Masuk Daftar
My Getplus

Cut Nyak Dhien Berhijab?

Foto atau lukisan Cut Nyak Dhien yang bersanggul dianggap hasil skenario penjajah dan pemerintah sekuler.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 22 Des 2014
Foto: Facebook Seuramoe Mekkah.

Di internet dan media sosial beredar foto yang diklaim sebagai foto asli Cut Nyak Dhien (1850-1908). Di bawah foto tercantum keterangan: “Foto Asli Cut Nyak Din, lengkap dengan hijab dari Kerajaan Islam Aceh Darus Salam. Bedakan dengan gambar di buku sejarah sekolah!”

Sebuah akun facebook Seuramoe Mekkah menganggap lukisan Cut Nyak Dhien, dan pejuang perempuan Aceh lainnya seperti Cut Meutia dan Laksamana Malahayati yang digambarkan bersanggul, sebagai skenario penjajah dan pemerintahan sekuler.

Foto yang diklaim sebagai Cut Nyak Dhien berhijab tersebut jelas salah. Foto yang diambil tahun 1903 tersebut, sebagaimana dikoleksi KITLV Belanda, adalah foto istri Panglima Polim. Pada foto lain, berpose bersama adik dan ibu mertuanya (Potjoet Awan), istri Panglima Polim tidak berhijab. Lihat foto di bawah ini. Agar lebih yakin silakan cek sendiri ke digitalcollections.universiteitleiden.nl.

Advertising
Advertising

 

Baca juga: Cut Nyak Dhien yang tak mau berkompromi

Panglima Polim dan Muhammad Daud Syah, sultan kerajaan Aceh Darussalam, memimpin pertempuran melawan pasukan Belanda di bawah Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler pada perang Aceh pertama (1873-1874). Istri dan anak Sultan ditangkap Belanda pada 26 November 1902. Sedangkan Panglima Polim dengan istrinya ditangkap Belanda pada 6 September 1903. Sultan pun menyerah dan menandatangani perjanjian damai pada 10 Januari 1903.

Baca juga: Bagaimana Teuku Umar wafat

Cut Nyak Dhien sendiri melanjutkan perjuangan setelah suami keduanya, Teuku Umar, gugur. Suami pertamanya, Teungku Ibrahim Lam Nga, juga wafat ketika melawan Belanda.

Cut Nyak Dhien, yang telah tua, rabun, dan berpenyakit encok akhirnya ditangkap Belanda. Inilah foto Cut Nyak Dhien (duduk di tengah) yang diambil tahun 1905 setelah ditangkap. Foto koleksi KITLV.

Cut Nyak Dhien dibawa ke Kutaraja (sekarang Banda Aceh). Dia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh. Namun keberadaannya menambah semangat perlawanan rakyat Aceh. Dia juga masih berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap. Akibatnya, dia dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, dan meninggal pada 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.

TAG

Aceh

ARTIKEL TERKAIT

Pangeran Pakuningprang Dibuang Karena Narkoba Azab Pemburu Cut Meutia Jenderal Mata Satu “Berdarah” Bugis Jenderal-Jenderal Belanda yang Kehilangan Nyawa di Aceh Makam Dua Jenderal Belanda dan Putra Iskandar Muda Jenderal dari Cibitung Pejuang Tua dari Aceh dalam Perang Kemerdekaan Drama Raja Pedir Adu Hewan di Kesultanan Aceh Mula Belanda Duduki Banda Aceh