Masuk Daftar
My Getplus

Happy Birthday & Potong Kuenya

Oleh: Remy Sylado | 09 Jan 2018
Kakak-beradik, Patty & Mildred J. Hill, pencipta "Good morning to all" (1893), lagu asli dari "Happy Birthday to You" yang diperkenalkan Catherine Walker di Semarang pada 1954. Foto: cmuse.org.

SETIDAKNYA sampai dengan berakhirnya bulan September 1965, ketika tatanan budaya masyarakat Indonesia masih dibagi dalam tiga kelompok politik, masing-masing Nasionalis, Agama, Komunis –disingkat Nasakom– sesuai maunya Pemimpin Besar Revolusi –disingkat Pembesrev– Soekarno sang orator ulung, maka dalam mengucapkan "selamat hari ulang tahun" disertai nyanyian "Happy Birthday to You", arkian kita akan segera mengetahui dari latar apa –Nasionalis, Agama, Komunis– yang memberi selamat ulang tahun tersebut berdasarkan pilihan istilah yang dipakainya.

LKN, lembaga budayanya PNI, memakai istilah hut, singkatan dari kata-kata "hari ulang tahun".

LESBUMI, lembaga budayanya NU, memakai istilah harlah, singkatan dari kata-kata "hari lahir".

Advertising
Advertising

LEKRA, lembaga budayanya PKI, memakai istilah ultah, singkatan dari kata-kata "ulang tahun".

Sekarang, yang paling bertahan di antara istilah-istilah itu adalah hut. Mudah-mudahan ini tidak disimpulkan bahwa tulisan ini seakan-akan berpihak pada golongan banteng ketaton.

Adapun nyanyian "Happy Birthday to You" –yang lahir di Amerika dan menurut Guinness Book of Records, 1998, merupakan lagu paling populer di dunia yang sudah diterjemahkan ke sekurangnya 18 bahasa– berkumandang pertama kali di Indonesia, di Semarang lewat pertemuan Lions Clubs International, pada November 1954, dinyanyikan oleh Catherine Walker untuk Margareth Trench.

Yang namanya disebut terakhir di atas adalah perempuan Inggris yang berada di Semarang, mencari kubur suaminya yang tentara Australia, dikabarkan gugur dalam pertempuran di masa Perang Dunia II. Sedangkan Catherine Walker adalah perempuan Amerika asal Texas yang menjadi dosen dari perguruan tinggi teologi, didirikan oleh Prof. Dr. Buford Lee Nichols, juga orang Texas, yang terusir dari Cina oleh rezim komunis, lantas membeli tanah milik Oey Tiong Ham di bukit Simongan Semarang untuk perguruan tingginya itu. Di puncak bukit itu sudah ada sebuah gedung kokoh, dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai Dung Dhuwur, konon dulunya, pada zaman Belanda, merupakan gedung rahasia tempat mencetak uang palsu. Sebagai tempat rahasia, di sekeliling Dung Dhuwur itu dikepung oleh tanaman bambu berduri, bahasa Semarangnya pring ri, di mana banyak hidup ular hijau berbuntut merah yang sangat berbisa.

Prof. Nichols memilih mendirikan Perguruan Tinggi Teologinya itu di Semarang dengan nama Southern Baptist Theological Seminary, pada 1953, untuk mengenang sejarah masuknya kongregasi Baptist di Indonesia melalui Semarang pada zaman pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles awal abad ke-19. Pada waktu itu Raffles bersama beberapa orang tentaranya mampir di Semarang dalam perjalanan menuju ke Yogjakarta untuk menemui Sultan Hamengkubuwono II yang sedang berselisih dengan Notokusumo dan kemudian oleh Raffles diatur menjadi Paku Alam.

Ketika Raffles tiba di Semarang pada hari Ahad, kedua tentaranya –salah seorang di antaranya sangat terkenal karena menjadi nama jalan di Ngayogyakarta Hadiningrat, yaitu Marlborough, dilafalkan secara Jawa menjadi Malioboro– meminta kepada Gottlob Brückner pendeta Jerman yang menggembala di Koepel Kerk –atau disebut oleh orang Semarang sebagai Grejo Blenduk– untuk membaptiskan kedua tentara Inggris itu di dalam sungai sesuai dengan pandangan teologis golongan Baptist yang tercerabut dari dasar-dasar reformasi kaum Menonit. Maka kedua tentara Inggris itu yang diantar sendiri oleh Raffles, berjalan kaki ke sungai, turun di situ di bawah jembatan bernama Kreteg Mberok, dari kata Brug, bahasa Belanda berarti ‘jembatan’. Di situlah kedua tentara Inggris itu dibaptiskan dengan cara menyelamkan kepalanya ke dalam air.

Setelah Inggris harus mengembalikan Indonesia ke tangan Belanda, maka Brückner yang dianggap lancang membaptiskan orang Inggris tidak dengan cara Protestan, lantas ‘dipecat’ oleh lembaga misioner Belanda NZG, Nederlands Zendeling Genootschap yang mempekerjakannya di Semarang. Namun Br ckner memutuskan untuk tetap bekerja di Semarang. Ia memesan mesin percetakan dari Jerman, kemudian bekerja menerjemahkan Injil ke bahasa Jawa. Terjemahan bahasa Jawanya itu dikoreksi oleh pelukis Raden Saleh yang kebetulan masih tinggal di Belanda. Yang dikoreksi oleh Raden Saleh adalah kata mayit untuk menerjemahkan kata bahasa Belanda lichaam. Alasan Raden Saleh, kata bahasa Melayu mayat, tidak muradif dengan kata bahasa Jawa mayit kendatipun keduanya bermakna tubuh yang tidak bernyawa. Dalam bahasa Jawa, menurut Raden Saleh, mayit bisa berarti bangkai. Jadi teks bahasa Belanda untuk kata lichaam yang berkonotasi tubuh tak bernyawa tersebut tidak perlu disimpul menurut widya eksegesis filologis sebagai bagian teologi untuk "tubuh yang mati tapi akan hidup lagi". Adapun kata lichaam yang diartikan sebagai tubuh tak bernyawa itu diterjemahkn dari kalimat bahasa Belanda, "Toen beval Pilatus dat hem het lichaam gegeven zoude worden."

Bukan cuma terjemahan filologi itu saja yang dikerjakan oleh Brückner melalui percetakannya. Percetakan itu sendiri berada tidak jauh dari Grejo Blenduk. Sekarang jalan itu bernama Jl. Kepodang. Setelah Br ckner berpulang, percetakan itu dimanfaatkan oleh suratkabar De Locomotief, koran paling berpengaruh pada abad silam, disebut-sebut oleh sejumlah cerdik-pandai sebagai suara rakyat yang dekat dengan Van Deventer penggagas Politik Etis. Lantas, setelah Indonesia merdeka, pada 1954 di kantor percetakan ini dimanfaatkan oleh Chandra Nainggolan untuk menerbitkan suratkabarnya yang bernama Harian Tempo. Ketika semua suratkabar di awal pemerintahan Orde Baru harus berafiliasi pada partai tertentu, maka koran ini pun menjadi Suluh Marhaen edisi Jawa Tengah.

Kembali ke soal kebiasaan orang Indonesia sekarang menyanyikan selamat bagi seseorang yang berulang tahun dengan lagu “Happy Birthday to You”. Dulu, sebelum lagu ini dikenal, para kakek-nenek orang Indonesia yang berlatar pendidikan Belanda, biasa menyanyikan lagu "Lang zal ze leven". Lagu ini masih tetap dinyanyikan sampai hari ini, tapi sudah diganti kata-katanya. Kata-kata yang sekarang dikenal –yang biasanya dinyanyikan setelah menyanyikan "Happy Birthday to You"– adalah "Potong Kuenya". Lengkapnya: Potong kuenya/ Potong kuenya /Potong kuenya/ Sekarang juga/ Sekarang juga/ Sekarang juga. Aslinya kata-kata lagu ini adalah: Lang zal ze leven/ Lang zal ze leven/ Lang zal ze leven/ In de gloria/ In de gloria/ In de gloria. Kata ze dipakai untuk perempuan yang berulangtahun, dan kata hij dipakai untuk lakilaki yang berulang tahun.

Sementara lagu "Happy Birthday to You" yang diperkenalkan oleh Catherine Walker di Semarang pada 1954 itu aslinya adalah lagu karya kakak-beradik Patty & Mildred J. Hill berjudul "Good morning to all", dicipta pada 1893. Latarbelakang keduanya adalah, Patty bekerja sebagai guru TK merangkap kepalasekolah di Louisville, Kentucky, AS, sedangkan Mildred adalah pianis yang mengajar main piano. Selagi lagu ini masih bernama "Good morning to all" hakciptanya belum didaftarkan, tapi di saat kata-katanya menjadi "Happy Birthday to You", hakciptanya didaftarkan pada 1935, dan itu justru setelah kata-kata lagu ini sudah sangat populer dinyanyikan khalayak luas Amerika sejak 1912.

TAG

1001

ARTIKEL TERKAIT

Antara Bebek dan Kartu-Truf Gambar Tikus di Miras Manado Indonees Indonees bukan Indonesia Raya Tangan Dingin Eddie Van Halen di Balik Hit Michael Jackson Raden Saleh Meninggal Dunia Andi Azis, Tambora, dan Hutan Nasib Pelukis Kesayangan Sukarno Setelah 1965 Riwayat Jackson Record Pawang Hujan dalam Pernikahan Anak Presiden Soeharto Mata Hari di Jawa