Gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 5,6 mengguncang Cianjur wilayah Sukabumi, Jawa Barat pada Senin, 21 November 2022 pukul 13.21 WIB. Pusat gempa berada di darat 10 km barat daya Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Gempa dengan kedalaman 10 km ini tidak berpotensi tsunami tetapi sangat merusak.
Guncangan merata di wilayah Jawa Barat, bahkan terasa sampai Jawa Tengah dan Jakarta. Gempa mengakibatkan ratusan orang meninggal dan luka-luka, banyak rumah dan gedung ambruk, pohon tumbang, dan tanah longsor menutup jalan.
Daryono, Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, melalui akun twitter-nya, @DaryonoBMKG menginformasikan, hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki parameter update dengan magnitudo M5,6. Episenter berada di darat wilayah Sukalarang, Sukabumi, Jawa Barat pada kedalaman 11 km. Berdasarkan peta seismisitas tahun 2009–2021 tampak bahwa lokasi episenter merupakan area seismik aktif.
Daryono menambahkan, hasil monitoring BMKG menunjukkan hingga Selasa, 22 November 2022 pukul 6.30 WIB telah terjadi 118 kali gempa susulan (aftershocks) dengan magnitudo terbesar M4,2 dan terkecil M1,5. Tren magnitudo gempa susulan cenderung melemah dan frekuensi aktivitas gempa susulan semakin jarang.
Baca juga: Gempa Bumi Terbesar di Indonesia
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kepada cnnindonesia.com memberikan keterangan bahwa gempa tektonik ini dipicu oleh gerak sesar Cimandiri. Hal ini terlihat dari pusat, posisi, kedalaman, kekuatan, dan mekanisme gerak yang berada pada Patahan Cimandiri.
Engkon Kertapati, peneliti Pusat Survei Geologi, dalam Aktivitas Gempabumi di Indonesia menjelaskan, data regional geologi menunjukkan bahwa Patahan Cimandiri berarah timur laut-baratdaya. Ke arah timur laut melalui Rajamandala berhubungan dengan Patahan Lembang yang mempunyai (slip-rate) 2 mm/tahun. “Patahan Cimandiri lebih mengarah sebagai patahan normal dengan komponen patahan geser,” tulis Engkon.
Baca juga: Zona Gempa Selatan Malang
Engkon mencatat, Patahan Cimandiri ini bertanggung jawab terhadap gempa-gempa bumi merusak di sepanjang Lembah Cimandiri dan sekitarnya, seperti gempa bumi Gunung Gede (5 Januari 1699, Oktober 1997, dan 12 Juli 2000), gempa bumi Sukabumi (28 November 1879 dan 14 Januari 1900), gempa bumi Cianjur (15 Februari 1844), dan gempa bumi Rajamandala (15 Desember 1910).
“Terakhir patahan ini giat kembali dan menimbulkan gempa bumi Sukabumi (12 Juli 2000) yang menimbulkan kerusakan cukup parah di beberapa lokasi di Kabupaten Sukabumi, antara lain di Kecamatan Sukaraja,” tulis Engkon.
Sementara itu, menurut data sejarah gempa Sukabumi dan Cianjur yang dikumpulkan oleh Daryono, sejak tahun 1844 hingga 2022 telah terjadi 14 kali gempa merusak (lihat gambar di bawah). Gempa kali ini paling merusak yang mengakibatkan 162 meninggal, ratusan luka-luka, dan lebih dari 2.345 rumah rusak.*
Tulisan ini diperbarui pada 22 November 2022 pukul 07.30 WIB.