Tak Ada Lema KH Hasyim Asy'ari, Kamus Sejarah Picu Kontroversi
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI menyatakan naskah Kamus Sejarah Indonesia Jilid I belum resmi terbit. Masih perlu penyempurnaan.
Kamus Sejarah Indonesia Jilid I yang disusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menuai kontroversi. Pasalnya, nama tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ari disebut tak dimuat dalam kamus tersebut. Beberapa pihak memprotes Kemendikbud karena dianggap telah membelokkan sejarah. Cucu KH Hasyim Asy’ari, M Irfan Yusuf Hakim, mempertanyakan mengapa nama kakeknya bisa hilang dari kamus.
"Kami sempat membicarakan itu walaupun lewat daring dengan keluarga. Kami mempertanyakan itu juga. Ini hilang atau sengaja dihilangkan. Makanya kami mempertanyakan ke pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud," kata Irfan seperti dikutip dari Detik.com, Selasa, 20 April 2021.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra Fadly Zon juga ikut bicara. Melalui akun Twitter-nya @fadlyzon, ia menyebut hilangnya pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng dari kamus sebagai upaya membelokkan sejarah sehingga harus diinvestigasi.
Baca juga: Jihad ala NU
“Harus segera dibuat investigasi knp tokoh penting KH Hasyim Asy’ari pencetus Resolusi Jihad bisa hilang, sementara yg komunis bisa ada. Ini masalah serius. Ada yg hendak membelokkan sejarah,” kata Fadly di akun Twitter-nya, Selasa, 20 April 2021.
Kamus Sejarah Indonesia Jilid I beredar ke publik dengan format pdf. Buku ini melibatkan beberapa penulis, antara lain Dian Andika Winda, Dirga Fawakih, Ghamal Satya Mohammad, Saleh As’ad Djamhari (almarhum), Teuku Reza Fadeli, dan Tirmizi. Sedangkan editor kamus ini ialah sejarawan Susanto Zuhdi dan Muh. Nursam. Sejarawan Taufik Abdullah dilibatkan sebagai pembaca utama.
Menurut penelusuran Historia, Kamus Sejarah Indonesia Jilid I memang tidak memuat lema KH Hasyim Asy'ari. Namun, potret KH Hasyim Asy'ari menghiasi sampul depan kamus, tepatnya pada bagian atas judul. Nama KH Hasyim Asy'ari disebut juga dalam lema Nahdlatul Ulama (hal. 157-158), sebagai pendiri bersama KH Abdul Wahab Chasbullah dan KH Bisri Syansuri. Namanya termuat pula dalam lema Ahmad Khatib Al-Minangkabawi (hal. 18-19), sebagai salah satu murid Ahmad Khatib yang menjadi pembaharu di Nusantara. KH Hasyim Asy'ari juga disebut dalam lema Abdul Wahab Chasbullah (hal. 8-9), serta dalam lema Prawoto Mangkusasmito (hal. 226-229).
Tudingan mengenai upaya pembelokan sejarah itupun dibantah oleh Kemendikbud. Melalui siaran pers yang diterima Historia, Selasa, 20 April 2021, Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menyebut bahwa kamus yang dimaksud tidak pernah diterbitkan Kemendikbud secara resmi.
“Dokumen tidak resmi yang sengaja diedarkan di masyarakat oleh kalangan tertentu merupakan salinan lunak (softcopy) naskah yang masih perlu penyempurnaan. Naskah tersebut tidak pernah kami cetak dan edarkan kepada masyarakat,” terang Hilmar.
Hilmar menjelaskan bahwa Hadratus Syech Hasyim Asy’ari secara tegas diakui sebagai tokoh yang turut membangun Indonesia. Kemendikbud juga telah melakukan berbagai hal untuk mengabadikan nama KH Hasyim Asy’ari dalam sejarah Indonesia.
Baca juga: Umat Islam Indonesia di Mata Hasyim Asy'ari
Di Jombang, misalnya, Kemendikbud telah mendirikan Museum Islam Indonesia Hasyim Asyari yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2018. Kemendikbud juga telah menerbitkan buku KH. Hasyim Asy’ari: Pengabdian Seorang Kyai Untuk Negeri pada 2017 lalu dalam rangka peringatan 109 tahun Kebangkitan Nasional.
Hilmar menyebut, naskah kamus tersebut disusun pada 2017 sebelum kepemimpinan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Setelah Mendikbud dijabat oleh Nadiem, kamus tersebut memang belum disempurnakan maupun diterbitkan secara resmi. Kemendikbud juga pasti melibatkan publik dalam prosesnya.
"Saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa tidak mungkin Kemendikbud mengesampingkan sejarah bangsa ini, apalagi para tokoh dan para penerusnya,” jelasnya.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar