Di Balik Kematian Cleopatra
Tragedi kematian Cleopatra sangat populer di seluruh dunia. Ada beberapa versi penyebab kematian penguasa Mesir Kuno terakhir ini.
Cleopatra (69 SM–30 SM) terbujur di ranjang kematiannya yang legendaris, lengkap dengan mahkota dan perhiasan. Walau masih misterius, konon Cleopatra bunuh diri menggunakan gigitan ular Naja haje (asp) yang ia sarangkan di dadanya sendiri.
Jauh sebelumnya Cleopatra memilih untuk memihak Marc Antony yang merupakan ayah dari ketiga anaknya sekaligus sekutu politiknya dalam pertempuran Actium. Setelah Julius Caesar dibunuh, Antony yang merupakan jenderal sekaligus administrator Julius Caesar, bertempur melawan ahli waris sang kaisar, Oktavianus.
Namun, pasangan kekasih itu bersama pasukannya tak bertahan lama. Mereka kalah dalam perang saudara itu. Cleopatra meninggalkan pertempuran, melarikan diri ke Mesir. Antony yang berhasil melepaskan diri dari pertempuran mengikuti Cleopatra.
Namun, ketika tiba giliran Alexandria diserang pasukan Oktavianus, Antony mendengar desas desus bahwa Cleopatra telah bunuh diri. Dengan pedangnya, Antony menyusul kekasihnya. Antony mati tepat ketika tiba berita bahwa rumor itu salah.
Setelah menguburkan Antony dan bernegosiasi dengan Oktavianus, Cleopatra mengunci dirinya di kamar bersama dua pelayan perempuan. Mereka kemudian ditemukan sudah mati.
"Ini artinya cara kematian Cleopatra tak pasti," tulis History.com.
Akhir hidup Cleopatra yang misterius bertolak belakang dengan kenyataan bahwa ia merupakan salah satu tokoh perempuan paling dikenal dalam sejarah. Berbagai karya seni dan sandiwara mengabadikan namanya.
Kematian Cleopatra dianggap sebagai salah satu peristiwa paling terkenal dalam sejarah kuno. Namun, tak pernah ada yang benar-benar tahu apa yang terjadi di balik pintu kamar Cleopatra yang dikunci itu.
Dipatuk Ular Kobra
Adrian Tronson, profesor sejarah kuno Universitas New Brunswick, Kanada, menyebut kisah kematian Cleopatra sebagai mitos budaya yang diwakili berkali-kali dalam karya seni dan sastra.
"Saya percaya bahwa dasar sejarah ia melakukan bunuh diri dengan gigitan ular meragukan," tulis Tronson dalam "Vergil, the Augustans, and the Invention of Cleopatra’s Suicide-One Asp or Two" termuat di Vergilius 44 (1998).
Di antara kisah hidup Cleopatra, kematiannya akibat gigitan ular bahkan yang paling banyak diabadikan dalam budaya populer. Baik sebelum maupun sesudah adanya pertunjukan Shakespeare tentang tragedi Antony dan Cleopatra. "Versi yang dengan sendirinya menjadi resmi," tulis Tronson.
Kisah itu diterima luas, baik dalam budaya populer maupun wacana akademis, bahwa Cleopatra mengakhiri hidupnya di usia 39 tahun menggunakan gigitan ular kobra Mesir atau Naja haje.
Baca juga: Sekuat Dupa, Sewangi Cleopatra
Mereka yang tak yakin telah meneliti catatan kuno tentang metode bunuh diri Cleopatra. Telah terbukti berulang kali bahwa tidak ada kepastian sejarah yang kuat atas kisah ini.
Para peneliti banyak bergantung pada catatan kuno. Sumber informasi tertua berasal dari Strabo, sejarawan dan geograf Yunani yang hidup pada masa kematian Cleopatra. Bahkan, ketika itu ia kemungkinan berada di Alexandria.
Sebagaimana dikutip Tronson, Strabo menulis bahwa Cleopatra ditawan oleh Oktavianus. Ia bunuh diri secara diam-diam di tahanan. Namun, agaknya Strabo tak yakin apakah itu dengan gigitan "asp" atau dengan salep beracun.
"Jelas dari sumber Strabo bahwa setidaknya ada dua cerita yang beredar pada masanya," tulis Tronson.
Sumber berikutnya dari Plutarch (46 M–119 M), penulis biografi asal Yunani. Dalam catatannya, ia tak yakin dengan kisah ular itu.
"Tidak ada jejak reptil yang pernah ditemukan, meskipun katanya beberapa mengatakan mereka melihat jejak ular di dekat laut, di mana jedela kamar (Cleopatra, red.) menghadap ke laut," catat Plutarch sebagaimana dikutip arkeolog Inggris, Joyce Tyldesley dalam Cleopatra: Last Queen of Egypt.
