Penjelajahan Antariksa dari JFK hingga Trump
Mewarisi ambisi JFK mendaratkan manusia di bulan 50 tahun lalu, Donald Trump terobsesi memasang bendera di Mars.
Tinggalkanlah bulan. Tataplah planet Mars sebagai tujuan berikutnya dalam penjelajahan angkasa! Setidaknya begitu inti pesan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada NASA (Badan Antariksa AS). Ia ingin bendera AS jadi yang pertama tertancap di permukaan Mars sebagaimana bendera yang sama pernah terpasang di permukaan bulan pada 1969.
Tepat hari ini, 20 Juli, lima dasawarsa lewat, misi Apollo 11 mendarat di bulan. Dua astronotnya, Neil Alden Armstrong dan Edwin Eugene ‘Buzz’ Aldrin Jr., jadi manusia pertama menjejakkan kaki di bulan sehari setelahnya dan melakukan eksplorasi selama enam jam 39 menit.
“Bagi Amerika tiada yang mustahil. Tepat 50 tahun lalu di bulan ini, dunia menyaksikan astronot-astronot Apollo 11 menancapkan bendera Amerika di permukaan bulan. Gene (Kranz, direktur Program Apollo), saya ingin Anda tahu bahwa suatu hari nanti kita harus menancapkan bendera di Mars,” seru Trump dalam pidato peringatan kemerdekaannya di Lincoln Memorial, Washington DC, 4 Juli, dikutip space.com.
Baca juga: Tiket Satu Arah ke Mars
Kepala NASA Jim Bridenstine menyanggupi ambisi Trump itu. Pun begitu, dunia mesti bersabar. Ambisi mengeksplorasi “Planet Merah” itu tak bisa diwujudkan dalam waktu dekat. Dengan Misi Artemis, mengutip situs yang sama, 16 Juli 2019, ia juga memperkirakan NASA butuh dana sedikitnya 20 miliar dolar AS.
“Presiden bilang kita harus mencapai Mars. Kita harus menancapkan bendera Amerika di Mars, itu misinya. Saya pikir itu tak lepas dari pencapaian hebat yang menginspirasi generasi baru, seperti Apollo yang telah menginspirasi generasi kami. Soal waktu, saya rasa misinya akan bisa diwujudkan pada 2033,” terang Bridenstine.
Perang Dingin di Antariksa
Misi Apollo 11 yang membawa astronot Neil Armstrong, Aldrin Jr., dan Michael Collins merupakan klimaks dari program Project Apollo (1961-1972). Apollo jadi program ketiga NASA setelah dua misi luar angkasa Program Mercury (1958-1963) dan Project Gemini (1961-1966).
Program-program itu tak lepas dari imbas Perang Dingin AS-Uni Soviet. Jika di bumi mereka saling berlomba soal senjata, di antariksa mereka berlomba mengirim manusia ke luar angkasa. Di masa kepresidenan JF Kennedy, AS tertampar reputasinya setelah dunia melihat Uni Soviet jadi yang pertama mengirim manusia ke luar angkasa (kosmonot Yuri Gagarin) lewat lewat Misi Vostok 1 pada 12 April 1961.
JFK merespon pencapaian Negeri Tirai Besi dengan ambisi yang lebih dahsyat. John Logdson, pendiri Institut Kebijakan Antariksa di George Washington University, dalam bukunya John F. Kennedy and the Race to the Moon mengungkapkan JFK segera membicarakan mimpinya itu ke hadapan publik dan Kongres AS pada 25 Mei 1961.
Baca juga: Katie dan Margaret yang Berjasa dalam Riset Antariksa
Baca juga: Laika, Anjing yang Dikirim ke Antariksa
Dalam pidatonya, JFK mendorong persetujuan kongres agar tak mau kalah dari Uni Soviet, di mana misi yang lebih hebat dalam sains harus tertuju ke bulan. “Misinya harus mendarat di bulan pada akhir dekade ini dan membawa mereka (kru) kembali ke bumi dengan selamat,” kata JFK dikutip Logsdon.
Di sisi lain, muncul pula pemikiran JFK untuk melancarkan misi bersama ke bulan dengan Uni Soviet, yang proposalnya dilayangkannya pada 31 Oktober 1961. Pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev mulanya ingin menyetujui, namun akhirnya menolak.
Mengutip pernyataan putra sang pemimpin, Sergey Khrushchev, Logsdon menyatakan, kerjasama itu dikhawatirkan malah membuka banyak rahasia persenjataan Uni Soviet. “Kami saat itu punya sejumlah misil (Intercontinental Ballistic Missile/ICBM, red) R-16. Jika kerjasama itu terjadi, Amerika bisa mempelajari kekuatan dan kelemahan kami, juga sumber daya dan perekonomian kami,” tutur Sergey Khrushchev.
Baca juga: Satelit Mata-mata Terbesar
Meski ditolak, justru JFK kian ‘ngotot’ membuktikan diri. Pada pidatonya di Rice University, 12 September 1962, JFK memberi alasan kenapa misi antariksa kebanggaan AS harus bisa mencapai bulan. Profesor Sejarah Rice University Douglas Brinkley dalam American Moonshot: John F. Kennedy and the Great Space Race, “menangkap” pidato JFK bahwa bulan jadi semacam trofi tertinggi dalam Perang Dingin.
“Kenapa Bulan jadi target kita? Kita memilih pergi ke bulan dekade ini bukan karena misinya mudah tapi karena misinya sulit. Karena tujuannya akan jadi ukuran dan sampai di mana energi dan kemampuan kita, karena tantangan ini bisa kita jalani dan bisa kita menangkan,” demikian penggalan pidato JFK, dikutip Brinkley.
Baca juga: Kisah Bintang Mahaputra untuk Yuri Gagarin
Setelah lampu hijau Kongres menyala, dana besar pun digelontorkan. Catatan The Planetary Society yang dilansir CBS News, 16 Juli 2019, misi Apollo 11 yang menggunakan roket Saturn V dan pesawat ulang-alik Apollo CSM-107 “Eagle” menelan dana sekira USD25 miliar (kini setara USD100 miliar) untuk desain, tes, dan peluncurannya.
Proyek itu resmi berangkat dari Launch Operations Center (kini Kennedy Space Center) NASA di Florida pada 16 Juli 1969 pukul 13.32 waktu setempat. Pesawat Eagle lantas tiba di permukaan bulan pada 20 Juli 1969 pukul 20.17 waktu Florida.
Baca juga: Musik Gamelan di Luar Angkasa
Pun begitu, Armstrong dkk. baru memulai persiapan operasi di permukaan menjelang tengah malam. Pintu Eagle tercatat dibuka pada pukul 02.39 dini hari dan 12 menit kemudian, keluarlah Armstrong dari pesawat dan jadi yang pertama memijak permukaan bulan, disusul Aldrin. “Satu langkah kecil dari seorang manusia, satu lompatan besar bagi umat manusia,” ujar Armstrong dalam potongan rekaman suara yang ditangkap NASA lewat arsipnya, “Apollo 11 Lunar Surface Journal: One Small Step” di situs resmi NASA.
Ironisnya, salah satu pencapaian sains tertinggi umat manusia itu tak bisa disaksikan JFK. Sang presiden lebih dulu terenggut nyawanya pada 22 November 1963 di Dallas, Texas.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar