Data CIA tentang Milisi Asing ISIS
Mengutip data CIA, pemerintah Indonesia memutuskan tidak akan memulangkan WNI yang bergabung dengan ISIS.
Setelah menjadi polemik, akhirnya pemerintah Indonesia memutuskan tidak akan memulangkan warga negara Indonesia (WNI) yang bergabung dengan ISIS atau foreign terroris fighter (FTF) dari Suriah.
Menkopolhukam Mahfud MD menyebut berdasarkan data dari CIA, terdapat 689 WNI yang bergabung dengan ISIS. “Berdasar data dari CIA, 689 orang, 228 identitasnya teridentifikasi, sisanya 400-an tidak teridentifikasi,” kata Mahfud dikutip kumparan.com.
ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) atau ISIL (Islamic State of Iraq and the Levant) berasal dari Jama’at al-Tawhid wal-Jihad pada 1999 yang menjanjikan kesetiaan kepada al-Qaeda, namun kemudian dibantah oleh al-Qaeda. Pada Juni 2014, ISIS memproklamasikan kekhalifahan bagi seluruh dunia dan menyebut dirinya sebagai Negara Islam (ad-Dawlah al-Islamiyah).
Sebagai sebuah kekhalifahan, ISIS mengklaim otoritas agama, politik, dan militer atas semua muslim di seluruh dunia. Kelompok-kelompok muslim tertentu di seluruh dunia termasuk di Indonesia menyatakan dukungan dan berbaiat. Mereka melakukan aksi-aksi teror di negara masing-masing. Bahkan, banyak dari mereka yang memutuskan meninggalkan negaranya untuk bergabung sebagai milisi ISIS. Mereka dikenal karena kekejamannya, seperti memenggal kepala orang-orang yang ditawan. Rekamannya disebarkan untuk menebar ketakutan.
Baca juga: Teroris Membajak Pesawat Garuda
Dalam pidato pada 11 September 2014, Presiden Barack Obama menyatakan akan memimpin koalisi untuk melawan ISIS. Sehari kemudian, CIA merilis laporan intelijen yang dihimpun dari Mei hingga Agustus 2014 mengenai jumlah milisi asing yang bergabung dengan ISIS.
CIA memperkirakan milisi asing ISIS berjumlah 20.000 hingga 31.500 orang. Jumlah ini jauh dari dugaan awal sekitar 10.000 milisi asing. Menurut juru bicara CIA, Ryan Trapani, sebagaimana dikutip bbc.com, peningkatan jumlah itu disebabkan oleh perekrutan besar-besaran sejak Juni 2014 menyusul kesuksesan yang diperoleh ISIS di medan pertempuran, deklarasi kekhalifahan, aktivitas pertempuran, dan intelijen.
Ryan Trapani memerinci, dari 20.000 hingga 31.500 milisi asing, sebanyak 15.000 milisi berasal dari luar Irak dan Suriah, termasuk 2.000 orang dari negara-negara Barat.
Baca juga: Pengeboman Gereja di Jawa Timur
Bagaimana dengan jumlah milisi dari Indonesia?
Pada 19 September 2017, dilaporkan beritasatu.com, Mabes Polri merilis data WNI yang bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah, berjumlah 671 orang, 97 orang tewas. WNI yang berhasil dicegah masuk Suriah dan Irak berjumlah 105 orang. WNI yang dideportasi dari Turki, Malaysia, Singapura, berjumlah 354 orang. Sedangkan dari hasil penyelidikan Densus 88 didapatkan data total WNI dan WNA yang terkait ISIS di Indonesia berjumlah 1.478 orang.
Sementara itu, seperti dilaporkan elshinta.com, dalam seminar tentang terorisme di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, (8/11/2018), Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebut terdapat 800 milisi berasal dari Asia Tenggara, 700 milisi di antaranya dari Indonesia.
Dengan demikian, jumlah WNI gabung ISIS yang disampaikan Mahfud MD, Mabes Polri, dan Ryamizard Ryacudu, berdekatan: 689, 671, dan 700.
CIA bekerja sama dengan pasukan Kurdi, Kekuatan Demokratik Suriah (SDF), melacak pemimpin ISIS, Abu Bakar Al-Baghdadi, sejak 15 Mei 2019. Akhirnya, mereka menemukan lokasi persembunyian al-Baghdadi di Provinsi Idlib. Saat disergap pasukan Amerika Serikat pada 27 Oktober 2019, al-Baghdadi melarikan diri ke terowongan dan meledakkan diri yang juga menewaskan tiga anaknya.
Baca juga: Celana Dalam Al-Baghdadi dan Kahar Muzakkar
Tambahkan komentar
Belum ada komentar