Vovinam, Silat Kebanggaan Vietnam
Bela diri modern yang lahir dari masa penjajahan di “Tanah Nguyen”. Pendirinya diburu Paman Ho dan kaum kolonialis.
UNTUK yang kedua kali, Vietnam mendapat kehormatan jadi tuan rumah SEA Games. Walau beberapa cabang olahraga (cabor) sudah dimainkan lebih dulu, upacara pembukaan SEA Games ke-31 baru dihelat Kamis (12/5/2022) di Stadion Nasional Mỹ Đình, Hanoi, Kamis (12/5/2022) malam.
Mengusung tema “Let’s Shine”, SEAGOC (komite penyelenggara SEA Games Vietnam) dalam pernyataannya menyatakan ingin menampilkan aneka suguhan tradisional yang dipadukan dengan modernitas sebagai inspirasi mengarungi tantangan bersama di kawasan Asia Tenggara.
“Dalam penampilan ‘Hello Vietnam’ disajikan penampilan aneka seni tari dan bela diri yang dikombinasikan dengan teknologi (grafis) mapping yang dibawakan sejumlah aktor dan atlet, mengekspersikan semangat bela diri, literatur, cinta, dan solidaritas rakyat Vietnam. Mereka menggambarkannya dengan sebuah perahu Asia Tenggara yang berlayar bersama untuk mengarungi gelombang di lautan dan menyambut masa masa depan yang brilian,” demikian bunyi rilisan SEAGOC pada Selasa, 10 Mei 2022 tersebut.
Salah satu atraksi yang akan dipentaskan adalah beladiri kebanggaan Vietnam, vovinam. Saat “Negeri Nguyen” jadi tuan rumah pertamakali SEA Games pada 2003, vovinam belum masuk jadi cabor resmi. Ia baru jadi cabor resmi SEA Games di Indonesia (Palembang dan Jakarta) tahun 2011.
Baca juga: Melacak Jejak Pencak Silat
Perpaduan Tradisional dan Asing
Vovinam atau việt võ đạo merupakan bela diri hibrid. Ia merupakan perpaduan beberapa unsur bela diri tradisional Vietnam dengan elemen asing seperti bela diri China dan Jepang. Vovinam yang diciptakan Nguyễn Lộc pada 1938 itupun lahir dengan berupa-rupa sistem yang lebih modern.
Lộc merupakan praktisi bela diri tradisional Vietnam. Sedari dini belajar bela diri, motivasinya tak lain untuk mewujudkan mimpinya akan negeri kelahirannya yang merdeka dari kolonialisme Prancis.
“Lộc belajar beragam bela diri, filosofi, teologi, dan ilmu kesehatan, sebelum menggabungkan semuanya itu menjadi sebuah seni yang didesain bagi rakyat Vietnam. Pengalaman masa muda, ditambah sifat patriotismenya mengarahkannya untuk meyakini bahwa sebuah bangsa yang kuat hanya bisa eksis jika anak mudanya terlatih punya pikiran yang jernih, jiwa yang murni, dan raga yang kuat,” tulis praktisi bela diri Chris Curdelli dalam The Way of the Warrior: Martial Arts and Fighting Styles from Around the World.
Baca juga: Perjalanan Hidup Ip Man
Sistem atau bentuk-bentuk bela diri anyar itu berupa variasi tangan kosong dan beragam teknik senjata. Gerakan-gerakan khasnya adalah tendangan diagonal, pukulan putar, dan metode-metode gulat. Seperti halnya beberapa bela diri lain, beberapa organ tubuh seperti sikut dan lutut juga jadi teknik yang terselip di beberapa sistemnya.
“Di usia 26 tahun Lộc menambahkan elemen dari sistem-sistem China dan Jepang. Oleh karenanya seperti halnya taekwondo, vovinam adalah sistem eklektik modern yang sebagiannya diciptakan sebagai respons yang berbau nasionalis terhadap konflik politis saat itu,” ungkap sejarawan Thomas A. Green dalam Martial Arts of the World: An Encyclopedia, Volume 1.
Karena terpengaruh China dan ajaran Buddha, Lộc juga mengedepankan harmoni antara “yin-yang” –filosofis China yang merepresentasikan elemen keras dan lembut– dalam pertarungan. Ia juga menambahkan konsep gi dalam ajaran Buddha agar para pengikutnya bisa melihat dan membebaskan diri dari ego di dalam diri demi menciptakan harmoni dan kedamaian. Nama vovinam diambil Lộc dari lema vo, yang berarti bela diri, dan vinam, yang merupakan kependekan dari Vietnam.
Pada 1938 Lộc membuka pelatihannya di kampung halamannya, desa Hữu Bằng di delta Sungai Hong, tak jauh dari Hanoi. Sejak itu vovinam perlahan mulai populer di utara Vietnam.
“Pada 1940 Lộc dan para muridnya diundang mendemonstrasikan vovinam di Hanoi secara terbuka. Kemudian ia diminta mengajar di (sekolah) Hanoi Ecole Normale,” sambung Green.
Baca juga: Wing Chun Lahir dari Masa Pergolakan
Setelah mendapat banyak murid dari sekolah itu, isu nasionalisme makin kencang digaungkan Lộc. Sejak awal, Lộc senantiasa melihat seni bela diri jadi salah satu “senjata” untuk membebaskan negerinya dari penjajahan Prancis sekaligus memfokuskan bela dirinya sebagai identitas nasional. Terlebih, di masa 1940-1941 Indocina Prancis tengah bergolak. Saat itu muncul Pemberontakan Suku Tay, ancaman invasi Jepang, dan kemunculan kelompok koalisi nasionalis-komunis Việt Minh pimpinan Ho Chi Minh selain gerakan nasionalis Lộc lewat vovinam.
“Slogan-slogan seperti: ‘orang Vietnam belajar bela diri Vietnam’ dan ‘Bukan murid vovinam berarti bukan patriot’ jadi fakta bahwa sistem (vovinam) sukses mempromosikan nasionalisme. Di masa itu (1940 dan 1941), pelatihan vovinam diarahkan fokusnya pada ketahanan, kecepatan, dan kekuatan dalam periode tiga bulan demi bisa melawan, baik kolonialis Prancis dan Jepang,” tambah Green.
Akan tetapi, Perang Dunia II yang mencapai Asia membuat vovinam terpaksa “tiarap” selama lima tahun. Pasalnya sejak Juli 1941, Indocina Prancis diinvasi Jepang. Mengingat adanya persekutuan Jepang-Jerman, Vietnam pun diduduki pemerintahan boneka Prancis Vichy (sekutu Jerman). Setahun berselang, pemerintahan kolonialis itu membubarkan perguruan-perguruan vovinam kendati Lộc tetap melatih para muridnya di tempat-tempat rahasia.
Selepas Perang Dunia II, Lộc dirangkul Paman Ho (panggilan Ho Chi Minh) dan keduanya bahu-membahu mengusir kembali kolonialis Prancis yang menginginkan jajahannya kembali. Perang Indocina I (1946-1954) pun pecah. Lộc dan para muridnya dipercaya untuk ikut melatih para kadet militer Việt Minh dan milisi-milisi di desa-desa pedalaman.
“Lộc bahkan ikut memimpin para muridnya ikut dalam beberapa pertempuran. Akan tetapi perbedaan pendapat terkait taktik-taktik Việt Minh membuat Lộc pecah kongsi dan memerintahkan semua muridnya mengikutinya. Akibatnya Việt Minh memerintahkan penangkapan Lộc dan membuatnya berada dalam posisi sebagai orang yang diburu Prancis dan Việt Minh,” lanjutnya.
Baca juga: SAMBO, Seni Beladiri dari Negeri Tirai Besi
Lộc sendiri lolos dan mudik ke kampung halamannya. Upaya Lộc meluaskan vovinam baru bisa dilakoninya lagi pada 1954 ketika terjadi gencatan senjata yang melahirkan Vietnam Utara dan Vietnam Selatan yang dibatasi garis Paralel Ke-17.
Lộc memilih mengungsi ke Saigon (kini Ho Chi Minh City) di Vietnam Selatan untuk membuka sekolah vovinamnya lagi. Satu dekade kemudian, vovinam populer dan sudah jadi bela diri wajib di akademi-akademi militer dan kepolisian Vietnam Selatan.
Upaya membesarkan vovinam tak serta-merta lenyap meski sang pendiri wafat pada 1960. Murid tertuanya, Lê Sáng, lantas menyambut tongkat estafet dari mendiang guru besarnya. Di tangan Lê Sáng, sistem-sistem dan sejumlah metode vovinam disempurnakan dan dibakukan hingga melahirkan sebutan lain, vovinam-việt võ đạo, seiring didirikannya Federasi Việt Võ Đạo pada 3 November 1973 di Saigon.
“Sekolah (vovinam) asing pertama dibuka para imigran Vietnam di Houston, Texas (Amerika) pada 1976 pasca-kejatuhan Saigon. Hingga tahun 2000, vovinam mulai dikenal dunia lewat pembukaan sekolah-sekolahnya di Australia, Belgia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Maroko, Spanyol, Swiss, dan Amerika Serikat. Ia mulai popular di dunia dan dengan pengakuan internasional, vovinam terus berekspansi di abad ke-21,” sambung Green.
Namun, perkembangan vovinam di Asia, khususnya di Asia Tenggara, justru tak sepesat di Eropa. Hingga saat ini baru tujuh negara Asia Tenggara yang punya federasinya, termasuk Indonesia.
Baca juga: Wushu Menembus Sentimen dan Stigma Orde Baru
Di Indonesia sendiri, vovinam baru diperkenalkan pada 2009 seiring kedatangan delegasi Vovinam Vietnam yang bernaung di bawah Departemen Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Vietnam. Delegasi itu membawa tiga pelatih dan enam grandmaster nasional untuk melakoni demonstrasi di Denpasar, Bali, 15 Maret 2009.
“Sebanyak 15 atlet vovinam Vietnam yang akan menginjakkan kakinya di Pulau Dewata. Mereka memperkenalkan vovinam di Bali (di sekolah Yayasan Dwijendra) selama lima hari,” tulis suratkabar Bali Post, 28 Januari 2009.
Selain menggelar sparring dengan atlet pencak silat Bali jebolan PON 2005, delegasi Vietnam itu memperkenalkan sejumlah kategori yang dipertandingkan di Asian Indoor Games 2009 di Hanoi. Selain pertarungan putra dan putri, juga didemonstrasikan kategori seni yang terdiri dari Tứ tượng côn pháp (empat elemen tongkat), Ngũ môn quyền (lima gerbang), Song luyện mã tấu (duel golok), Đòn chân tấn công (serangan kaki), Đa luyện vũ khí nam (bela diri senjata), Long hổ quyền (naga-singa), Tinh hoa lưỡng nghi kiếm pháp (pedang Yin Yang), Song luyện (duel tangan kosong), dan Song luyện kiếm (duel pedang).
Sejak medio Mei 2009 vovinam mulai berkembang walau baru di Bali. Tak ayal ketika vovinam pertamakali dipertandingkan sebagai cabor resmi dalam SEA Games 2011, kontingen Indonesia didominasi atlet asal Bali. Hasilnya tak mengecewakan, kontingen Indonesia merebut lima medali emas, satu perak, dan delapan perunggu dan menempati posisi runner-up di bawah Vietnam.
Baca juga: Pencak Silat Warisan Mataram Menembus Zaman
Tambahkan komentar
Belum ada komentar