Dua Gubernur Jenderal VOC
Ketika pemerintahan VOC di Batavia kacau selama dua tahun karena ada dua gubernur jenderal dan dua direktur jenderal.
MASA kepemimpinan tiga gubernur jenderal VOC: Willem van Outhoorn (1691–1704), Joan van Hoorn (1704–1709), dan Abraham van Riebeeck (1709–1713) diwarnai nepotisme yang membuat gerah Heeren XVII atau Dewan Tujuhbelas di negeri Belanda. Van Outhoorn, yang lahir di Larike, Ambon pada 1635, menjadi gubernur jenderal menggantikan Johannes Camphuys (1684–1691).
Sebelum menjadi gubernur jenderal, menurut Bea Brommer dalam To My Dear Pieternelletje: Grandfather and Granddaughter in VOC Time, 1710–1720, Van Outhoorn sempat menempuh pendidikan di Belanda. Ia dikirim ke Belanda seperti kebanyakan anak laki-laki lainnya. Setelah menyelesaikan Sekolah Latin di Rotterdam, ia mendaftar sebagai mahasiswa hukum di Universitas Leiden pada 23 September 1653. Ia memperoleh gelarnya pada 1657 dan disumpah di pengadilan hukum Belanda.
Pada 1659, Van Outhoorn berlayar kembali ke Batavia dengan pangkat pedagang di bawah VOC dan tiba pada 1660. Setahun kemudian, ia menikah dengan Elisabeth van Heijningen. Ia pernah mengemban berbagai jabatan, mulai dari anggota Raad Van Justitie tahun 1664, lalu anggota Dewan Gereja Batavia, hingga pada 1688 menjabat direktur jenderal atau orang kedua di bawah gubernur jenderal. Ia kemudian ditunjuk sebagai gubernur jenderal tahun 1691 menggantikan Johannes Camphuys.
Menurut arsiparis dan sejarawan Mona Lohanda dalam Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia, Camphuys hadir untuk terakhir kalinya dalam sidang pertemuan Dewan Hindia. “Di hadapan para anggota Dewan Hindia, Camphuys menyerahkan semua kunci kantor di Kastil kepada Willem van Outhoorn,” tulis Mona. Acara penyerahan kunci dari gubernur jenderal sebelumnya kepada gubernur jenderal yang baru ini menjadi tradisi yang terus dilaksanakan hingga masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.
Pada saat itu, Van Outhoorn dikabarkan tengah berseteru dengan Joan van Hoorn, anggota Dewan Hindia yang berkedudukan sebagai direktur jenderal.
Akademisi dan sejarawan Jean Gelman Taylor dalam Kehidupan Sosial di Batavia: Orang Eropa dan Eurasia di Hindia Timur mengungkapkan bahwa Van Hoorn berhasil menjajaki karier di VOC berkat ayahnya seorang anggota Dewan Hindia. “Dia bekerja sebagai sekretaris Dewan Hindia Belanda di bawah Van Goens, Speelman, dan Camphuys, dan merupakan anggota dewan penuh dan menjadi pendukung Camphuys dalam perseteruan yang mewarnai dewan selama empat dekade setelahnya,” sebut Taylor.
Baca juga: Skandal Putri Gubernur Jenderal VOC
Perselisihan Van Outhoorn dan Van Hoorn diselesaikan dengan keputusan yang menarik perhatian publik di Batavia: Van Outhoorn menikahkan putrinya, Susanna van Outhoorn dengan Van Hoorn. Pernikahan ini bukan yang pertama bagi Van Hoorn. Sebelumnya, ia menikah dengan Anna Struijs, anak seorang penduduk bebas kaya raya di Batavia. Namun, pada 1691, Anna meninggal dunia dan Van Hoorn tak menyia-nyiakan kesempatan menikahi putri gubernur jenderal. Konon, pernikahan “politik” itu diselenggarakan secara meriah dan besar-besaran di Batavia. Namun, pernikahan Van Hoorn dengan putri Van Outhoorn tak disambut baik oleh Dewan Tujuhbelas yang khawatir akan terjadinya kolusi dan nepotisme di kalangan pejabat VOC di Batavia.
Menurut Mona, kekhawatiran itu mendorong Dewan Tujuhbelas meminta Van Outhoorn melepaskan jabatannya sebagai gubernur jenderal pada 1701, dan memerintahkan Van Hoorn mengambil alih posisi sang mertua.
Taylor menyebut Van Outhoorn telah menominasikan sang menantu sebagai penggantinya. Namun, Van Hoorn bersikeras meminta izin menambah tiga pendukungnya ke dalam dewan sebelum menerima posisi tersebut dari Van Outhoorn pada 1704.
Baca juga: Gubernur Jenderal VOC Dijatuhi Hukuman Mati
Sejarawan M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200–2008 menyebut keputusan Van Hoorn menolak menjadi gubernur jenderal sehingga terjadi kekacauan selama lebih dari dua tahun. Heeren XVII tetap bersikukuh pada keputusannya dan memilih seorang direktur jenderal baru, Abraham van Riebeeck.
“Sehingga pada waktu itu ada dua gubernur jenderal (yang satu tidak bersedia mengundurkan diri dan yang lain menolak untuk menduduki jabatannya) dan dua direktur jenderal,” tulis Ricklefs. Dua gubernur jenderal, yakni Van Outhoorn dan Van Hoorn, serta dua direktur jenderal, yaitu Van Hoorn dan Van Riebeeck.
“Akhirnya, Van Hoorn mengalah; ia menjadi gubernur jenderal pada Juli 1704 dan menduduki jabatan tersebut sampai 1709,” tulis Ricklefs.
Menurut Taylor, Gubernur Jenderal Joan van Hoorn menghadapi perlawanan berkelanjutan dari beberapa anggota Dewan Hindia yang dipimpin oleh Van Riebeeck. Mona menyebut Van Riebeeck berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya, Jan van Riebeeck merupakan pendiri koloni Belanda di Tanjung Pengharapan Baik yang berpusat di Cape Town, Afrika Selatan.
Gerrit Knaap dalam Genesis and Nemesis of the First Dutch Colonial Empire in Asia and South Africa, 1596–1811 menyebut Van Riebeeck pernah belajar hukum di Belanda. “Ia telah menghabiskan sebagian besar kariernya di Batavia dan dikenal sebagai musuh bebuyutan Van Hoorn,” tulis Knaap.
Namun, akhirnya perselisihan Van Hoorn dan Van Riebeeck terselesaikan dengan cara yang sama seperti kasus Van Outhoorn dengan Van Hoorn. Van Hoorn memutuskan untuk menyelesaikan perselisihan melalui aliansi pernikahan. Keputusan tersebut diambil setelah Van Hoorn menjadi duda usai istrinya, putri Van Outhoorn, meninggal dunia. Ia menikahi Johanna Maria van Riebeeck, putri Van Riebeeck dan janda Gerrit de Heere, gubernur Ceylon (kini Srilanka).
Publik Batavia kembali dikejutkan oleh kabar pernikahan tersebut. Pernikahan “politik” yang dilakukan Van Hoorn dianggap strategi yang tepat karena mertuanya, yang sebelumnya terlibat perselisihan dengannya, berbalik sikap menjadi sekutu. Seperti halnya yang dilakukan Van Outhoorn, Van Hoorn yang mundur dari jabatan gubernur jenderal juga menunjuk mertuanya, Van Riebeeck, untuk menggantikannya.
Kondisi pemerintahan VOC di Batavia itu membuat gerah petinggi VOC di Amsterdam yang meminta Van Hoorn kembali ke Belanda. “Mereka juga meminta Van Hoorn untuk tidak meniru ayah mertuanya dengan menghabiskan sisa hidupnya di negara di mana ia telah hidup selama 46 tahun,” tulis Taylor.
Menurut Knaap, keluhan atas nepotisme dan korupsi yang membayangi Van Hoorn menyebabkan sang gubernur jenderal mengundurkan diri pada 1709. Posisinya digantikan mertuanya, Van Riebeeck yang diangkat menjadi gubernur jenderal pada 1709 hingga akhir hayatnya pada 17 November 1713. Sementara itu, desakan petinggi VOC di Amsterdam kepada Van Hoorn membuatnya dengan enggan kembali ke Belanda. Tidak lama di Belanda, Van Hoorn meninggal dunia pada 21 Februari 1711.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar