Masuk Daftar
My Getplus

Api Kartini dalam Perjuangan Petani Kendeng

Perjuangan petani Kendeng menambah deretan perjuangan perempuan di Pantai Utara Jawa.

Oleh: Risa Herdahita Putri | 13 Mar 2017
Petani pegunungan Kendeng mengecor kakinya sebagai bentuk protes pembangunan pabrik semen, 13 Maret 2017. Foto: JMPPK Rembang.

Sepuluh petani pegunungan Kendeng mengecor kakinya di depan Istana Negara Jakarta pada 13 Maret 2017. Aksi pasung semen jilid dua ini sebagai bentuk protes terhadap Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang mengeluarkan izin lingkungan baru kepada PT Semen Indonesia. Sebelumnya, sembilan petani perempuan menyemen kakinya pada 13 April 2016.

Menurut aktivis perempuan, Dewi Candraningrum, perjuangan petani Kendeng menambah deretan perjuangan perempuan di Pantai Utara Jawa. Dimulai pada abad 14 dikenal Dewi Indu, Ratu Kerajaan Lasem. Pada abad 15 dikenal Nyai Ageng Ngerang, ulama perempuan wali nukbah.

“Dia seorang sufi perempuan yang masjidnya ada di Pati. Di situ juga akan ada pabrik semen baru,” kata Dewi dalam seminar “Jejak Langkah Seorang Raden Ajeng: Reflections on R.A Kartini,” di Erasmus Huis, Jakarta, Senin (13/3).

Advertising
Advertising

Selanjutnya, abad 16 dikenal Ratu Kalinyamat memimpin ribuan pasukan maritim yang dua kali mengusir pasukan Portugis. Dan pada abad 20 muncul RA Kartini. “Seabad kemudian, Sukinah dikenal sebagai pemimpin protes petani Kendeng,” kata Dewi.

Dewi berpendapat, gerakan perempuan Kendeng pada abad ini seakan menjadi jawaban penegasian Kartini sebagai tokoh dari kelas atas. Kartini nyatanya mampu dimaknai oleh masyarakat yang tidak lulus Sekolah Dasar sekalipun.

“Para petani perempuan Kendeng terinspirasi oleh Kartini karena lokasi kuburan Kartini jaraknya kurang dari 3 km dari tenda petani yang mempertahankan Gunung Bokong yang akan dijadikan pabrik semen. Pemimpin aksi protes itu pun mengaku memimpikan Kartini,” kata Dewi.

Melihat perjuangan petani Kendeng, Dewi menganggap bahwa Kartini tidak lagi hanya sebagai profil. Kartini telah menjadi sistem kepercayaan sendiri, ideologi.

“Kartini tidak hanya mengakar di gedung tinggi, atau di istana atau di tempat indah. Akarnya juga merembes di kalangan para perempuan Kendeng yang mengenang Kartini dengan sungguh-sungguh,” kata Dewi.

Memaknai kejadian tersebut, Kartini bagi Dewi adalah api yang menjiwai gerakan perempuan Indonesia. Lewat memorandanya, Kartini memberikan pesan masa depan bahwa perempuan harus mendapatkan pendidikan. “Memoranda (surat-surat Kartini, red) ini yang sekarang hidup dan menjadi ideologi bagi gerakan perempuan Indonesia,” tegasnya.

TAG

kartini

ARTIKEL TERKAIT

R.A. Kartini Elizabeth Latief dan Semangat Kartini Patung Kartini Pemberian Jepang Mimpi Merdeka Raden Ajeng Kaida Kartini dan Sekolah Bidan Benarkah R.A. Kartini Dipengaruhi Freemason? Romansa Bung Karno dan Kartini Manoppo Kartini yang Pluralis Kala Ulama Perempuan Melawan Usaha Belanda Menyingkirkan Dukun Beranak