Cerita Liem Swie King Terobos Banjir
Banjir besar mengganggu lalu lintas Kudus-Demak-Semarang. Demi bisa mengikuti pelatnas All England, Liem Swie King naik rakit dari Demak menuju Semarang.
HUJAN deras di pengujung tahun 2022 mengakibatkan sejumlah daerah di wilayah Semarang terendam banjir. Banjir yang sempat merendam stasiun di kota Semarang itu, ramai disorot publik di awal tahun 2023, karena menyebabkan keterlambatan jadwal kereta api selama beberapa jam.
Banjir yang melanda wilayah Semarang di awal tahun 2023 ini bukan yang pertama kali terjadi. Pada 1976 banjir besar juga merendam sejumlah wilayah di pantai utara Jawa Tengah. Dampak banjir besar itu dirasakan Liem Swie King.
Robert Adhi Ksp dalam Panggil Aku King mengisahkan perjuangan legenda bulutangkis Indonesia itu saat terdampak banjir ketika hendak mengikuti pelatnas (pemusatan latihan nasional) All England di Jakarta di awal tahun 1976.
Menurut pria kelahiran Kudus, 28 Februari 1956 itu banjir besar merendam wilayah pantai utara di awal 1976 hingga mengganggu lalu lintas Kudus-Demak-Semarang. Akses yang sulit dilalui akibat banjir membuat aktivitas masyarakat di wilayah tersebut menjadi terganggu. Meski begitu banjir tak mengendurkan semangat Liem Swie King untuk berangkat ke pelatnas di Jakarta.
Baca juga: Boikot All England
“Tekadku sudah bulat,” kata King. “Semangatku menguat. Aku tidak ingin terlambat masuk pelatnas seperti tahun-tahun sebelumnya.”
Liem Swie King berangkat dari Kudus ke Demak menggunakan bus umum. Setibanya di Demak, jalan menuju Semarang terputus oleh banjir. Tak mungkin menunggu banjir surut, King kemudian menggunakan rakit yang dibuat penduduk untuk melintasi Demak-Semarang yang terputus sepanjang 5 kilometer.
“Dengan rakit itu, aku membawa satu koper pakaian untuk tinggal di pelatnas. Ini untuk kali pertama aku menggunakan rakit. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan seumur hidupku. Pengalaman berkesan pada saat awal aku memutuskan memilih dunia bulutangkis sebagai masa depanku,” kata King.
Banjir menyebabkan jalan yang menghubungkan wilayah Demak dengan Semarang tampak lengang. Tak ada satu pun mobil yang lewat di sana. Kesibukan justru terlihat dari beberapa orang yang juga menaiki rakit untuk beraktivitas di tengah banjir.
Baca juga: All England dari Masa ke Masa
Setelah melintasi banjir sepanjang 5 kilometer, Liem Swie King kemudian menumpang truk militer bersama warga untuk menembus Semarang. Sebab, kondisi jalan yang masih tergenang banjir sulit dilalui mobil-mobil kecil. Akibat banjir, perjalanan dari Kudus menuju Semarang, yang biasanya ditempuh dalam satu jam, menjadi lebih lama bahkan sampai enam jam.
Sesampainya di Semarang, Liem Swie King langsung menuju kantor KONI Jawa Tengah untuk mengurus sejumlah hal terkait keberangkatannya ke pelatnas All England di Jakarta. “Aku langsung mendapatkan tiket pesawat ke Jakarta, dan akhirnya dapat bergabung di pelatnas All England bersama pemain-pemain lainnya,” kata King.
Liem Swie King terlambat dua minggu masuk pelatnas di Jakarta yang dimulai sejak 5 Januari 1976. Selain terdampak banjir, King juga sempat bimbang memutuskan antara kuliah atau bulutangkis. Mengikuti keinginan ayahnya, King sempat mengikuti tes masuk Fakultas Teknik Universitas Diponegoro di Semarang. Namun, akhirnya King memutuskan untuk menekuni bulutangkis.
Baca juga: Indonesia dan Kejayaan All England
Keputusan tersebut membuat Liem Swie King giat berlatih dan bertekad menjadi atlet yang berprestasi. Sejumlah pertandingan pun diikutinya, salah satunya All England. Sam Setyautama dalam Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia menulis, Liem Swie King yang memulai debut di All England 1974 sempat menjadi runner up All England 1976 dan 1977. King dikalahkan Rudy Hartono Kurniawan dan Flemming Delfs.
Nama Liem Swie King melambung setelah menjuarai All England sebanyak tiga kali, yakni tahun 1978 mengalahkan Rudy Hartono; tahun 1979 mengalahkan Flemming Delfs; dan tahun 1981 mengalahkan Prakash Padukone. Selain berlaga di All England, King juga menjadi bagian dari Tim Piala Thomas Indonesia tahun 1976, 1978, 1982, 1984, dan 1986. King sukses menjadi juara tunggal putra Piala Dunia 1982, juara ganda putra Piala Dunia 1984, 1985, dan 1986. Dengan sederet prestasi yang berhasil diraih, Liem Swie King tercatat sebagai salah satu legenda bulutangkis Indonesia yang namanya akan selalu dikenang.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar