Roland Garros Pahlawan di Udara Mendarat di Arena Tenis
Roland Garros kondang diasosiasikan dengan tenis level dunia. Padahal nama turnamennya diambil dari pilot legendaris Perang Dunia.
TURNAMEN French Open atau yang beken disebut Roland-Garros jadi satu dari empat grand slam alias pentas tenis elit dunia selain Australian Open, US Open, dan Wimbledon. Kini, turnamen edisi ke-123 sudah di depan mata dan menjelang gelarannya pada 20 Mei-9 Juni 2024, sejumlah petenis kaliber dunia yang akan bertarung sudah mulai memastikan partisipasinya.
Mengutip laman resmi penyelenggara turnamen, Selasa (16/4/2024), kompetisi yang dihelat di Stade Roland Garros di Paris, Prancis itu bakal diikuti 174 petenis putri dan 102 petenis putra yang akan bertarung di kategori tunggal putra, tunggal putri, ganda putri, ganda putra, dan ganda campuran. Termasuk di antaranya juara bertahan di dua kategori paling bergengsi, Novak Djokovic (tunggal putra) dan Iga Światek (tunggal putri).
Roland-Garros tahun ini juga bakal ditunggu publik tenis dunia lantaran legenda hidup Rafael Nadal juga bakal comeback di satu-satunya grand slam dengan lapangan tanah liat itu. Nadal tiga bulan menepi akibat cedera flexor pinggul sebelum berniat pensiun selepas kalender tenis 2024 rampung. Sepanjang kariernya, Nadal 14 kali merebut gelar juara di Roland-Garros yang membuatnya dijuluki “King of Clay” atau Raja Tanah Liat.
“Sebagai pecinta tenis, saya ingin dia bermain setidaknya satu turnamen lagi sebelum dia pensiun. Kita semua tahu bagaimana kiprahnya di lapangan tanah liat. Demi kebaikan dunia tenis dan khususnya Roland-Garros, kita berharap dia bisa bermain di sana dan tentu akan luar biasa jika saya bisa berhadapan dengan dia di lapangan,” ujar Djokovic kepada Eurosport, 7 April 2024.
Baca juga: Serba-serbi Tradisi Wimbledon
Djokovic dan Nadal sudah jadi rival sengit sepanjang hampir dua dekade terakhir di level profesonal. Fun fact-nya, kedua petenis top itu pertamakali “adu mekanik” pada 2006 di pentas yang sama.
Turnamen French Open sering disangka banyak orang diambil dari nama petenis legendaris. Padahal, tidak sama sekali.
“Para pengunjung dan masyarakat sering berpikir bahwa dia seorang juara hebat dari masa lalu atau seorang pejabat tenis senior. Ketika baru mengetahui kisahnya, mereka selalu sangat terkejut,” cetus Michaël Guittard, kurator Musée de Roland-Garros, dilansir France 24, 6 Juni 2015.
Di antara Perang Dunia dan Turnamen Tenis
Hari itu, 18 April 1915, sous-lieutenant (setara letnan dua) Roland Garros yang tengah memiloti pesawat Morane-Saulnier Type G di udara Flanders, Belgia, tetiba mendeteksi keretaapi Jerman di darat. Bukan dengan senapan mesin Hotchkiss kaliber 8 milimeter ia ingin membidiknya tapi dengan bom yang dibawanya.
Sayang ia sedang apes hari itu. Pesawat Garros jatuh di belakang garis musuh. Hingga kini masih jadi perdebatan apa yang menyebabkan pesawat itu jatuh.
“Entah Garros mengalami masalah mekanis atau ditembak jatuh saat dia hendak membom keretaapinya dan dia terpaksa mendaratkan pesawatnya di wilayah yang diduduki Jerman,” ungkap David W. Mills dan Kayla L. Westra dalam Great Wartime Escapes and Rescue.
Garros saat itu sedang mengabdi sebagai pilot pengintai di unit militer Prancis, Escadrille 26. Sosok kelahiran Saint-Denis de La Réunion pada 6 Oktober 1888 itu menggilai banyak olahraga meski tak pernah menggelutinya secara serius. Mulai dari sepakbola, rugbi, tenis, hingga balap mobil. Di dunia otomotif, Garros bahkan menjadi salah satu bestie-nya pendiri pabrikan mobil mewah Italia, Ettore Bugatti.
Ketertarikannya pada dirgantara bermula pada medio 1909 saat sering bermalam di rumah salah satu temannya di Reims. Disebutkan Georges Fleury dalam Roland Garros: Un inconnu si célèbre, seorang paman dari temannya itu merupakan pilot di ajang Semain d’Aviation de la Champagne.
Maka di tahun yang sama pula Garros mulai belajar terbang dengan pesawat Demoiselle. Dia lulus dan mendapatkan lisensi terbang setahun berselang. Lalu pada 1911, dengan pesawat Blérot XI Garros mulai ikut perlombaan 1911 Paris to Madrid Air Race dan pada Circuit of Europe 1911 (rute Paris-London-Paris) ia keluar sebagai juara kedua.
Garros juga acap menorehkan rekor. Mengutip suratkabar The Sun edisi 7 September 1912, Garros mencatatkan rekor ketinggian dengan terbang hingga 3.950 meter. Rekornya sempat dipatahkan Philipp von Blaschke (4.360 meter) tapi Garros balas memecahkan rekor baru dengan ketinggian 5.610 meter pada 6 September 1912.
Baca juga: Si Jago Udara di Bawah Panji Swastika
Garros juga sempat jadi viral di masanya setelah jadi pilot pertama yang terbang non-stop melintasi Laut Mediterania dengan rute Fréjus di selatan Prancis menuju Bizerte di Tunisia pada 23 September 1912. Namun petualangannya mesti terhenti saat Perang Dunia (1914-1918) meletus dan Garros menggabungkan diri ke unit udara Angkatan Darat Prancis.
Meski kemudian dikenal sebagai salah satu ace di kancah peperangan, Garros kala itu punya peran bagi kemajuan pesawat tempur. Salah satunya soal perangkat synchronization gear atau gigi penyesuaian yang mengatur timing tembakan senapan mesin dengan putaran baling-baling dan pelat pelindung baling-balingnya.
Inovasinya itu dikerjakannya dengan mekanik Jules Hue. Inovasi inilah yang akhirnya dicontek Jerman ketika Garros ditangkap usai jatuh di Flanders pada 18 April 1915. Ia ditawan tanpa sempat menghancurkan pesawatnya sebelum akhirnya digiring ke barak kavaleri Wagenhaus di Magdeburg. Hasil inovasinya tadi ditiru perancang Anthony Fokker untuk digunakan di pesawat Fokker E.I.
“Di tempat itulah ia bertemu Letnan Anselme Marchal yang fasih berbahasa Jerman dan mereka merencanakan pelarian. Mereka berencana menyamar dengan seragam perwira Jerman yang dibuat dari mantel perwira Prancis yang diwarnai abu-abu. Dengan penyamaran itulah mereka berhasil keluar dari Gerbang Wagenhaus pada 14 Februari 1918 senja dan melarikan diri dengan keretaapi di Stasiun Magdeburg,” tulis Philipp D. Chinnery dalam The Kaiser’s Escapees: Allied POW Escape Attempts During the First World War.
Baca juga: Dari Perang Dunia ke Piala Dunia
Pelarian yang berhasil itu membawa Garros bisa tiba di London via Belanda dan kembali bertugas di kesatuannya, Escadrille 26, dengan pesawat baru, SPAD XIII. Akan tetapi pada 5 Oktober 1918 menjelang ulangtahunnya yang ke-30, atau sebulan sebelum perang berakhir, Garros nahas di udara Vouziers di utara Prancis. Dia ditembak jatuh dan tewas setelah diserang pilot Jerman, Hermann Habich, menggunakan pesawat Fokker D.VII.
Garros memang hanya mencatatkan empat kemenangan pertempuran udara namun oleh publik dan pemerintah Prancis tetap dianggap pahlawan. Namanya diabadikan menjadi nama stadion yang hingga kini jadi venue utama turnamen French Cup.
Stadion itu mulanya dibangun pada 1927 di salah satu lahan milik klub rugbi, Stade Français, dalam rangka Prancis menjadi tuan rumah International Lawn Tennis Challenge (kini Davis Cup) 1928 setelah di tahun sebelumnya menjadi juara bertahan. Selepas rampung pada 1928, stadion baru itu dinamai Stade Roland Garros atas permintaan Emile Lesueur, sang presiden klub Stade Français yang juga veteran pilot Perang Dunia I sekaligus teman sekelas Garros semasa di sekolah bisnis HEC Paris.
Stadionnya kemudian tak hanya digunakan untuk ajang Davis Cup. Mulai dari Tournoi de France hingga French Cup juga akhirnya menggunakan stadion baru itu. French Open sendiri sudah eksis sejak 1891 yang kala itu masih punya nama yang kadang bikin keseleo lidah, Championnat de France dan kemudian berubah menjadi Internationaux de France de Tennis.
Dalam bahasa Inggris memang ajangnya disebut French Open. Akan tetapi untuk memudahkan para peserta turnamen yang punya banyak bahasa berbeda, penyebutan turnamen Roland-Garros yang lebih mudah diucapkan jadi “identitas” resminya. Turnamen ini mulai berstatus grand slam sejak 1968 usai menerima partisipan dari kalangan amatir hingga profesional.
Baca juga: Turnamen Tertua Itu Bernama Wimbledon
Tambahkan komentar
Belum ada komentar