Van Kleef, Polisi Nakal yang Ikut DI/TII
Bekas polisi bermasalah di era kolonial. Setelah masuk Islam dan DI/TII, kematiannya dianggap syahid.
Dulu pendiri Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) eksis karena menentang kehadiran tentara Belanda di Jawa Barat. Namun seiring berjalannya waktu, DI/TII malah menerima orang-orang Belanda dengan masa lalu terkait dengan pendudukan tentara Belanda di Jawa.
Salah satu yang diterima DI/TII adalah Kapten Schmidt atau Inspektur Polisi van Kleef. Bekas Inspektur Van Kleef bukan orang baru di Indonesia. Sebab, dia lahir di Hindia Belanda. Koran De Tijd edisi 19 Januari 1954 menyebut Van Kleef lahir di Malang, 15 April 1915. Ayahnya seorang Indo-Belgia dan ibunya seorang Indo-Jerman.
Baca juga: Zaman Gorombolan (DI/TII)
Ketika kecil, Van Kleef bersekolah di Sekolah Dasar untuk anak Eropa Europe Lager School (ELS) di Salatiga. Masa remajanya dia masuk SMP kolonial Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Semarang. Tahun 1933 dia tamat, lalu melanjutkan ke sekolah pelatihan di Bandung. Sembilan bulan di Kweekschool (sekolah guru) Bandung, ia kemudian pindah ke Apotheker School untuk menjadi asisten apoteker. Pada 1935, Van Kleef masuk ke Koninklijk Marine (KM) alias Angkatan Laut Kerajaan di Surabaya namun kembali lagi ke sekolah farmasi meski tak dapat ijazah.
Langkah penting dalam hidupnya terjadi pada 1937. Dia masuk Sekolah Polisi di Sukabumi. Dia dilatih sebagai calon Agen Kepala Polisi, setara sersan atau mayor polisi di masa Orde Baru. Setelah bertugas di Surabaya, dia kembali lagi ke Sukabumi. Dua tahun dia menjalani pelatihan lagi di sana. Sekeluarnya dari Sekolah Polisi itu pada 1941, dia menjadi Inspektur Polisi. Surabaya menjadi tempat tugasnya.
Namun belum lama ia bertugas, Hindia Belanda diduduki Jepang. Van Kleef pun memasuki masa sulit, dia dikurung tentara Jepang di Kamp Ngawi lalu dipindahkan ke Cicalengka. Van Kleef baru dibebaskan tentara Inggris pada 1945. Setelahnya dia dilatih kemiliteran dan diaktifkan kembali jadi polisi dengan pangkat Letnan yang setara Inspektur kelas satu.
Baca juga: Masa Bersiap dan Ironi Belanda
Di masa Perang Kemerdekaan Indonesia, Van Kleef ditempatkan di Jatibaru, Jakarta. Setelah dipenjara sebentar lantaran dituduh mencuri mobil, dia dipindahkan ke daerah Senen. Di daerah ini, Van Kleef dikenal brutal. Julukan “De Tijger van Senen” alias “Harimau Senen” melekat padanya.
Dari Senen Van Kleef dipindahkan ke Bekasi. Seperti Senen, daerah Bekasi juga tidak aman bagi otoritas Belanda. Dalam Agresi Militer Belanda I, pertengahan 1947, Van Kleef dijadikan komandan Veldpolitie (Polisi Lapangan), yang bersenjata seperti tentara KNIL, di daerah Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur.
Baca juga: Polisi Khusus Bentukan Daendels
Ketika di Jawa Timur ini, Van Kleef merampas perhiasan dari Haji Asaat, yang dekat dengan penguasa NICA Charles van der Plas. Penjara kembali menjadi “rumah” Inspektur van Kleef. Setelah bebas, dia dipindahkan kembali ke Jakarta, sebagai komandan polisi untuk daerah Lapangan Terbang Cililitan (kini Halim Perdanakusumah). Dia disebut-sebut sempat bertugas di Yogyakarta sebentar sebelum kembali ke Cililitan lagi. Pada 1948 dia ditangkap otoritas Belanda dan kemudian diberhentikan tidak dengan hormat dari Kepolisian Belanda di Indonesia.
Menurut Java-bode edisi 19 Juni 1956, setelah tentara Belanda mulai angkat kaki dari Indonesia pada 1950, Van Kleef terlibat dengan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang mengacau kota Bandung pada 23 Januari 1950.
Baca juga: CIA Ungkap Peristiwa APRA Westerling
“Dengan perantaraan seorang agen NEFIS (Polisi Rahasia Belanda di Indonesia), maka pada tanggal 12 Desember 1949 dia turut dalam gerakan APRA,” tulis Amak Sjariffudin dalam Kisah Kartosuwirjo dan Menjerahnya.
Begitu APRA digulung, bekas Inspektur Van Kleef mengamankan diri di sebuah rumah di Jalan Lembang, Bandung. Pada 1951, Van Kleef direkrut DI/TII. Dia menjadi pengepul informasi dan menggunakan beberapa alias seperti Smith, Sobar, dan Salman. Ada juga yang menyebut dia masuk Islam.
Baca juga: Persekutuan Aneh di Barat Jawa
Dari dua pemberontakan yang melawan RI itu, DI/TII memberinya tempat beraktualisasi sebagai orang yang sejak awal anti-Republik Indonesia. Disebut-sebut oleh sejarawan Al Chaedar, Van Kleef si polisi nakal ini pada 1964 mati “syahid”
Tambahkan komentar
Belum ada komentar