Baca juga: Ketika Firaun Keliling Dunia
Sementara itu, menurut Plutarch, Kaisar Octavianus agaknya percaya versi kematian oleh ular ini. Ia bahkan membawa gambaran Cleopatra yang dililit ular dalam perayaan kemenangannya.
Penulis biografi lainnya yang sezaman dengan Plutarch adalah Suetonius. Sebagai sekretaris kekaisaran, ia memiliki akses ke sumber resmi dan arsip negara. Dalam tulisannya tentang Kaisar Augustus, ia secara singkat menyebut Cleopatra.
Menurutnya, Oktavianus sebenarnya sangat menginginkan sang ratu tetap hidup. Kaisar Augustus I ini bahkan membawa masuk Psylli, pawang ular terkenal untuk menyembuhkan gigitan ular pada Cleopatra.
"Versi ini sejalan dengan apa yang dikatakan Plutarch tentang kepercayaan Oktavianus yang terkenal pada cerita gigitan ular," tulis Tronson.
Kemudian ada penulis dari abad ke-4, Orosius. Tronson menyebut sejarawan ini sepertinya menggantungkan keterangannya pada pendapat Suetonius. Namun, Orosius menambahkan bahwa gigitan ular terletak di lengan kiri Cleopatra. "Tetapi ini mungkin kesimpulannya sendiri," tulis Troson.
Sengaja Dibunuh?
Joyce Tyldesley tak percaya Cleopatra bunuh diri dengan gigitan ular. Cara ini tidak mudah karena seekor ular diperkirakan bisa membunuh tiga orang: Cleopatra dan dua dayangnya. Risiko kegagalannya tinggi.
Pat Brown, profiler kejahatan dari Amerika, dalam The Murder of Cleopatra: History’s Greatest Cold Case juga berpikir sama. "Ketika saya berada di Mesir, Roma, dan Inggris bekerja dengan ahli Mesir Kuno, ahli racun, arkeolog, dan sejarawan dunia kuno, saya mulai mengumpulkan cerita lain yang lebih kredibel di balik kematian Cleopatra,” tulisnya.
Brown tak membayangkan kalau Cleopatra yang berstatus sebagai tawanan Octivianus dibiarkan tanpa pengawasan di dalam kamarnya. Tak mungkin pula kalau tak dilakukan penyisiran menyeluruh untuk memastikan tak ada benda yang bisa digunakannya untuk berbuat sesuatu yang tak diinginkan.
"Orang pasti berpikir akan ada penjaga yang kompeten yang ditempatkan di luar pintu dan mungkin satu atau dua penjaga di dalam pintu juga," tulis Brown.
Baca juga: Misteri Kematian Frida Kahlo
Sebelumnya, Plutarch menulis bahwa seekor ular disembunyikan di antara buah ara di dalam keranjang. Aneh kalau para penjaga tidak memeriksa keranjang itu ketika para dayang membawanya masuk ke kamar Cleopatra. "Seekor ular bukanlah sesuatu yang mungkin terlewatkan selama pencarian semacam itu," tulis Brown.
François Pieter Retief, pensiunan dosen dan dekan kedokteran di University of the Free State, dan Louise Cilliers, peneliti kehormatan di Departemen Studi Yunani, Latin, dan Klasik, dalam "The Death of Cleopatra" termuat di Acta Theologica: No. 7 (2005): Supplementum berpendapat bahwa ular besar tidak akan muat ke dalam keranjang buah ara. Mereka lebih akan setuju kalau sang ratu dan dua dayangnya mati akibat racun.
Menurutnya, kobra memang dapat menyebabkan kematian yang cepat meskipun luka gigitan kecil. Namun, untuk membunuh tiga orang dewasa, ular itu harus berukuran besar. Jika begitu, akan sulit untuk diselundupkan dalam keranjang kecil berisi buah ara dan luput dari pengawasan penjaga.
Baca juga: Misteri Kematian Gajah Mada
"Kemungkinan besar keracunan membunuh dengan begitu cepat tiga wanita dewasa, Cleopatra dan pelayannya, Charmion, dan Iras," tulisnya.
Namun, ada teori lain, yakni sang ratu sengaja dibunuh. Tersangka terkuat adalah Oktavianus. Pat Brown percaya ini.
"Saya percaya tentang apa yang benar-benar terjadi masih tersembunyi di balik selubung propaganda dan sandiwara yang dimainkan oleh pembunuhnya, Octavianus dan agenda Kekaisaran Rowawi," tulis Brown.
Dengan demikian, bagi sejarawan, kematian Cleopatra akan tetap menjadi misteri yang belum terpecahkan. Sementara budaya populer kemungkinan besar akan tetap terpesona oleh kisah romantis dan eksotis dari penguasa klan Ptolemeus terakhir di Mesir itu bersama jenderal Romawinya.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar