Kecelakaan Kereta Gara-gara Kerbau
Kecelakaan kereta di Batavia terjadi dalam waktu berdekatan. Penyebabnya kerbau dan gerobak sapi.
KECELAKAAN kereta yang melukai puluhan orang dan menewaskan sedikitnya 14 orang terjadi di Batavia pada April 1914. Insiden nahas itu disebut sebagai kecelakaan kereta pertama dan terbesar yang pernah terjadi di Hindia, karena kecelakaan seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah koloni Belanda tersebut.
Surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad, 2 April 1914, melaporkan bahwa kecelakaan yang terjadi di Kali Mati dekat Ancol itu terjadi pada pukul 7 pagi. Kala itu kereta yang berangkat pada pukul 6.12 dari Meester Cornelis dan 6.34 dari Kemayoran akan melanjutkan perjalanan menuju Tanjung Priok. Nahas, di tengah perjalanan kereta anjlok karena penyebab sepele yang berujung pada kecelakaan mengerikan.
“Lebih dari 20 meter sebelum jembatan di atas Kali Mati, seekor kerbau yang sedang merumput di pinggir rel tiba-tiba menyeberang. Masinis tidak punya waktu untuk berhenti; ia mengerem sekuat tenaga, namun tidak berhasil dan kereta tergelincir, lalu menabrak jembatan dengan kecepatan sekitar 30 km. Karena jembatan ini bukan jembatan permanen, bagian depan jembatan amblas akibat benturan dan tenggelam ke dalam sungai,” tulis Bataviaasch Nieuwsblad.
Baca juga: Tragedi Kecelakaan Kereta di Bintaro
Kecelakaan itu menyebabkan gerbong pertama terjatuh, sementara gerbong kedua berhenti tepat di depan jembatan, dan gerbong ketiga tergelincir sepenuhnya hingga menghancurkan sebagian besar gerbong tersebut. Gerbong berikutnya juga tergelincir dan menabrak gerbong ketiga. Sisa kereta, yang terdiri dari sejumlah besar gerbong, tetap berada di atas rel.
Kecelakaan itu menarik perhatian orang-orang di sekitar lokasi kejadian dan bergegas melakukan pertolongan. Sebagian orang juga menyusuri rel menuju Stasiun Kemayoran untuk meminta bantuan. Dokter-dokter dari berbagai penjuru Batavia dikerahkan untuk memberikan pertolongan.
Terdengar rintihan para korban terluka yang digotong oleh puluhan orang. Para dokter dan perawat berlutut untuk membalut luka-luka para korban dengan peralatan medis yang terbatas. Di antara korban-korban terluka, sejumlah penumpang tewas dievakuasi. “Seorang wanita mengenali suaminya, jatuh di atas mayat pria itu dengan tangan terulur dan harus dibantu untuk berdiri. Para wanita dan anak-anak terisak dan menangis, para pria dan anak-anak laki berlarian untuk menyelamatkan diri,” tulis Bataviaasch Nieuwsblad.
Baca juga: Sejarah Kereta Malam di Indonesia
Banyak orang yang terluka masih terjebak di bawah gerbong kereta. Demi menyelamatkan para korban, gerbong itu harus diangkat. Namun, terbatasnya peralatan membuat upaya penyelamatan memakan waktu lama. Pada pukul sembilan, setelah upaya keras, rangkaian kereta berhasil diperbaiki dan siap berangkat membawa para korban luka. Di atas tandu, papan, selimut, orang-orang malang itu dibawa ke kereta yang sudah siap. Perlahan-lahan kereta mulai bergerak, membawa 32 orang yang terluka ke Stasiun Kemayoran. Sementara itu, korban tewas dibawa ke rumah sakit kota dengan tandu.
Pihak kepolisian juga telah tiba di lokasi kecelakaan untuk melakukan penyelidikan. Sejumlah orang dan penumpang selamat dimintai keterangan. Salah seorang saksi mengatakan ketika itu ia duduk di gerbong kelas dua, kira-kira di tengah-tengah kereta. Selama perjalanan, ia menyebut tidak ada hal yang mencurigakan atau berbeda dari kereta yang ditumpanginya. Namun, ketika rem diinjak tak lama kemudian, ia dan penumpang lainnya menyadari bahwa ada sesuatu yang terjadi.
“Saya melihat ke luar jendela dan hanya melihat gerbong kereta tergelincir ke samping, dan pada saat yang sama merasakan tiga guncangan keras, satu demi satu. Kepanikan yang nyata pun terjadi. Para penumpang bergegas menyelamatkan diri untuk keluar dari gerbong kereta; ketika terlihat ada penumpukan di sana, banyak orang mencari jalan keluar melalui jendela,” katanya.
Surat kabar De Preanger-bode, 2 April 1914, melaporkan bahwa 14 orang tewas akibat kecelakaan maut ini, sementara 50 orang lainnya mengalami luka-luka. “Kereta yang anjlok adalah kereta No. 255 yang meninggalkan Meester Cornelis pada pukul 6.12 pagi dan diperkirakan sampai di Priok pada pukul 6.51 pagi. Ini adalah kereta yang sangat berat, biasanya dengan 13 atau 14 gerbong kelas 3, dan 6 atau 7 gerbong kelas 1 dan 2. Kebanyakan orang yang bekerja di Priok dan kuli pelabuhan naik kereta ini. Gerbong yang anjlok adalah gerbong kelas 3, yang mengangkut kuli,” tulis surat kabar itu.
Hasil penyelidikan menyebut bahwa kerbau yang menyebabkan kecelakaan maut itu adalah salah satu dari 49 ekor kerbau yang sebelumnya lepas di sepanjang jalan utama menuju Priok. “Tiga ekor kerbau berhasil melarikan diri, dan salah satu dari tiga ekor tersebut berada di atas rel pagi ini dengan akibat yang sangat fatal,” tulis Bataviaasch Nieuwsblad.
Baca juga: Serba-Serbi Penjaga Persilangan Kereta Api
Beberapa hari kemudian kecelakaan kereta kembali terjadi di Batavia. Dalam laporannya, Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 16 April 1914, menulis bahwa lokasi kejadian terletak di antara Kemayoran dan Ancol, sekitar 500 meter dari stasiun yang disebut terakhir. Kereta yang anjlok adalah kereta yang berangkat pada pukul 05.00 dari Kemayoran. Satu setengah kilometer melewati Kali Mati, lokomotif menabrak gerobak dan seekor sapi. Gerobak masuk ke bawah roda dan terseret, sedangkan sapi melarikan diri dalam keadaan terluka ke dalam semak-semak.
Seorang masinis tewas akibat kecelakaan ini, sementara petugas lainnya dan seorang penumpang mengalami luka-luka; yang pertama cukup parah dan yang lainnya tidak terlalu parah. “Rendahnya jumlah korban kecelakaan kali ini semata-mata disebabkan oleh fakta bahwa kecelakaan besar yang terjadi pada tanggal 2 April lalu menyebabkan para penumpang tidak berani duduk di gerbong pertama kereta api, sehingga dua gerbong yang anjlok benar-benar kosong. Jika gerbong-gerbong tersebut berisi penumpang, kecelakaan ini juga akan menelan banyak korban jiwa,” tulis Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië.
Seperti halnya kecelakaan kereta sebelumnya, sejumlah orang berbondong-bondong memenuhi lokasi kejadian untuk melihat proses evakuasi dan mencari tahu penyebab kecelakaan. Para penonton berdatangan dengan mobil, sepeda maupun sado. Sejumlah polisi dikerahkan untuk berjaga di jalur kereta untuk mencegah kerumunan massa di tengah proses evakuasi.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar