Memburu Kapal Hantu
Ratusan pelaut Inggris ditawan dalam sebuah kapal Jerman di awal Perang Dunia II. Churchill mengerahkan pasukannya untuk memburu kapal itu dan menyelamatkan para pelautnya.
DI masa-masa awal Perang Dunia II, Inggris dihadapkan pada sebuah teka-teki yang berkaitan dengan nasib sejumlah pelautnya yang hilang secara misterius di lautan. Beberapa orang menganggap para pelaut itu tewas bersamaan dengan karamnya kapal yang mereka tumpangi. Namun, tak sedikit juga yang curiga bahwa awak kapal tersebut telah ditawan oleh Jerman.
Kabar simpang siur mengenai nasib para pelaut Inggris membuat Winston Churchill yang kala itu menjabat sebagai First Lord of the Admiralty turun tangan. Seluruh spion Inggris yang tersebar di berbagai negara dunia dikerahkan untuk mencari informasi mengenai keberadaan para awak kapal yang hilang.
Dalam majalah mingguan, Minggu Pagi, 2 Mei 1954, disebutkan bahwa sebuah instruksi istimewa diberikan kepada mata-mata Inggris. Mereka diminta untuk mengamati pelabuhan dan pantai, serta memperhatikan dengan seksama pembicaraan para pelaut di rumah-rumah makan. Sebab bukan tidak mungkin informasi mengenai nasib pelaut Inggris yang hilang akan dibicarakan oleh mereka, dan diharapkan dapat menjadi petunjuk untuk menemukan keberadaan orang-orang malang tersebut.
Seperti halnya bermain puzzle, di mana kepingan-kepingan gambar harus disusun untuk menjadi sebuah gambar yang utuh, Inggris pun mengumpulkan berbagai informasi yang berhasil didapat para spion untuk menemukan keberadaan pelaut-pelaut mereka yang hilang. Upaya pencarian mulai menemukan titik terang ketika sebuah telegram dikirim ke markas besar Angkatan Laut Inggris pada suatu hari di tahun 1939.
Baca juga:
“Tilgram itu dari kapal pengangkut ‘Huntsman’ yang waktu itu sedang berlayar dekat pantai barat Afrika. Tilgram menyebutkan, bahwa kapal penempur Jerman, ‘Graf von Spee’ berada tak jauh dari ‘Huntsman’. Lebih dari itu dikatakan juga, bahwa kapal penempur ini diikuti oleh sebuah kapal yang tak bernama dan berbendera. Bentuknya seperti kapal minyak. Kapal ini mungkin digunakan sebagai kapal penampung, tempat menyimpan tawanan para pelaut Inggris yang kapalnya ditenggelamkan oleh ‘Graf von Spee’,” demikian tertulis dalam Minggu Pagi.
Markas besar Angkatan Laut Inggris segera menindaklanjutin telegram tersebut. Berdasarkan laporan itu diketahui bahwa kapal misterius yang disebut tak bernama dan berbendera adalah kapal Altmark. Sekali lagi, para spion Inggris dikerahkan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang kapal ini dan dari hasil penyelidikan itulah terungkap bahwa sejumlah pelaut Inggris yang keberadaannya tak diketahui selama ini kemungkinan besar berada di kapal tersebut.
Menurut Martin Moll dalam “Altmark Incident”, termuat di World War II at Sea: An Encyclopedia, Altmark merupakan kapal yang memasok kebutuhan, khususnya bahan bakar, ke kapal perang kecil Jerman, Graf Spee, di Atlantik Selatan. Selain menjadi kapal suplai, Altmark juga digunakan sebagai “penjara terapung’’ bagi beberapa pelaut yang selamat setelah kapal-kapal yang mereka tumpangi ditenggelamkan oleh Graf Spee. Setidaknya ada sembilan kapal yang berhasil ditenggelamkan oleh kapal perang Jerman itu.
Rencana mulai disusun untuk menemukan keberadaan kapal Altmark dan merampas muatannya, termasuk membebaskan para pelaut yang ditahan di kapal itu. Inggris menyadari bahwa kapal ini berkaitan erat dengan kapal Graf Spee. Oleh karena itu, mereka juga menelusuri keberadaan kapal perang Jerman tersebut. Setelah beberapa waktu, Inggris yang berhasil menemukan Graf Spee kemudian menyerang kapal itu di muara sungai La Plata pada bulan Desember 1939. Dalam keadaan rusak akibat serangan Inggris, Graf Spee mencari perlindungan di pelabuhan Montevideo tetapi pemerintah Uruguay yang saat itu berada dalam posisi netral memerintahkan kapal tersebut untuk meninggalkan bandar Montevideo dalam kurun waktu 3 hari.
Sadar posisi Graf Spee telah terkepung dan tak ada jalan lain untuk meloloskan diri dari kepungan Inggris, kapten kapal perang itu, Hans Langsdorff, mengambil sebuah tindakan nekat. Richard Wiggan menjabarkan dalam Hunt the Altmark bahwa Langsdorff memilih untuk mati dengan tangannya sendiri setelah menenggelamkan kapalnya daripada mengambil risiko kehilangan nyawa lebih lanjut.
“Meski begitu, ada beberapa orang yang berpendapat bahwa ia seharusnya bertempur habis-habisan, dengan alasan bahwa kapalnya tidak terlalu rusak parah. Tidak ada yang bisa meragukan keberaniannya. Dibutuhkan keberanian untuk mati dengan cara seperti yang dilakukan Langsdorff setelah menulis surat dan membungkus dirinya dengan panji-panji Angkatan Laut Kekaisaran Jerman sebelum melakukan tindakan terakhir,” tulis Wiggan.
Sementara itu, Altmark yang dikomandani Kapten Heinrich Dau meninggalkan Atlantik Selatan pada akhir Januari 1940. Kapal yang sebelumnya mengisi bahan bakar Graf Spee sebelum pertempuran terakhirnya itu berlayar menuju Hamburg untuk melarikan diri dari kejaran Inggris. Meski begitu, Kapten Dau tahu bahwa Inggris tak akan berhenti melakukan pengejaran hingga mereka berhasil mengepung dan menaiki Altmark untuk menyelamatkan para pelaut yang ditahan di dalam kapal tersebut. Oleh karena itu ia menyusun strategi untuk dapat segera kembali ke wilayah perairan Jerman atau setidaknya membuat kapalnya terhindar dari radar pencarian Inggris untuk sementara waktu.
Sebaliknya, Churchill yang tekadnya begitu kuat untuk menangkap kapal Altmark mengeluarkan perintah singkat dan tegas. “Cari kapal Altmark sampai ketemu dan tolonglah pelaut-pelaut Inggris,” ujarnya. Perintah itu disebarluaskan ke tempat di mana para petugas angkatan laut maupun agen-agen spionase Inggris bertugas, mulai dari ujung selatan Afrika hingga ke pangkalan marine Inggris di utara Skotlandia.
Baca juga:
Selama beberapa waktu pencarian kapal Altmark tak menemukan hasil. Kapal itu seakan-akan menghilang dari lautan bak kapal hantu. Siasat yang dilakukan kapal ini untuk lolos dari kejaran Inggris sesungguhnya cukup sederhana, yakni dengan mengukur pembicaraan radio di antara kapal-kapal Inggris.
“Dengan melakukan hal ini, ‘Altmark’ dapat menetapkan posisi kapal-kapal Inggris di lautan sehingga ia dapat mencari haluan lain. Pernah kapal ‘Altmark’ hampir berpapasan dengan sebuah kapal pemburu torpedo Inggris dekat Halifax. Untungnya waktu itu malam gelap gulita sehingga ‘Altmark’ tak terlihat oleh lawannya,” tulis Minggu Pagi.
Kendati membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menemukan Altmark, Inggris pada akhirnya berhasil jua menemukan kapal hantu yang membuat Churchill geram itu. Keberadaan kapal ini diketahui setelah seorang spion Inggris di Trondheim, Norwegia, melaporkan kepada markas besar angkatan laut bahwa kapal Altmark terlihat berlayar di dekat Sogne fjord dalam batas perairan 3 mil dari darat yang termasuk dalam wilayah Norwegia yang kala itu masih netral. Setelah mendapat laporan ini, Inggris segera mengirim kapal pemburu untuk mengepung Altmark
Menurut Moll, Altmark mencapai pantai Norwegia pada 12 Februari 1940 dan dua hari setelahnya kapal itu memasuki perairan territorial Norwegia di Trondheim. Meski kapal-kapal Angkatan Laut Norwegia dua kali menghentikan Altmark, Dau menyembunyikan senjata-senjata kapalnya di bawah dan mengklaim bahwa ia tidak memiliki tahanan di kapal. Ia menolak segala upaya untuk menggeledah kapalnya dengan alasan bahwa itu adalah kapal Angkatan Laut Jerman, yang kebal terhadap penggeledahan. Kendati curiga dan menduga bahwa kapal itu memiliki muatan yang mencurigakan, pihak Norwegia mengizinkan Altmark untuk melanjutkan perjalanan. Para pejabat Norwegia tidak ingin menciptakan insiden yang dapat digunakan untuk memicu invasi Jerman ke negara netral mereka.
Berita tentang keberadaan Altmark di perairan Norwegia semakin meyakinkan pihak Inggris untuk beraksi. Pada 16 Februari 1940, setelah pesawat-pesawat Inggris menemukan Altmark, armada kapal perusak Kapten Philip Vian memojokkan Altmark di dekat fyord Jossing di dalam perairan territorial Norwegia. Kapal perang Norwegia, Skarv, menghambat upaya Angkatan Laut Inggris untuk memaksa Altmark melaut, dan kapal suplai Jerman kemudian menyelinap masuk ke dalam fyord.
“Sementara itu, di London, Kabinet Perang mengadakan rapat mengenai situasi dan laporan bahwa Altmark membawa sekitar 300 pelaut Inggris, yang sebenarnya ditahan di bawah dek dalam kondisi yang sulit. First Lord of the Admiralty Winston L. S. Churchill secara pribadi memberi wewenang untuk menaiki dan menggeledah Altmark serta membebaskan para tawanan,” tulis Moll.
Pada malam hari di tanggal 16 Februari, kapal perusak milik Inggris, Cossack, memasuki fyord. Altmark mulanya mencoba menabrak kapal itu, tetapi penanganan kapal Inggris yang ahli menyelamatkan Cossack dari kerusakan. Saat kedua kapal saling bertabrakan, beberapa awak kapal melompat menyeberang ke kapal Jerman. Cossack kemudian kembali merapat, sisa rombongan penumpangnya mengikuti, hingga akhirnya kapal itu pun mundur.
“Dalam pertarungan singkat itu, 7 awak Altmark terbunuh dan 299 tawanan Inggris dibebaskan,” jelas Moll.
Baca juga:
Dalam beberapa kisah diceritakan bahwa nasib para pelaut yang ditahan di “penjara terapung” di Altmark sangat memprihatinkan. Akibatnya, lahirlah cerita tentang “kapal neraka”. Namun menurut Wiggan, ketika proses penyelamatan para tawanan tengah berlangsung dan mereka yang berada di dermaga sedang menunggu para tawanan untuk memberikan bantuan, mereka terkejut saat melihat para pelaut tersebut dapat berjalan tanpa bantuan dan tidak menderita kelaparan maupun perlakuan buruk seperti yang diperkirakan. Bagi mereka pemandangan ini cukup mengherankan terlebih beberapa pelaut yang ditawan ada yang telah berada di Altmark selama berbulan-bulan sejak Oktober 1939.
“Wajah mereka pucat karena menghabiskan waktu berjam-jam di bawah geladak dan berat badan mereka turun, namun jika dilihat secara keseluruhan, mereka dapat bertahan dengan baik. Makanan yang tersedia sangat sederhana, tetapi menurut salah seorang yang selamat, tidak lebih buruk dari yang ia ketahui saat magang di laut,” tulis Wiggan.
Pencarian kapal hantu Altmark akhirnya berhasil diselesaikan dengan baik oleh Inggris. Tak hanya merusak kapal, mereka pun berhasil membebaskan para pelaut yang ditawan. Kendati demikian, insiden ini pada akhirnya tak dapat membuat Norwegia bertahan lebih lama sebagai negara netral dalam Perang Dunia II. Sebab, pengepungan Altmark menyebabkan Hitler memerintahkan percepatan dalam rencananya menginvasi Norwegia. Operasi itu nantinya dikenal dengan nama Operasi Weserübung.
“Setelah menaklukkan Norwegia, Jerman mendirikan sebuah tugu peringatan di fyord Jossing yang bertuliskan (dalam bahasa Jerman), ‘Di sini pada tanggal 16 Februari 1940, Altmark diserang oleh perompak Inggris.’,” tulis Moll.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar