Brigjen Terpaksa
Pidato Presiden Sukarno membuat seorang kolonel naik pangkat dalam waktu singkat menjadi brigadir jenderal. Padahal, dia belum lama naik pangkat.
ISTANA Negara, 10 Agustus 1959. Peringatan Hari Veteran malam itu berlangsung meriah. Bukan saja karena kehadiran ratusan veteran perang kemerdekaan (1945-1949) dan para pejabat teras pemerintah, namun yang utama peringatan itu dihadiri sekaligus diresmikan dengan ditandai pemukulan gong oleh Presiden Sukarno.
Menteri Muda Urusan Veteran Kolonel Sambas Atmadinata tentu hadir dalam acara itu. Sebagai pejabat yang berkepentingan langsung, dia duduk di barisan utama bersama pejabat-pejabat teras lainnya, seperti Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Kasab) Mayor Jenderal TNI A.H. Nasution.
Karena upacara peringatan itu bertepatan dengan sepuluh tahun berakhirnya perang kemerdekaan, suasana masih begitu sangat emosional, termasuk Presiden Sukarno. Menjelang akhir pidatonya yang berapi-api, keluar sebuah pernyataan dari sang presiden.
“Lihat anak-anak! Mereka yang duduk di muka ini juga adalah veteran. Tadi pagi saya sudah teken kenaikan pangkatnya menjadi brigadir jenderal!” ujar Bung Karno.
Baca juga: Tinggi Badan Pas-Pasan Tapi Jadi Jenderal
Kata-kata itu sontak disambut tepuk tangan dan sorak diselingi suitan. Ramai sekali. Mendapat sambutan yang sangat meriah, Bung Karno tambah bersemangat. Dia tunjuk satu per satu veteran yang akan mengalami kenaikan pangkat
“Saya juga termasuk orang yang ditunjuk-tunjuk Bung Karno,” kenang Sambas dalam Bunga Rampai Perjuangan & Pengorbanan Jilid I terbitan Markas Besar LVRI.
Namun, Sambas menanggapinya dengan senyum-senyum saja. Dia mafhum lidah presidennya sedang keseleo. Bagaimana tidak, baru tujuh bulan yang lalu pangkatnya dinaikan dari letnan kolonel menjadi kolonel. Jadi, sangat tidak mungkin jika hari ini dia mendapat durian runtuh naik pangkat lagi.
Singkat cerita, upacara Hari Veteran pun selesai. Sambas pulang ke rumah dengan perasaan biasa saja. Besok pagi sekitar jam 06.30, dia ditelepon Nasution yang memerintahkan datang ke kantor Kasab tepat jam 08.00.
“Meskipun saya seorang menteri, tapi karena saya masih terbilang tentara aktif, jadi Pak Nas tetap atasan saya,” ujar Sambas.
Baca juga: Jonosewojo Jadi Jenderal di Usia 24 Tahun
Satu jam kurang sedikit, Sambas sudah ada di ruangan Kasab. Nasution tengah duduk di kursi kebesarannya sambil senyum-senyum. Sambas menjadi tidak enak hati dan curiga; pasti ada apa-apa, pikirnya. Setelah memberi hormat, dia dipersilakan duduk di hadapan sang jenderal.
“Kau jangan marah ya,” tiba-tiba Nasution berkata. Karena tidak paham akan masalahnya, Sambas hanya diam saja. Dia baru mafhum saat Nasution berkata sambil tersenyum, “Tadi malam itu, presiden terkilir lidahnya.”
“Ah, sudahlah jenderal, tak usah berbicara tentang itu. Saya pikir hal itu tidak perlu dibahas lagi. Saya sudah menganggapnya tidak pernah terjadi. Keseleo sedikit, wajar saja. Saya tidak bersangkutan dan tidak mau membicarakannya,” jawab Sambas dengan nada tenang.
Baca juga: Jenderal Mayor di Indonesia
Alih-alih mengiyakan, wajah Nasution malah berubah menjadi serius. Sambil menatap Sambas, dia mengatakan bahwa soal itu tidak bisa dianggap main-main.
“Begini, Bas. Muka presiden harus diselamatkan,” ujar Nasution.
“Ah, tak usahlah dianggap serius, jenderal,” kata Sambas.
“Harus!” Nasution malah menimpali.
Sambas tidak tahu apa yang dibahas Nasution dengan Sukarno usai peringatan Hari Veteran. Yang jelas, seminggu kemudian, bersama Kolonel Yunus Mokoginta, dia diangkat menjadi brigadir jenderal, sesuai apa yang diteriakan oleh Bung Karno dalam pidatonya malam itu. Walaupun menurut Sambas itu seperti “kenaikan pangkat yang terpaksa” namun rezeki tetaplah rezeki.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar