Masuk Daftar
My Getplus

Akhir Tragis Pembelot Korea Utara (II)

Ri Il-nam, keponakan dari simpanan Kim Jong-il, membelot ke Korea Selatan. Ia mengganti nama dan melakukan operasi plastik. Pembelotannya berujung pembunuhan.

Oleh: Amanda Rachmadita | 19 Mei 2024
Ri Il-nam alias Lee Han-young (kiri) mengungkapkan identitasnya sebagai desertir Korea Utara kepada wartawan sebuah media di Seoul, Korea Selatan pada tahun 1996. (shindonga.donga.com).

DIBESARKAN sebagai anggota keluarga Kim Jong-il membuat Ri Il-nam mendapatkan berbagai privilese yang tak dimiliki anak-anak seusianya di Korea Utara, salah satunya kesempatan menempuh pendidikan di luar negeri. Ia dan sepupunya, Kim Jong-nam, putra Kim Jong-il dengan bibinya seorang bintang film, Song Hye-rim, sekolah di Swiss. Masa-masa itu dikisahkan Ri Il-nam kepada Hwang Sok-yong, seorang penulis, aktivis, dan veteran Perang Vietnam yang ditahan di Pusat Penahanan Seoul pada 1994.

Kehidupan Ri Il-nam dan Kim Jong-nam di luar negeri tak jauh berbeda dengan di Korea Utara. Mereka terjebak di rumah sepanjang waktu, tak diizinkan bermain di luar atau berhubungan dekat dengan orang lain. Seorang asisten mengantar dan menjemput mereka ke dan dari sekolah. Guna mengusir rasa bosan, Kim Jong-nam bermain video game yang kemudian menjadi hobi barunya.

“Itu terjadi pada awal tahun 1980-an, dan Ri Il-nam yang lebih tua beberapa tahun dari Kim Jong-nam serta telah menjadi seorang pemuda, ingin mengunjungi Amerika. Dia tumbuh dengan menonton film-film Hollywood di kediamannya, peralatan video game-nya berasal dari Amerika Serikat, dan dia menyukai musik pop Amerika,” tulis Hwang Sok-yong dalam memoarnya, The Prisoner: A Memoir.

Advertising
Advertising

Baca juga: Akhir Tragis Pembelot Korea Utara (I)

Ri Il-nam mencoba mencari informasi untuk dapat pergi ke Negeri Paman Sam. Mula-mula ia bertanya kepada teman-teman di sekolah. Mereka mengatakan bahwa ia membutuhkan visa untuk pergi ke Amerika dan ia harus menghubungi Kedutaan Besar Korea. Namun, Ri Il-nam sama seperti teman-teman sekolahnya di Swiss, tidak tahu banyak tentang pembagian Korea Utara dan Selatan.

Tak patah arang, putra sulung saudara perempuan Song Hye-rim itu mencoba menghubungi Kedutaan Korea Selatan melalui telepon umum. Orang yang mengangkat telepon berhasil mengetahui siapa peneleponnya dan menawarkan Ri Il-nam bantuan untuk pergi ke Amerika Serikat. Ketika Ri Il-nam menelepon kembali beberapa hari kemudian, ia diperintahkan untuk tidak memberi tahu siapapun dan datang ke sebuah tempat di mana ia akan diberikan paspor. Arahan itu diikutinya dengan sungguh-sungguh, dan pada 1982 Ri Il-nam menghilang dari pengawasan saat berada di Swiss.

Menurut Bradley K. Martin dalam Under the Loving Care of the Fatherly Leader: North Korea and the Kim Dynasty, Ri Il-nam menjadi yang pertama membelot dari Korea Utara di antara keluarganya yang menghuni Kediaman No. 15. “Meskipun fakta tersebut luput dari perhatian publik, Il-nam membelot melalui Kedutaan Korea Selatan di sana dan pindah ke Korea Selatan,” tulis Martin.

Silsilah keluarga Kim Jong-il, di mana Kim Jong-nam (kiri bawah) merupakan putra Jong-il bersama aktris film Korea Utara Song Hye-rim, sementara Ri Il-nam (kanan bawah) merupakan anak dari saudara perempuan Hye-rim. (Repro Yonhap News TV).

Setelah menginjakan kaki di Negeri Ginseng, Ri Il-nam mengatakan bahwa orang-orang yang membawanya ke Korea Selatan tampak kecewa. “Mereka mengira aku adalah salah satu anak Kim Jong-il dan sangat senang ketika mengetahui bahwa ia secara sukarela menghubungi pihak Korea Selatan, tetapi ternyata yang mereka dapatkan hanyalah keponakan dari simpanan Kim Jong-il, yang berarti bukan siapa-siapa,” kata Ri Il-nam.

Sok-yong menulis bahwa selama tinggal di Korea Selatan, Ri Il-nam mengganti nama menjadi Lee Han-young atau Yi Han-yong, yang memiliki arti “aku akan hidup selamanya di Korea Selatan”. Ia juga melakukan operasi plastik. “Konon kabarnya, setiap kali ada kontak antara kedua pemerintah, pejabat Korea Utara akan bertanya apakah Korea Selatan memberinya perlindungan,” tulisnya.

Baca juga: Kisah Cinta Diktator Korea Utara

Ri Il-nam memulai hidup baru di Korea Selatan. Ia mendapatkan gelar sarjana drama dari Universitas Hanyang dan mendapat pekerjaan sebagai produser di salah satu perusahaan penyiaran. Ia juga membangun rumah tangga dengan seorang wanita dari Negeri Ginseng. “Ia mengendarai mobil Grandeur lengkap dengan telepon mobil, sementara istrinya mengendarai mobil SUV, dan mereka tinggal di sebuah apartemen besar seluas delapan puluh pyeong (sekitar 265 meter persegi) di kompleks termahal di Gangnam,” tulis Hwang Sok-yong yang dianugerahi Penghargaan Emile Guimet untuk Sastra Asia tahun 2018.

Meski telah hidup nyaman, Ri Il-nam tergiur keuntungan besar dan terjun ke dunia bisnis. Nahas, bisnisnya gagal dan ia dinyatakan bangkrut hingga harus menjalani hukuman penjara selama sepuluh bulan. Saat mendekam di balik jeruji besi itu, ia mengatakan kepada Hwang Sok-yong, bahwa ia ditipu oleh sekelompok orang yang mengajukan proyek pengembangan real estate. Ri Il-nam menginvestasikan semua uangnya untuk bisnis tersebut. Namun, bukan keuntungan yang diraih, ia justru kehilangan semua uangnya dan dilaporkan ke polisi karena dianggap melakukan penipuan.

Setelah menghirup udara bebas, Ri Il-nam mencoba membangun kembali hidupnya. Namun, ia tentu membutuhkan uang. “Menurut laporan, ia menjalankan sebuah toko cokelat di sebuah department store –Hwang Sok-yong menduga usaha ini merupakan bantuan dari luar. Ini merupakan bantuan yang luar biasa menurut standar orang Korea Selatan, tetapi baginya itu mungkin tidak cukup. Itulah sebabnya Ri Il-nam memilih untuk menjual kisah hidupnya dan hubungannya dengan Korea Utara ke media dan menerbitkan sebuah buku,” tulis Hwang Sok-yong.

Ri Il-nam alias Lee Han-yong (tengah) bicara kepada media mengenai identitasnya yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Song Hye-rim, bintang film Korea Utara yang menjalin cinta dengan Kim Jong-il. (Repro Yonhap News TV).

Sementara itu, Martin menyebut bahwa setelah tidak berbicara dengan ibunya selama bertahun-tahun, Ri Il-nam menghubungi Song Hye-rang yang berada di Moskow dan mendorongnya untuk membelot dan menerbitkan memoarnya. “Il-nam merekam percakapan teleponnya dengan keluarganya, mungkin berharap untuk menggunakan apa yang dia katakan kepada keluarganya dalam upayanya sendiri untuk mendapatkan uang dengan menunjukkan dirinya sekali lagi sebagai seseorang yang memiliki informasi baru dan berharga tentang Korea Utara,” sebut Martin.

Ibu Il-nam yang juga bibi Kim Jong-nam, kemudian membelot ke sebuah negara yang dirahasiakan. Meski sejumlah media memberitakan bahwa Song Hye-rim pergi bersama Song Hye-rang, pada kenyataannya ia tetap tinggal di Moskow hingga meninggal pada Mei 2002. Keponakannya menjelaskan bahwa mantan bintang film itu memilih tetap tinggal karena mempertimbangkan masa depan putranya, Kim Jong-nam.

Baca juga: Kisah Gatot, Orang Indonesia yang Terpaksa Hidup 50 Tahun di Korea Utara

Keputusan Ri Il-nam membuka jati diri dan menceritakan kisah hidupnya yang berkaitan erat dengan Kim Jong-il, putra pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Il-sung, ke publik menyedot perhatian banyak orang. Selama berminggu-minggu di tahun 1996, media membahas tentang Song Hye-rang dan Song Hye-rim serta kehidupan pribadi Kim Jong-il. Media juga memuat berita tentang operasi plastik dan perubahan nama Ri Il-nam, serta bagaimana ia membelot ke Korea Selatan. Pemberitaan yang tak henti dengan judul-judul menyeramkan, seperti “Keluarga Kerajaan Sungai Taedong,” pada akhirnya mengancam nyawa Ri Il-nam. Ia kemudian dibunuh oleh dua orang pembunuh bayaran di rumahnya di Bundang, pinggiran kota Seoul. Menurut Michael J. Seth dalam North Korea: A History, Ri Il-nam ditembak oleh agen Korea Utara pada 1997.

Seorang saksi mengatakan bahwa sebelum meninggal karena luka tembak di kepala dan dada, Ri Il-nam sempat mengacungkan dua jari dan berkata “mata-mata”. Ia mengalami koma dan dinyatakan meninggal beberapa hari kemudian.

Seperti halnya kisah hidup Ri Il-nam selama menjadi anggota keluarga Kim Jong-il, kasus kematiannya juga mencuri perhatian masyarakat Korea Selatan. Agency for National Security Planning (ANSP, sebelumnya Korean Central Intelligence Agency atau Badan Intelijen Pusat Korea) segera mengambil alih penyelidikan dan beberapa bulan kemudian, ANSP mengklaim telah menangkap mata-mata sepasang suami-istri. “Menurut pernyataan mereka, pembunuhan Il-nam dilakukan oleh mata-mata Korea Utara yang telah kembali ke negara asalnya,” tulis Hwang Sok-yong.*

TAG

korea utara

ARTIKEL TERKAIT

Menggugat Peristiwa 27 Juli sebagai Pelanggaran HAM Berat Hamzah Haz, Wakil Presiden Pilihan MPR Kasus Crossdressing yang Menghebohkan Eropa Raja Larantuka Melawan Belanda Gambir Berdarah dan Kudatuli sebagai Tonggak Awal Reformasi Leon Salim Bocah Pergerakan Nasional Pernyataan Tidak Anti-Republik hingga Penangkapan Amir Sjarifuddin Kelakar Gus Dur dan Benny Moerdani Tentang Israel DPA Bukan Dewan Pensiunan Agung Duo Trah Djiwandono Zaman Now