Yuri Gagarin dan Para Kosmonot Pahlawan Indonesia
Selain Yuri Gagarin, Presiden Sukarno juga memberikan Bintang Mahaputra Adiprana kepada kosmonot perempuan pertama.
TAHUN ini genap tujuh dasawarsa pemerintah RI dan Rusia menjalin hubungan diplomatik. Sebagai pengikat agar hubungan kian erat, sebuah patung manusia pertama di angkasa, Yuri Gagarin, resmi dipasang di Taman Mataram, Jakarta pada Rabu (10/3/2021).
Patung perunggu setinggi 282 cm dan berbobot 500 kg itu merupakan karya seniman Rusia Alexei Dmitrievitch Leonov. Peresmiannya dilakukan lewat penandatanganan prasasti di Balai Kota DKI Jakarta pada Rabu (10/3/2021) oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI Mahendra Siregar, Duta Besar Rusia untuk RI Lyudmila Vorobieva, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
“Gubernur DKI sampaikan: ‘kehadiran patung Yuri Gagarin memaknai keeratan warga Jakarta dengan Rusia, khususnya dalam mendukung sejarah 70 tahun hubungan kedua negara serta menciptakan ruang terbuka hijau yang sejuk dan nyaman bagi publik Jakarta. Sementara Deputi Walikota Moskow, Sergey Cheremin, mengapresiasi interaksi yang kuat dalam kerjasama kebudayaan antara Jakarta dan Moskow meski di tengah pandemi,” bunyi pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri RI di laman resminya, Kamis (11/3/2021).
Baca juga: Patung Bung Karno Berdiri di Aljazair
Jakarta jadi kota kesekian di seantero dunia yang memasang patung Yuri Gagarin karya Leonov. Sebelumnya, patung dengan bentuk yang sama juga berdiri gagah antara lain di Washington DC dan Houston, Amerika Serikat (Museum Smithsonian); London (Admiralty Arch), Inggris; Serbia; Norwegia; China; El Salvador; Venezuela; Kuba; Jerman; Italia; Prancis; dan India.
Patung Yuri Gagarin dijadikan simbol yang menguatkan hubungan bilateral Rusia dengan negara-negara tempat patung berada. Khusus Indonesia, Presiden Sukarno kala melawat ke Moskow pada Juni 1961 angkat topi atas pencapaian Gagarin sebagai kosmonot pertama yang mencapai antariksa dengan wahana Vostok 1. Selain menyebut Gagarin sebagai pahlawan bangsa Indonesia, Presiden Sukarno menghadiahkannya Bintang Mahaputera Adipradana.
Kosmonot Soviet di Hati Rakyat Indonesia
Kendati Gagarin belum pernah menginjakkan kakinya di Indonesia, toh namanya di populer di Indonesia, terutama pasca-penganugerahan Bintang Mahaputra Adiprana oleh Sukarno. Dalam sekejap, nama Yuri Gagarin dan satelit Sputnik begitu populer di publik tanah air setelah tiga kosmonot lain berturut-turut berkunjung ke Indonesia.
Gherman Titov merupakan kosmonot pertama yang berkunjung ke Indonesia, pada 1962. Titov adalah kosmonot yang mencapai orbit bumi setelah Gagarin, tepatnya pada Agustus 1961, dengan pesawat ulang-alik Vostok 2. Tak hanya ke Jakarta, Titov juga mengunjungi Surabaya dan Yogyakarta.
“Di Yogyakarta, saya sempat bertanya pada pelajar setempat, Salim Djadaf, untuk bertanya alasan orang-orang mau berbondong-bondon menyambut Titov. Djadaf mengatakan, ‘Saya tak bisa mewakili semua orang tapi bagi saya, dia (Titov) tak sekadar pahlawan namun juga sebuah perwakilan akan heroisme dari kemajuan yang negeri Anda (Soviet) sudah lakukan, di mana negara lain masih berusaha mencapainya’,” tulis wartawan Soviet Pavel Barashev dalam laporannya yang dimuat majalah USSR edisi Juli 1962.
Baca juga: Makna Patung Bung Karno di Aljazair
Andriyan Nikolayev, manusia ketiga yang mencapai antariksa, mengikuti berkunjung ke Jakarta pada Januari 1963. Pada November di tahun yang sama, Nikolayev datang untuk yang kedua kali bersama kosmonot Valery Bykovsky. Nikolayev sekaligus membawa serta istrinya, Valentina Tereshkova, yang merupakan kosmonot perempuan pertama yang terbang ke luar angkasa pada Juni 1963.
Kedatangan mereka tentu jadi obyek pengawasan intelijen Amerika, CIA. Pasalnya, serangkaian kedatangan para kosmonot Soviet itu sekaligus jadi kepanjangan tangan Kremlin atas dukungannya kepada Indonesia yang tengah memperjuangkan Irian Barat dan konfrontasi dengan Malaysia.
Soviet berdiri di belakang Presiden Sukarno yang diwujudkan lewat sejumlah kerjasama militer, seperti pengadaan beragam jet tempur MiG dan helikopter aneka jenis sertan kapal penjelajah Ordzhonikidze (dibeli Indonesia tahun 1962 dan namanya diganti jadi KRI Irian). Dalam dokumen “Daily Report: Foreign Radio Broadcast” tertanggal 5 Desember 1963 disebutkan, pemerintah RI sampai menghelat parade untuk menyambut Nikolayev, Tereshkova, dan Bykovsky di Stadion Senayan.
Dalam pidatonya sambutannya, Sukarno ingin menjadikan ketiganya sebagai contoh akan kemajuan teknologi yang mesti dicapai, terutama terkait teknologi nuklir demi kesejahteraan rakyat. Sukarno, lanjut laporan itu, meminta generasi muda Indonesia mencontoh ketiga kosmonot Soviet itu yang berani mengambil risiko untuk terbang ke luar angkasa untuk mencapai ilmu pengetahuan itu.
“Presiden Sukarno menekankan bahwa jika ingin menjadi negara yang besar, Indonesia harus ambil bagian dalam revolusi antariksa dan nuklir demi menjawab penderitaan rakyat. Bahwa pencapaian terbesar bangsa Indonesia bukanlah lewat kuatnya angkatan bersenjata, melainkan melalui ilmu pengetahuan demi kesejahteraan di masa depan,” tulis laporan itu.
Baca juga: Penjelajahan Antariksa dari JFK hingga Trump
Adapun Nikolayev dalam sambutannya menyampaikan dukungan kuat bagi rakyat Indonesia dalam konfrontasi dengan Malaysia dan Belanda terkait Irian Barat.
“Valentina Tereshkova mengatakan bahwa penghargaan Indonesia kepada mereka juga menjadi penghargaan bagi para ilmuwan dan pilot Soviet. Kosmonot perempuan itu berbicara tentang sejumlah eksperimen antariksa, pelatihan para kosmonot, hingga uji nuklir terbatas yang disebutkan, merupakan satu langkah maju bagi perdamaian. Dia mengharapkan penerbangan ke antariksa tak hanya akan dimonopoli Soviet dan Amerika, namun juga negara lain, termasuk Indonesia,” kata Nikolayev, dikutip laporan tersebut.
Pertemuan Sukarno dan para kosmonot itu di Jakarta diakhiri dengan bertukar cenderamata. Nikolayev dan Bykovsky menghadiahkan sejumlah buku kepada Sukarno. Sementara, Tereshkova dihadiahi medali Bintang Mahaputra Adipradana sebagaimana Yuri Gagarin. Sebelum pulang ke Moskow, ketiganya merampungkan agenda kunjungan ke beberapa kota lain, di antaranya Palembang, Bandung, Solo, Surabaya, dan Bali.
Perjalanan para kosmonot di Indonesia itu juga diceritakan Indonesianis asal Rusia, Profesor Alexey Drugov, yang pernah tinggal di Indonesia dan ikut rombongan ketiga kosmonot itu, kepada Direktur Eksekutif Russia-Indonesia Business Council Mikhail Kouritsyn. Drugov memuatnya dalam blognya pada 11 April 2011. Menurut Drugov, perjalanan mereka unik. Yang paling diingatnya antara lain perangai dingin pada kosmonot dan satu permintaan aneh Nikolayev yang penasaran dengan kebun binatang.
“Di Bandung, penyanyi lokal menembangkan versi Sunda dari lagu ternama Rusia, ‘Ochi Chornyye’ (terj. Mata Hitam)’. Saya terkejut dengan absennya sambutan hangat dari para kosmonot walau bagi saya penyanyi itu luar biasa. Mereka seperti sekadar ingin menjalankan tugasnya dengan antusias, tetapi tanpa sedikit pun memancarkan mata yang berbinar-binar. Saya pernah bertemu mereka lagi dalam situasi-situasi berbeda dan perilaku mereka tak berubah sedikit pun,” tulis Drugov.
Baca juga: Yuri Gagarin Pahlawan Indonesia
Sebelum beristirahat dengan pelesiran ke Bali, Drugov juga ikut rombongan Nikolayev cs. saat bertemu KSAU Marsekal Omar Dhani dan para pilot AURI ke Surabaya. Di kota pahlawan ini, Drugov turut mengatur sebuah kunjungan di luar agenda resmi.
“Di lain hari Nikolayev mendatangi saya dan bertanya, apakah saya bisa mengatur kunjungan ke kebun binatang di Surabaya, karena dia seorang pecinta binatang. Saya melaporkan permintaan itu ke Dubes Nikolay Mikhailov dan dia segera mengontak koleganya dari Indonesia dan kunjungan ke kebun binatang pun akhirnya diatur dalam waktu sekejap. Lucunya, Bykovsky tak suka dengan rupa hewan komodo, namun secara keseluruhan, mereka terkesan,” tandas Drugov.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar