Tottenham Hotspur Tak Pernah Lelah Bertempur
Lahir dari sekumpulan anak sekolah, Tottenham Hotspur jadi kuda hitam persepakbolaan negeri Ratu Elizabeth.
MENDEKATI hari-H final Champions League, Minggu (2/6/2019) dini hari, Mauricio Pochettino kian dinaungi kegalauan. Pembesut Tottenham Hotspur itu tentu ingin menurunkan pasukan dengan komposisi terbaiknya untuk meladeni Liverpool. Namun apa daya, sudah dua bulan-an Spurs tampil tanpa kapten sekaligus mesin gol Harry Kane akibat cedera engkel.
Kendati Kane sudah dua kali nongol di kamp latihan akhir pekan lalu, kekhawatiran tetap masih terpancar di wajah Pochettino.
“Jumat dan Sabtu pekan lalu dia sudah mulai bergabung ke latihan tim. Situasinya sangat positif baginya. (Tapi) saya tak bisa bilang bahwa dia akan 100 persen bugar, atau jika dia akan bisa bermain dari menit awal atau tampil dari bangku cadangan atau mungkin tak masuk susunan pemain. Namun kami menyambut positif progres kepulihannya,” sebut Pochettino, dikutip Daily Star, Rabu (29/5/2019).
Skenario terburuk jika Kane gagal tampil, Pochettino terpaksa memaksimalkan sisa skuad mudanya macam Dele Alli, Son Heung-min atau Lucas Moura. Sudah kepalang tanggung buat Spurs jika bersikap nothing to lose. Maklum, seumur-umur Spurs hanya punya koleksi tiga gelar Eropa kelas medioker: satu trofi Winners Cup (1962-63) dan dua UEFA Cup yang kini jadi Europa League (1971-72 dan 1983-84).
Baca juga: Europa League Tempo Doeloe
Raihan trofi “Si Kuping Besar” jelas bakal jadi penyempurna kejutan “The Lilywhites” (julukan Spurs) musim ini. Namun yang terpenting, itu bakal jadi momen pertama klub berkomposisi pemain muda itu mencicipinya.
Dilahirkan Sekumpulan Bocah Sekolah
Kini, anak-anak muda dari London utara itu sedang menatap sejarah baru. Tinggal Liverpool yang menghalangi mereka nanti di Estadio Wanda Metropolitano, Madrid, tempat laga final bakal digelar.
Terlepas dari bagaimana hasilnya nanti, anak-anak muda itu harus bangga ditakdirkan sebagai pencipta sejarah. Mereka bak sebelas pemuda yang mendirikan klub tempat mereka kini merumput. Sebagaimana disingkap dalam A Romance of Football: The History of the Tottenham Hotspur F.C., penggagas lahirnya Spurs merupakan sebelas siswa Mr. Cameron’s School (kini Scotch Prebysterian Academy) yang sebelumnya merupakan anggota Hotspur Cricket Club.
Baca juga: Stadion Metropolitano dan Warisan Masa Lalu
“Para pendirinya adalah J. Anderson, T. Anderson, E. Beaven, R. Buckle, H.D. Casey, L. R. Casey, F. Dexter, S. Leaman, J.H. Thompson Jr, P. Thompson dan E. Wall. Dengan mandiri mereka membeli sendiri bola dan tiang gawang kayunya. Lapangannya dipinjamkan Kapten Delane yang punya hubungan kerabat dari salah satu Thompson bersaudara di Park Lane,” sebut buklet yang dirilis bersama oleh The Tottenham dan Edmonton Weekly Herald pada Februari 1921.
Seiring waktu, tambahan pemain Hotspur FC berdatangan dari sekolah lain dan pada Desember 1882 anggota mereka sudah mencapai 18 pemain. Tujuh anggota barunya dibebankan biaya masuk untuk menambah kas klub. Hingga 1921, jersey yang acap mereka pakai berwarna biru gelap. Adapun logo klub baru sekadar lambang huruf “H”. John Rispsher, guru mata pelajaran Alkitab di All Hallows Curch, yang lantas dijadikan presiden pertama klub, menata klub menjadi terorganisir.
Laga kandang pertama mereka, 6 Oktober 1883, melawan klub amatir lain, Brownlow Rovers. Hotspur menang telak 9-0. Namun, sumber lain, A People’s History of Tottenham Hotspur karya Martin Cloake dan Alan Fisher, menyebutkan debut Spurs terjadi pada 30 September 1882 kontra tim lokal Radicals. Spurs keok 0-2. Sementara, kompetisi resmi pertama yang diikuti Spurs baru terjadi pada 1892, yakni kompetisi amatir Southern Alliance.
Setelah menjadi profesional dan diakui FA (otoritas tertinggi sepakbola Inggris) pada 20 Desember 1895, Spurs diikutsertakan ke divisi satu Southern League musim 1896. Dua tahun berselang klub ini naik kelas dengan dinaungi perusahaan yang lebih profesional. Namanya pun diganti menjadi Tottenham Hotspur and Athletic Company dengan dibesut pelatih pertamanya Frank Brettell. Nama Spurs mulai dikenal luas setelah menjuarai FA Cup 1901 mengalahkan Sheffield United 3-1 di final.
Jersey Spurs berubah menjadi putih pada 1898 yang jadi warna kebanggaan sampai kini. Hingga 1921, logo klub masih berupa huruf “H” berwarna merah. Logo itu berubah sekaligus mengusung moto Audere est Facere (Berani dalam Bertindak) setelah Spurs untuk kedua kalinya memenangkan FA Cup, 1921.
“Ayam jantan muncul sebagai logo di jersey setelah 1921. Inspirasinya diambil dari kekaguman Sir Henry Percy, bangsawan yang dijuluki Hotspur, pada taji ayam jantan, meski logo ayam jantan ini sudah dipakai klub sejak 1901,” tulis Leonard Jägerskiöld Nilsson dalam World Football Club Crests: The Design, Meaning and Symbolism of World Football’s Most Famous Club Badges.
Pada 1956, logo Spurs diubah lagi dengan tambahan lambang perisai Sir Henry Percy plus sisipan ayam jantan. Namun pada 1983 hiasan perisainya dihilangkan lagi. Pada 2006 logo Spurs dikembalikan seperti awal, ayam jantan yang berdiri gagah di atas sebutir bola tapi tanpa dibubuhi motto klub.
Selain logo, kandang Spurs pun mengalami evolusi. Setelah tak lagi menempati Park Lane yang disewa sejak awal berdiri, pada 1888 Spurs pindah ke Northumberland Park. Setahun berselang, Spurs hijrah lagi ke White Hart Lane, dan menetap sampai sekarang. Laga pertama Spurs di kandang baru mereka dihelat 4 September 1899 kontra Notts County.
Di markas-markas itulah nama Spurs terus diukir hingga akhirnya jadi klub kuda hitam sepakbola Inggris. Spurs bahkan menjadi pemasok utama striker timnas Inggris era 1980-an hingga 1990-an. Glenn Hoddle, Clive Allen, Gary Lineker, dan Chris Waddle merupakan striker Spurs yang jadi andalan lini depan Inggris.
Hampir semua turnamen pernah dimenangi Spurs. Hingga kini, lemari gelar Spurs sudah terisi masing-masing dua titel Second Division dan First Division, delapan FA Cup, empat League Cup, tujuh Charity Shield, satu Winners Cup, dan dua UEFA Cup. Jika menang kontra Liverpool besok, lemari itu akan kedatangan penghuni baru: trofi “kuping besar” Champions League.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar