David Maarschalk dan Perusahaan Kereta Api Negara
Pemimpin pertama perusahaan kereta api negara di Hindia Belanda. Ia berperan besar dalam pembangunan jalur kereta api di Pulau Jawa.
Matahari belum lama terbit namun aktivitas di Stasiun Bogor telah sibuk oleh penumpang yang hilir mudik menunggu Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line menuju Depok, Jakarta, hingga Bekasi. Kereta api kini tak terpisahkan dari aktivitas masyarakat khususnya di perkotaan. Moda transportasi ini menjadi andalan untuk bekerja, sekolah, hingga jalan-jalan.
Perkembangan kereta api di Indonesia berlangsung sejak zaman kolonial Belanda. Kereta api muncul untuk mengatasi sejumlah persoalan, salah satunya distribusi hasil perkebunan yang menjadi andalan perekonomian pemerintah kolonial.
Pembicaraan mengenai pembangunan jalur kereta api pertama kali muncul tahun 1840-an. Insinyur militer Kolonel J.H.R Van der Wijk yang pertama kali mengusulkan pembangunan jalur kereta api di Pulau Jawa.
Menurut Ibnu Murti Hariyadi dalam Selayang Pandang: Sejarah Perkeretaapian Indonesia 1867–2014, Van der Wijk mengusulkan kepada pemerintah Belanda agar di Pulau Jawa antara Surabaya–Surakarta–Yogyakarta–Bandung–Batavia (Jakarta) dibangun jalur kereta api untuk kepentingan militer. Usulan ini juga diutarakan oleh pengusaha W. Poolman. Bersama beberapa pengusaha, ia mengajukan proposal konsesi kereta api kepada pemerintah dengan rute Semarang–Peterongan–Gubug–Purwodadi–Surakarta–Yogyakarta.
Baca juga: Mengenang Kereta Api Zaman Kolonial
Terpilihnya Duymaer van Twist sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1851–1857) membuka lebar peluang pembangunan jalur kereta api. Pada tahun pertama kepemimpinannya, Duymaer van Twist langsung diminta oleh golongan Liberal di Parlemen Belanda untuk mempertimbangkan konsesi kereta api kepada swasta. Merespons hal tersebut, Kerajaan Belanda mengeluarkan keputusan yang memberikan kemudahan kepada pengusaha untuk mengelola kereta api di Jawa pada 31 Oktober 1852.
Keputusan itu tak hanya mendorong pembangunan jalur kereta api, tetapi juga memicu berdirinya badan-badan usaha perkeretaapian, termasuk perusahaan kereta api milik negara. Tokoh yang berperan besar dalam sejarah perkeretaapian di Hindia Belanda adalah David Maarschalk.
David Maarschalk lahir di Den Haag pada 13 April 1829. Ia mengambil jurusan zeni di Akademi Militer Breda tahun 1843. Ia menyelesaikan pendidikan militernya pada 1847 dengan pangkat Letnan Dua. Setelah setahun dinas militer di Belanda, pada Oktober 1848 ia ditugaskan ke Hindia Belanda. Selama berdinas di Hindia Belanda, karier militernya menanjak hingga menjadi Mayor. “Pada usia yang masih 25 tahun David Maarschalk mendapat penghargaan militer selama berkarier di Hindia Belanda,” tulis Ibnu Murti.
Baca juga: Menyusuri Jejak Trem
Setelah pensiun dari militer, Maarschalk menjadi anggota komite Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) di Semarang. Komite ini bertugas melancarkan pembangunan jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden, yang tahap awal jalur Semarang–Tanggung selesai dibangun tahun 1867. Selanjutnya NISM memberikan kepercayaan penuh kepada Maarschalk dalam pembangunan jalur kereta api Jakarta–Bogor.
Kehadiran badan usaha perkeretaapian milik swasta mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk membangun perusahaan perkeretaapian negara. Tokoh yang ditunjuk memimpin dan membangun perusahaan milik negara tersebut adalah David Maarschalk.
Dalam surat kabar De Locomotief, 1 Desember 1917 disebutkan bahwa Maarschalk dianggap sebagai sosok yang tepat untuk memimpin perusahaan kereta api negara karena ia satu-satunya teknisi terkenal yang ikut serta dalam pembangunan rel kereta api pertama di Jawa. Selain itu, Maarschalk yang jenius juga dikenal pekerja keras dan memiliki disiplin tinggi. Latar belakangnya sebagai perwira zeni membuat pemerintah kolonial yakin Maarschalk merupakan orang yang tepat untuk mengemban tugas tersebut.
Baca juga: Sepenggal Perjalanan Sejarah Trem di Surabaya
Di tengah rencana mendirikan perusahaan kereta api negara, pemerintah Belanda di Den Haag berdiskusi dengan Maarschalk terkait bagaimana bentuk perusahaan negara yang akan mengurus perkeretaapian di Hindia Belanda. Maarschalk membuat semacam studi kelayakan yang mencakup rencana kerja dan langkah-langkah yang perlu ditempuh. Selain itu, ia juga menyiapkan rancangan formasi personel dan persyaratan serta berbagai kriteria lain yang diperlukan dalam mendirikan sebuah perusahaan negara kereta api.
Pada 1875, Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengangkat Maarschalk sebagai Insinyur Kepala (hoofd-ingenieur) Staatsspoorwegen di Jawa. “Kelak ketika di Hindia Belanda nama jabatan tersebut diubah menjadi Inspektur Jenderal walau tugasnya tetap sama yaitu memimpin Staatsspoorwegen yang baru diresmikan,” tulis Ibnu Murti.
