Kekejaman Bangsa Mongol di Rusia
Bangsa Mongol membabat wilayah Rusia dengan sadis. Kuburan massal yang berisi satu keluarga ditemukan.
Pada paruh pertama tahun 1200-an, pemimpin Mongol, Batu Khan, cucu Jenghis Khan, menaklukkan bagian-bagian Rusia modern, Eropa Timur, dan Kaukasus. Dia menambahkan wilayah-wilayah itu ke kawasan yang kemudian dikenal sebagai Golden Horde atau Kekhanan Mongol-Turki.
Batu Khan menyapu ke barat dengan pasukan 130.000 tentara. Bagi kota-kota yang berada di jalurnya, satu-satunya pilihan adalah menyerah atau disembelih.
Smolensk, salah satu kota di Rusia, memilih menyerah dan membayar upeti kepada Khanate. Namun, 18 kota lain, termasuk Moskow dan ibu kota kerajaan itu, yang pada saat itu memerintah Yaroslavl, jatuh ke dalam api dan kibasan pedang.
Baca juga: Ekspedisi Khubilai Khan di Asia
Banyak orang mati mengenaskan dalam serangan itu. Mereka lalu dimakamkan di kuburan massal.
Para ahli kemudian menghubungkan peristiwa brutal itu dengan situs di Yaroslavl, Rusia. Beberapa tahun lalu, sebuah kuburan massal penuh dengan mayat ditemukan di sana. Salah satu liang kuburan masal yang berusia 780 tahun itu berisi 15 korban.
Dari hasil tes DNA yang awal September 2019 dipublikasikan oleh Moscow Institute of Physics and Technology dan Russian Academy of Sciences Institute of Archaeology, terbukti bahwa pembantaian itu terjadi pada seluruh keluarga: seorang nenek (55 tahun atau lebih), putrinya berusia (30-40 tahun), dan cucunya, seorang pemuda (sekira 20 tahun).
"Selain menciptakan kembali gambaran jatuhnya seluruh kota pada 1283, kita sekarang melihat tragedi satu keluarga," kata Asya Engovatova dari Institute of Archaeology, RAS, lewat laman resmi Moscow Institute of Physics and Technology. “Analisis DNA telah menunjukkan bahwa masih ada individu-individu yang terkait secara genetik yang mewakili tiga generasi.”
Penemuan Kuburan Massal
Yaroslavl hancur selama pasukan Batu Khan berperang melawan Grand Duchy of Vladimir pada awal abad ke-13. Skala kehancuran pun menjadi jelas dengan temuan ini.
Berawal dari penggalian di situs gereja emas Assumption Cathedral di kota Yaroslavl yang dibangun pada abad ke-13 dan dihancurkan pada 1937. Katedral itu dipulihkan kembali pada 2004-2010. Lebih dari lima tahun, sembilan kuburan massal digali. Di dalamnya, lebih dari 300 orang dimakamkan. Mereka mati akibat kekerasan. Jumlah ini lebih banyak daripada di kota-kota lain yang juga porak poranda dalam ekspedisi Mongol itu.
Baca juga: Hulagu Khan Menaklukkan Baghdad
Laman The Sun melaporkan, tulang belulang yang ditemukan membawa tanda-tanda bekas tertusuk dan terpotong. Beberapa tulang juga menunjukkan tanda-tanda pembakaran menunjuk ke bekas-bekas api yang menghancurkan kota.
Pada 2005, kuburan massal yang diidentifikasi sebagai No. 76 ditemukan. Letaknya di tengah benteng kota Yaroslavl. Di sana, jenazah dimakamkan di lubang dangkal di areal rumah yang dibakar selama penyerangan. Dari sisa bangunan dan artefak yang tertinggal, diketahui pemiliknya punya status sosial yang tinggi.
Bukti kekayaan keluarga yang terbunuh itu salah satunya terlihat dari gigi mereka. Gigi-gigi mereka menunjukkan kerusakan yang lebih parah dibandingkan orang-orang di kota lainnya. Itu pertanda bahwa keluarga itu mengkonsumsi gula dan madu secara teratur. Hanya orang berstatus tinggi yang mampu begitu.
Baca juga: Ekspedisi Khubilai Khan ke Jawa
Kuburan itu secara khusus menarik perhatian para peneliti karena digali dengan sengaja. Sementara kuburan massal lain di dekatnya terletak di ruang bawah tanah rumah dan bangunan kecil di dekat rumah yang terbakar.
Pemakaman semacam itu, menurut para ahli, bertentangan dengan norma yang berlaku pada masanya. Itu tidak mematuhi ritual.
Lima belas orang yang dimakamkan di lubang dangkal terbaring dalam berbagai pose. Beberapa mayat telah membusuk dengan kondisi yang buruk pada saat mereka dikebumikan. Pemandangan ini menunjukkan bahwa mereka telah dikubur dengan asal-asalan. Itu terutama untuk alasan sanitasi.
Buktinya ada banyak belatung terawetkan di sekitar sisa-sisa mayat. Indikasinya, lalat bertelur di atas mayat dalam cuaca hangat. Mayat-mayat itu mungkin kemudian membusuk di tempat terbuka selama berbulan-bulan sebelum dikuburkan.
Baca juga: Kegagalan Khubilai Khan di Jawa
"Orang-orang ini terbunuh, dan tubuh mereka tetap terbaring di salju untuk waktu yang cukup lama," kata Asya Engovatova. "Pada bulan April atau Mei, lalat mulai berkembang biak dan pada akhir Mei atau awal Juni, mereka dimakamkan di sebuah lubang di rumah, yang merupakan tempat di mana mereka mungkin tinggal.”
Pekerjaan penggalian di Yaroslavl dari 2005 hingga 2006 itu pun akhirnya memastikan kalau pembantaian terjadi pada Februari 1238. Penaklukkan Batu Khan itu, menurut Asya, adalah tragedi nasional terbesar. Ini melampaui peristiwa lainnya dalam hal kekejaman dan kehancuran.
Menurut Asya bukan kebetulan peristiwa itu masuk di antara beberapa peristiwa yang kemudian menjadi cerita rakyat Rusia. "Apa yang sekarang kita ketahui tentang serangan itu menunjukkan bahwa deskripsi kronik tentang 'sebuah kota yang tenggelam dalam darah' bukan sekadar kiasan,” lanjutnya.
Baca juga: Hukuman bagi Jenderal Mongol
Padahal beberapa catatan sejarah selama ini mengisahkan masuknya Rusia ke dalam Golden Horde bangsa Mongol dengan jalan damai dan sukarela. Bukti baru ini pun menunjukkan sebaliknya. Kekejaman besar telah dilakukan sebagai bagian dari ekspedisi Mongol.
Yaroslavl dan kerajaan yang menaunginya pun harus menghabiskan 250 tahun ke depan sebagai negara bawahan Golden Horde. Namun, bukannya tanpa lebih banyak konflik dan kematian. Sepupu Batu Khan, Mongke Khan, menyapu wilayah itu lagi pada 1257. Diikuti oleh Black Death pada 1278, dan lebih banyak serangan Mongol pada 1293 juga 1322. Wilayah itu kemudian kembali tersapu gelombang Black Death pada 1364.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar