan Stalin Serangkaian Harapan dari Mahkamah Rakyat Mahkamah Rakyat sebagai Gerakan Moral Mencari Keadilan Permina di Tangan Ibnu Sutowo Selintas Hubungan Iran dan Israel Eks Pemilih PKI Pilih Golkar Rencana Menghabisi Sukarno di Berastagi Kematian-kematian Sekitar Pemilu 1971