Awal Mula Istilah Kuda Hitam
Bermula dari istilah untuk menggambarkan kemenangan kuda pacuan yang tak diunggulkan, istilah kuda hitam lambat laun digunakan dalam dunia politik dengan makna yang terus berevolusi.
ISTILAH dark horse atau “kuda hitam” tentu sudah tak asing bagi kebanyakan orang. Alih-alih menggambarkan seekor kuda berwarna gelap, istilah ini justru marak digunakan dalam lingkup perlombaan –baik olahraga ataupun kontestasi politik– untuk menggambarkan sebuah kemenangan tidak terduga dari kandidat maupun peserta yang semula tak diunggulkan atau tidak banyak dikenal.
Merunut sejarahnya, istilah yang muncul pada abad ke-19 ini memiliki kaitan erat dengan kebiasaan bertaruh dalam pacuan kuda. Para petaruh biasanya akan menjagokan kuda-kuda pacuan yang dianggap kuat atau telah memenangkan banyak pertandingan. Para petaruh itu yakin kuda pacuan yang mereka pilih akan kembali memenangkan perlombaan dan mereka berpeluang besar untuk memenangkan pertaruhan.
Namun, semakin banyak orang yang bertaruh pada kuda pacuan yang populer, nominal uang yang mungkin dimenangkan oleh para petaruh itu pun semakin kecil. Oleh karena itu tak sedikit petaruh yang justru memilih untuk menjagokan kuda-kuda pacuan yang tidak banyak diketahui orang dengan harapan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kemenangan kuda-kuda pacuan yang tak banyak menarik perhatian inilah yang memicu lahirnya istilah kuda hitam.
Baca juga:
Sandra L. Olsen menulis dalam Horses Through Time bahwa pacuan kuda tak hanya menjadi sumber hiburan tetapi juga sumber inspirasi yang sangat kaya. Antara lain bagi Benjamin Disraeli, penulis cum negarawan Inggris yang pernah dua kali menjabat sebagai perdana menteri. Pada 1831, dia menyelipkan istilah kuda hitam dalam karyanya yang berjudul The Young Duke, lewat adegan tokoh utama dalam buku tersebut terkejut dengan kemenangan tak terduga seekor kuda pacuan yang tak diunggulkan.
“’Seekor kuda hitam, yang tidak pernah terpikirkan... melesat melewati tribun utama dengan kemenangan besar.’ Hal ini menjadi semakin ironis karena Disraeli sendiri merupakan kuda hitam dalam politik Inggris,” tulis Olsen.
Kendati kerap diartikan sebagai kemenangan tak terduga dari kandidat perlombaan yang tak diunggulkan, istilah kuda hitam juga digunakan untuk merujuk pada kebiasaan menyamarkan kuda-kuda yang sering memenangkan perlombaan. Hal ini dilakukan untuk menyembunyikan identitas kuda pacuan itu sehingga lebih banyak uang yang bisa dimenangkan dari taruhan. Dalam 5000 Facts and Fancies: A Cyclopaedia of Important, Curious, Quaint, and Unique Information in History, Literature, Science, Art, and Nature, William Henry Pinkney Phyfe menulis bahwa istilah ini berasal dari kebiasaan di kalangan olahragawan untuk melatih kuda secara rahasia atau “membuatnya tetap tersembunyi.” Dengan begitu, kemampuan kuda pacuan itu tetap tidak diketahui hingga hari perlombaan.
Lambat laun, istilah kuda hitam tak hanya digunakan dalam pacuan kuda. Istilah ini semakin populer di kalangan masyarakat setelah marak digunakan dalam dunia politik Amerika Serikat. Menurut Michael Genovese dalam Encyclopedia of the American Presidency, Fourth Edition, calon Partai Demokrat James K. Polk dari Tennessee pada 1844 dianggap sebagai kuda hitam pertama yang sukses dalam kontestasi politik di Negeri Paman Sam. Mulanya Polk berada di belakang mantan Presiden AS Martin Van Buren dan Lewis Cass dari Michigan pada pemungutan suara awal di konvesi. Namun ia berhasil menang pada pemungutan suara selanjutnya. Kemenangan Polk mendorong munculnya kuda-kuda hitam lain seperti Franklin Pierce, Rutherford B, Hayes, Warren G. Harding, hingga Wendell Wilkie.
“Mengingat panjangnya kampanye calon presiden dan jumlah dana yang dibutuhkan, pada tahun 1980-an kecil kemungkinan ada kuda hitam yang bisa menang,” tulis Genovese.
Kendati marak digunakan untuk menggambarkan kemenangan tak terduga di berbagai perlombaan maupun pertandingan, istilah kuda hitam kini melekat erat pada para kandidat kontestasi politik di berbagai negara dunia. Yang menarik, alih-alih mengartikan istilah kuda hitam sebagai sebuah kejutan, istilah itu kini juga dipandang sebagai sebuah harapan akan adanya perubahan.
“Kuda hitam adalah orang yang tidak terlalu dikenal luas di negara ini, tetapi ia lebih dikenal karena kemampuan maupun kebaikannya daripada kejahatannya. Secara umum, arti kuda hitam adalah sebuah reputasi yang tak terlihat, di mana orang yang baik dan memiliki kemampuan dapat menjadi tumpuan, ketika orang yang mampu namun berbahaya tidak dapat diandalkan,” tulis James Bryce sebagaimana dikutip oleh Pinkney Phyfe.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar