Masuk Daftar
My Getplus

Ayah Suzanna Gugur di Subang

Willem van Osch berperang melawan Jepang di Subang. Kematiannya membuat "Ratu Horor" Suzanna dan Charles kakaknya jadi anak yatim.

Oleh: Petrik Matanasi | 07 Sep 2023
Willem van Osch gugur di Subang. Meninggalkan Suzanna "Ratu Horor" yatim sejak dalam kandungan (Yusuf Awaluddin/Historia)

Hindia Belanda menjadi tempat yang diimpikan banyak pria Belanda untuk mengubah nasib. Di tanah subur nan kaya yang diperintah “kaki-tangan” ratu Belanda itu, kehidupan sejahtera jauh lebih mungkin diwujudkan ketimbang di negeri asal mereka, Belanda. Terlebih, warna kulit putih mereka memungkinkan mendapat keistimewaan-keistimewaan yang tidak didapatkan orang-orang kulit berwarna akibat sistem rasis yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda.

Faktor itulah yang mendorong Willem van Osch yang lahir pada 19 Juni 1910 rela bertaruh nyawa mengarungi samudera ribuan kilometer jauhnya demi bisa mencapai Hindia Belanda. Pria asal Rosmalen, Belanda ini kemudian menjalani kehidupan berbeda di tempat yang baru. Dia diterima menjadi tentara kolonial Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL). Pangkatnya sudah sersan mayor (serma) infanteri, dengan nomor stamboeknya 89068.

Di Hindia Belanda pula Willem menemukan jodoh dan berkeluarga. Koran De Locomotief tanggal 24 Januari 1936 memberitakan, Willem van Osch menikah di Magelang –kota tangsi bagi KNIL– pada 22 Januari 1936 dengan Johanna Bojoh. Johanna merupakan gadis berdarah Sunda dan Manado. Staatsblad van het Koningrijk der Nederlanden, 1974, no. 1-101, 01-01-1974 menyebut Johanna lahir di Kotaraja (kini Banda Aceh) pada 10 Desember 1915. Pasangan Willem-Johanna menganut agama Katolik Roma. Mereka dikaruniai anak laki-laki bernama Willem Charles van Osch sebelum tentara Jepang datang.

Advertising
Advertising

Baca juga: Romusa Jadi Serdadu KNIL

Ketika tentara Jepang masuk ke Jawa lewat Banten dan Teluk Eretan di Indramayu, Serma Willem ikut ditugaskan bersama pasukan KNIL mencegat tentara Jepang yang hendak menuju Bandung sebelum 5 Maret 1942 di daerah Subang. Setelah 5 Maret 1942, tentara Belanda memusatkan militernya di Bandung. Bahkan, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh telah mengungsi ke Bandung pula. Kemunduran ke Bandung itu terjadi lantaran KNIL dan sedikit pasukan Inggris dikalahkan pasukan Resimen ke-230 AD Jepang pimpinan Kolonel Toshishige Shoji di Lanud Kalijati (kini Lanud Suryadarma) lalu kota Subang.

“Di Kalijati, pertahanan berada di tangan Inggris di bawah Grup Kapten George Frederick Whitsondale dari RAF. Pertahanannya disesuaikan dengan serangan udara, bukan serangan darat, dan senjata terbesarnya ada pada dua baterai anti pesawat terbang. Selain itu, para penjaga di darat terdiri dari 350 pasukan Inggris dan awak darat RAF, dan sekitar 150 infanteri KNIL yang semua hanya bersenjatakan senapan dan senapan mesin,” tulis Bill Yenne dalam The Imperial Japanese Army: The Invicible Years 1941-1942.

Baca juga: Di Kalijati, Kekuasaan Belanda Diakhiri

Kendati sempat memberi perlawanan sengit di kota pada 2 Maret, usaha menghambat laju tentara Jepang di Subang itu harus “dibayar mahal” oleh KNIL-Sekutu. Selain dikalahkan karena tentara Jepang bersikeras menguasai Bandung sebagai  kunci yang hendak direbutnya, banyak tentara Belanda terbunuh. Sersan Mayor Willem van Osch juga terbunuh di front tersebut pada 5 Maret 1942. Menurut catatan OGS, Serma Willem van Osch tewas karena dieksekusi tentara Jepang di Subang. Jenazah Willem dimakamkan bersama para bintara KNIL lain yang sama-sama dieksekusi Jepang di Subang.

Tiga hari setelah Willem terbunuh, Belanda secara resmi menyerah kepada Tentara ke-16 AD Jepang di bawah pimpinan Letjen Hitoshi Imamura di tempat yang tidak begitu jauh dari tempat Willem terbunuh, yakni di Lanud Kalijati.

Ketika suaminya terbunuh, Johanna sedang mengandung. Johanna kemudian berada di Bogor. Pada 13 Oktober 1942, sekitar 7 bulan setelah kematian Serma Willem, Johanna melahirkan Suzzanna Martha Frederika van Osch. Ketika Suzanna lahir, orang-orang Indo-Belanda hidup amat sulit di bawah pendudukan Jepang.

Baca juga: Suzanna “Bangkit” dari Kubur

Jenazah Willem baru bisa dimakamkan dengan layak setelah 1945, tatkala Jepang kalah perang. Jenazahnya dimakamkan di Ancol dalam satu lubang bersama kawan-kawannya yang terbunuh di Subang.

Namun, Johanna dan anak-anaknya tetap mengalami masa sulit akibat perang yang berkepanjangan. Setelah Perang Dunia II selesai, perang antara Indonesia-Belanda yang dimulai pada pengujung 1945 harus mereka rasakan juga.

Keluarga Johanna baru bisa menempuh hidup baru yang lebih tenang setelah perang berhenti akhir 1949. Tahun terus berlalu tanpa Willem van Osch. Anak-anaknya bertambah dewasa. Suzanna, yang menjadi anak yatim sejak dalam kandungan, terus tumbuh dewasa dan akhirnya menjadi orang terkenal di dunia perfilman tanah air. Setelah melakukan debut dalam film Asmara Dara (1958), Suzanna akhirnya terkenal dengan julukan “Ratu Horor” di era 1970-an sampai 1980-an.*

TAG

perang pasifik perang dunia ii suzzanna

ARTIKEL TERKAIT

Membangkitkan Kembali Ratu Ilmu Hitam Suzzanna "Bangkit" dari Kubur Mengenal Sisworo Gautama Putra, Sutradara Pengabdi Setan Pasukan Kelima, Kombatan Batak dalam Pesindo Antiklimaks Belanda Usai Serbuan di Ibukota Republik Operasi Pelikaan Ditolak, Gagak Bertindak di Ibukota Republik Menjelang Blitzkrieg di Ibukota Republik Dari Penaklukkan Carstensz hingga Serangan VOC ke Kesultanan Gowa Setelah Inggris Menjadikan Bekasi Lautan Api Saat Pelantikan KSAD Diboikot