Ganja untuk Ritual Pemakaman
Penemuan terbaru penggunaan ganja untuk memfasilitasi tubuh berkomunikasi dengan alam baka dan dunia roh.
Baru-baru ini sebuah penelitian menunjukkan kalau mengisap ganja sudah dilakukan manusia paling tidak sejak 2.500 tahun lalu di Tiongkok. Dari hasil penelitian para arkeolog dan ahli kimia dari Chinese Academy of Sciences dan Chinese Academy of Social Sciences di Beijing, sejenis ganja teridentifikasi sebagai tanaman yang dibakar dalam ritual di makam purba dari 500 SM.
Masyarakat di Pegunungan Pamir, Tiongkok Barat, yang melakukan ritual dengan membakar ganja tersebut. Berdasarkan artikel berjudul “The origins of cannabis smoking: Chemical residue evidence from the first millennium BCE in the Pamirs” yang diterbitkan Science Advance, Rabu (12/6), kandungan ganja ditemukan saat menganalisis potongan kayu sisa pembakaran di makam.
Residu yang ditemukan di situs mengandung senyawa kimia yang menunjukkan tingkat tetrahydrocannabinol (THC) dalam kadar tinggi. Itu adalah senyawa tanaman yang bersifat psikoaktif atau bisa memunculkan efek euforia pada penggunanya.
Selain sisa kayu bakar, peneliti juga menemukan piring dan mangkuk, manik-manik kaca, kain sutra, dan harpa Tiongkok. Ada pula tulang-belulang manusia yang memiliki lubang ditengkoraknya.
Baca juga: Penemuan Spesies Baru Manusia
Lubang pada tengkorak itu diperkirakan akibat hantaman benda keras. Karenanya para peneliti menduga beberapa orang yang dimakamkan di lokasi itu tewas dalam ritual pengurbanan manusia.
“Kita dapat mulai menyatukan gambaran tentang upacara penguburan yang meliputi api, musik dan asap halusinogen, yang semuanya dimaksudkan untuk membimbing seseorang ke dalam kondisi setengah sadar,” tulis para peneliti itu.
Sebelumnya, batang dan biji ganja pernah ditemukan di beberapa situs pemakaman di sekitar Eurasia. Namun bukti di pemakaman Pamir, yang diverifikasi oleh teknologi ilmiah canggih, menunjukkan hubungan yang lebih langsung antara tanaman dan ritual pada masa-masa awal.
“Temuan baru ini memperluas jangkauan geografis penggunaan ganja di wilayah Asia Tengah yang lebih luas,” kata Mark Merlin, profesor botani di Universitas Hawaii di Manoa, yang tidak ikut serta dalam penelitian ini.
Menurut sejarawan yang meneliti ganja itu, temuan ganja itu penting. Artinya ganja pernah digunakan untuk memfasilitasi tubuh berkomunikasi dengan alam baka dan dunia roh. Dari penelitian itu juga bisa dikatakan orang pada masa itu telah sengaja menanam ganja dan secara sadar memilih spesies yang efeknya lebih kuat karena temuan itu mengandung senyawa THC tinggi.
“Ganja liar, yang tumbuh secara umum di kaki gunung berair di Asia Tengah, biasanya memiliki kadar cannabinol yang rendah, itu suatu metabolit THC,” tulis para peneliti.
Baca juga: Penemuan Manusia Pertama di Benua Amerika
History mencatat ada beberapa bukti bahwa orang-orang dari budaya kuno sudah tahu tentang sifat psikoaktif tanaman ganja. Mereka mungkin telah menanam beberapa varietas yang menghasilkan THC lebih tinggi untuk digunakan dalam upacara keagamaan atau praktik penyembuhan.
“Benih ganja yang terbakar telah ditemukan di kuburan dukun di Cina dan Siberia sejak 500 SM,” tulis laman itu.
Kendati begitu, studi lain pernah diterbitkan oleh para peneliti dari Freie Universität Berlin dua tahun lalu. Lewat jurnal Vegetation History and Archaeobotany diungkapkan kalau ganja telah digunakan di Jepang dan Eropa Timur dalam waktu hampir bersamaan, yaitu antara 11.500 dan 10.000 tahun yang lalu.
Sebagaimana dikutip laman New Scientist, penelitian itu mengkaitkan peningkatan penggunaan ganja di Asia Timur dengan meningkatnya perdagangan lintas benua antara Eropa dan Timur antara 4.000 dan 5.000 tahun yang lalu, pada awal Zaman Perunggu.
Baca juga: Penemuan Bukti Manusia Kanibal Tertua
Orang-orang Yamnaya, yang bermarkas di tempat yang sekarang disebut Eropa Timur, diperkirakan telah mengangkut ganja melintasi benua saat mereka melakukan perjalanan ke arah timur.
Diperkirakan ganja adalah salah satu barang komoditas di sepanjang Jalur Perunggu ke Asia, yang kemudian jalur itu dikenal sebagai Jalur Sutra. Jalur itu adalah jaringan kuno rute perdagangan yang menghubungkan Eropa dan Cina.
"Tanaman ganja tampaknya telah didistribusikan secara luas sejak 10.000 tahun yang lalu, atau bahkan lebih awal,” ujar Tengwen Long, yang memimpin tim peneliti.
Dia menambahkan nilai tinggi tanaman sangat bisa digunakan sebagai alat tukar. Selain sifat piskoaktifnya, ganja juga diambil seratnya untuk bahan pembuatan kain.
“Ini akan membuatnya menjadi barang yang ideal, yaitu sebagai tanaman komersial sebelum ada uang tunai,” jelas Tengwen Long.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar