Selama di Bussum, Tan Malaka pindah sekali, dari keluarga Koopmans ke keluarga Drescher. Keluarga Drescher ini digambarkannya sangat memperhatikan theosofi. Disitu, Tan pun bersiap untuk ujian akta kepala di sekolah guru Haarlem.
“Aku pun harus belajar sungguh-sungguh. Namaku sudah terdaftar untuk Haarlem,” tulisnya kepada van Wijngaarden pada 6 Juni 1919.
Namun ada ujian itu ia gagal. Ia mengulanginya kembali untuk kedua kali dan tetap gagal. Akhirnya muncul keinginan untuk bergiat di politik. Ia pun semakin mendekat pada pemikiran-pemikiran komunis. Pada tahun 1919 itu, Tan sudah sering mengikuti pembicaraan politik kiri di Amsterdam. Ia sudah turut dalam kelompok diskusi yang dihadiri Sneevliet dan wartawan kiri Wiessing.
Pada bulan Juni itu pula, Tan menerima tawaran untuk membuat sistem pendidikan di daerah Deli. Ia tidak sendiri, namun bersama mantan siswa Tan Malaka dalam bahasa Melayu yang bernama de Way. Jika Tan menerima tawaran pekerjaan ini, tulis Harry A. Poeze dalam Tan Malaka: Pergulatan Menuju Republik 1897-1925, maka ia akan mendapat gaji bulanan, uang perjalanan, rumah yang lengkap dengan listrik dan air.
Tan berpikir keras hingga empat bulan lamanya. Ia mempertimbangkan, diterima atau tidak. Pada akhirnya, Tan Malaka menerima tawaran di Deli ini. 8 November 1919, Tan Malaka naik kapal J.P Coen menuju Hindia Belanda. Ia pun akan bertemu dengan orang Indonesia yang diperas paling keras: kuli kontrak.

Terjemahan:
Bussum, 6/6-1919
Dick yang terbaik,
Minggu y.l kuterima buku-buku pelajaran, dan beberapa hari y.l suratmu. Kujlihat bahwa hidupmu sebagai buaya sudah mulai menjadi pudar. Aku pun harus belajar sungguh-sungguh. Namaku sudah terdaftar untuk Haarlem. Sudah tentu kerbau kita juga duduk di dalamnya. Arei de Waard kukira juga akan menempuh ujian tahun ini.
Untung aku masih dapat mengambil segala sesuatu dari ketiga buku itu yang mungkin akan kuperlukan. Kuucapkan banyak terima kasih atas kebaikanmu.
Semoga kau sukses.
Yours Ibrahim.