Guna mempersiapkan pembangunan jalur kereta api di Hindia Belanda, Maarschalk mengunjungi pabrik-pabrik di Inggris, Belanda, dan Jerman. Ia juga menandatangani semua kontrak pembelian perlengkapan perkeretaapian. Mengutip Kereta Api Indonesia yang disusun oleh Departemen Penerangan Indonesia, pada 1875 Maarschalk memesan 12 lokomotif dari firma Fox Walker & Co. di Bristol, Inggris, dengan rincian 7 untuk lintas datar dengan roda koppel 4 dan 2, serta 5 untuk lintas pengunungan dengan roda koppel 6.
Baca juga: Strategi Kooperasi Serikat Buruh Kereta Api
Maarschalk juga memesan 80 gerbong terbuka dan 30 gerbong tertutup, 6 gerobak ternak, dan 2 gerobak koppel untuk angkutan kayu yang panjang. Selain itu, ia juga memesan 15 kereta campuran kelas 1 dan 2, 45 kereta untuk kelas 3, dan 10 kereta bagasi untuk mengangkut penumpang.
Maarschalk merekrut personel inti di Belanda dan mempersiapkan keberangkatan mereka ke Hindia Belanda. Di bawah kendali Maarschalk segala persiapan untuk membangun jalur kereta api milik negara yang pertama di Jawa terus dilakukan hingga pada akhir 1875 berbagai persiapan teknis seperti Detailed Engineering Design (DED) untuk membangun jalan rel sudah selesai. Dimulailah pembangunan jalur kereta api di Jawa yang meliputi jalan rel, jembatan, viaduk, stasiun, serta berbagai sarana dan prasarana lainnya.
Tak butuh waktu lama, pada 1878 sudah terbentang jalur kereta yang menghubungkan Surabaya dengan Pasuruan sepanjang 63 kilometer. Jalur kereta itu diresmikan oleh Gubernur Jenderal Van Landsberge. “Peresmian tersebut menjadi awal dari dinas kereta api negara mengoperasikan keretanya,” tulis Ibnu Murti.
Baca juga: Pemogokan Buruh Kereta Api di Bulan Puasa
Pembangunan jalur kereta api lain telah menunggu untuk dikerjakan oleh Maarschalk dan timnya, di antaranya jalur Surabaya–Solo dan Buitenzorg (Bogor)–Bandung. Mengutip De Locomotief, Maarschalk melakukan studi lapangan selama satu bulan, mengadakan diskusi dengan penduduk dan kepala pemerintahan, mengumpulkan statistik, serta memberikan instruksi kepada insinyur terkait rancangan yang tengah disusun. Rancangan itu berisi perkiraan biaya pembangunan jalur kereta, rencana kerja, dan berbagai data terkait persiapan lainnya.
Menurut Ibnu Murti, kinerja Maarschalk menjadi contoh nyata bagi para penerusnya bagaimana seharusnya merancang, melaksanakan, dan memimpin proyek pembangunan jalan kereta api. Hasil positif dari pembangunan jalur kereta Surabaya–Pasuruan membuat pemerintah Belanda mempercayai Maarschalk untuk pembangunan jalur kereta lanjutan. Ia kemudian dipanggil ke Eropa untuk membantu mempersiapkan peralatan kereta api yang akan dikirim ke Hindia Belanda.
Maarschalk juga mengusulkan agar dibentuk sebuah biro teknis yang bertugas merumuskan berbagai spesifikasi teknis yang harus dipenuhi pemasok perlengkapan perkeretaapian yang akan digunakan di Hindia Belanda. Usulan itu dikabulkan oleh menteri koloni yang kemudian membentuk sebuah biro teknis. Hasil pekerjaan biro teknis ini salah satunya dokumen spesifikasi lokomotif yang akan digunakan di Hindia Belanda.
Baca juga: Serba-Serbi Penjaga Persilangan Kereta Api
Sebelum Maarschalk kembali ke Belanda pada akhir 1880, sejumlah proyek pembangunan jalur kereta telah berhasil diwujudukan, di antaranya jalur Surabaya–Pasuruan–Malang yang dibuka pada 1879 dan jalur Sidoarjo–Mojokerto yang dioperasikan pada 1880. Ia juga turut ambil bagian dalam pembangunan jalur kereta Bogor–Bandung.
Kondisi kesehatan yang kian menurun membuat Maarschalk diberhentikan dengan hormat dari Staatsspoorwegen pada 1880. Posisinya sebagai Inspektur Jenderal digantikan oleh H.G. Derx. Maarschalk tutup usia pada 13 April 1886. Kala itu, ia tengah melakukan perhitungan dan rencana pengambilalihan jalur kereta api NISM oleh Staatsspoorwegen. Untuk mengenang jasanya, dibuat patung dada Maarschalk dan diletakkan di Stasiun Bogor pada masa kolonial.
Besarnya peran perkeretaapian dalam perkembangan bangsa Indonesia mendorong Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menyusun panduan arsip perkeretaapian dari tahun 1868 hingga 2011. Informasi yang termuat di dalamnya meliputi kebijakan, infrastruktur, jenis angkutan, kecelakaan, sabotase, dan organisasi pekerja perkeretaapian. Arsip yang termuat di dalamnya terdiri dari beragam jenis, yakni arsip tekstual, foto, rekaman suara, film/video, pamflet, poster, kartografi, dan kearsitekturan. Arsip perkeretaapian di Indonesia 1862–2011 ini nantinya dapat diakses melalui ruang baca arsip.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar