Masuk Daftar
My Getplus

Sang Pilot "Mengudara" untuk Selamanya

Amerika berduka kehilangan mantan presiden sekaligus pahlawan perang terakhirnya yang pernah nyaris tewas dalam Perang Pasifik.

Oleh: Randy Wirayudha | 03 Des 2018
George Herbert Walker Bush (kanan) saat diundang ke geladak Kapal Induk USS George H. W. Bush CVN-77 pada 2009 (Foto: US Navy)

NEGERI Paman Sam berduka. Jumat 30 November 2018 waktu setempat (Sabtu, 1 Desember WIB), Presiden ke-41 George Herbert Walker Bush tutup usia di umur 94 tahun. Bush Sr. meninggal setelah lama menderita parkinson yang memburuk pasca-meninggalnya sang istri, Barbara Bush, April 2018 lalu.

Bush Sr. merupakan presiden yang juga pahlawan Perang Dunia II (PD II) terakhir. Sebagai bentuk penghormatan kepadanya, pemerintah menggelar upacara pemakamannya secara khidmat diiringi sejumlah gun salutes dari meriam berbagai kapal perang Amerika Serikat (AS) selama 30 menit.

Ayah dari Presiden AS ke-43 George Walker Bush (Bush Jr.) itu terjun ke pentas politik lewat Partai Republik setelah mapan di dunia bisnis perminyakan di Texas Barat. Debutnya dimulai dari menjadi ketua Dewan Kota Harrys County tahun 1963. Bush lalu jadi anggota House of Representatives pada 1966, duta besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1971, ketua Kantor Penghubung untuk China pada 1974, direktur CIA (Badan Intelijen AS) pada 1976, dan terpilih menjadi wakil presiden ke-43 sebelum menjadi presiden (1989-1993).

Advertising
Advertising

Pesatnya laju karier politik Bush tak terlepas dari dua faktor. Pertama, Bush lahir dari keluarga pebisnis minyak. Kedua, statusnya sebagai pahlawan perang, kendati pengalamannya di kemiliteran dalam kurun 1942-1945. Dengan pangkat terakhir letnan penerbang, pria jangkung itu mengoleksi tiga keping medali penghargaan: Distinguished Flying Cross, Air Medal, dan Presidential Unit Citation.

Sepakterjang di Perang Pasifik

Lahir di Milton, Massachusetts pada 12 Juni 1924 dari pasangan Prescott Sheldon Bush dan Dorothy Walker, Bush tak pernah kesulitan mengenyam pendidikan lantaran ayahnya seorang bankir dan politisi. Begitu lulus dari sekolah di Phillips Academy, Andover, Bush mendaftarkan diri ke US Navy (AL AS) tepat di usia 18 tahun, enam bulan setelah AS menyatakan perang terhadap Jepang.

Naval Historical Center 6 April 2001 menyebutkan, Bush menjalani karantina pelatihan penerbang USNR (AL Cadangan) di Kapal Induk USS Sable (IX-81) yang berbasis di Pangkalan AL Corpus Christi, Texas selama 10 bulan.

Baca juga: Sepanjang sejarah Amerika punya enam presiden yang pernah mengabdi di Angkatan Laut

Setelah lulus pada September 1943, Bush menjadi penerbang AL termuda. Dia ditugaskan di Skadron Torpedo 51 di Kapal Induk USS San Jacinto (CVL-30) dan berposisi sebagai pilot pesawat pembom torpedo Grumman TBM Avengers.

Dari total 58 misi yang dijalani, Bush pernah hampir terserempet maut. Saat itu Bush menerbangkan Avengers-nya untuk misi pemboman ke sejumlah basis militer Jepang di Pulau Chichijima, pulau terpencil Kepulauan Bonin, 1 Agustus 1944.

James Bradley mengungkapkan dalam Flyboys: A True Story of Courage, Bush berangkat dalam misi sebagai salah satu dari sembilan kru di empat pesawat Avengers yang take-off dari USS San Jacinto. Keempat pesawat itu sempat terkena tembakan meriam-meriam anti-udara Jepang hingga jatuh.

Semua selamat kala mendarat darurat di perairan Chichijima dengan lokasi yang tersebar. Bush yang bertahan selama empat jam di perahu karet, lebih beruntung. Lokasinya lekas diketahui para kompatriotnya dan terus-menerus dikawal pesawat-pesawat AS dari udara demi mencegah penangkapan Jepang. Bush akhirnya diselamatkan para kru Kapal Selam USS Finback.

Saat diselamatkan, kondisi Bush mengenaskan. Kepalanya terluka dan sudah muntah-muntah. “Senang bisa berada di kapal (selam),” tutur Bush setelah diselamatkan, dikutip Bradley.

Namun, malang menimpa delapan rekan Bush yang hidup. Mereka ditangkap Jepang. Sampai investigasi Bradley diterbitkan dalam bentuk buku pada 2006, Bush tak pernah tahu bagaimana nasib kedelapan rekannya.

Ternyata, menurut penelusuran Bradley, kedelapan rekan Bush itu mengalami penyiksaan yang luar biasa. Kepala mereka lantas dipenggal dan sisa tubuhnya dimakan para tentara Jepang.

“Reaksinya (Bush) senyap, terdiam. Lebih banyak geleng-geleng kepala. Tidak ada reaksi jijik, syok atau ngeri. Dia seorang veteran dari generasi yang berbeda,” ujar Bradley setelah Bush tahu hasil investigasi insiden itu diungkap, dilansir Telegraph, 6 Februari 2017.

Setelah mengetahui nasib kedelapan temannya, Bush hanya bisa bersyukur. “Kenapa saya yang terselamatkan dan apa yang direncanakan Tuhan untuk saya?”

Bush mengunjungi lagi lokasi jatuhnya di Chichijima pada 2002. Dinukil Time, 15 September 2002, Bush ditemani Bradley, beberapa perwakilan pemerintah Jepang, dan Duta Besar AS untuk Jepang Howard Baker.

Baca juga: Kisah kapal perang Amerika yang karam di Selat Sunda

“Kru saya, Ted White dan John Delaney, tewas dan saya masih hidup. Sampai hari ini saya masih merasa bertanggungjawab atas kematian mereka meski saya sudah melakukan apa yang seharusnya saat pesawat kami terbakar. Kunjungan ini bukan hanya sangat personal tapi juga sangat emosional. Meski begitu, saya berharap kunjungan ini bisa melupakan masa lalu yang brutal,” kata Bush yang mengakhiri kunjungan dengan melempar dua buket bunga ke laut.

TAG

Amerika-Serikat Sejarah-Perang-Pasifik Obituari

ARTIKEL TERKAIT

Rahayu Effendi Pernah Susah di Awal Karier Tamatnya Armada Jepang di Filipina (Bagian II – Habis) Memori Manis Johan Neeskens Kisah Penemu Terkenal yang Menjadi Korban Rasisme Ketika Israel Menghantam Kapal Amerika Yang Dikenang tentang Sven-Göran Eriksson Hamzah Haz, Wakil Presiden Pilihan MPR Pukulan KO Berujung Kerusuhan di Hari Kemerdekaan Epilog Tragis Sang Pengusung Bendera Palestina di Olimpiade Salim Said Bicara Tentang Tiga Tokoh Pers